02. Pertemuan Kesekian Kali.

10 3 1
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...happy reading...

***


Sepertinya Cindy memang ditakdirkan mempunyai otak yang sangat pas-pasan. Lihatlah, hari ini mata pelajarannya Matematika, yang paling tak bisa otak Cindy cerna dengan baik penjelasannya.

Mau di jelaskan sampai berbusa pun sepertinya ia tak akan paham banyak hal, kalaupun ada yang ia paham, mungkin tak akan bisa bertahan sampai pulang sekolah nanti.

Ia memukul kepalanya dengan pulpen, yang rasanya ingin meledak karena mendengar penjelasan yang sama sekali tidak ia mengerti. Padahal dari tadi ia susah payah mendengarkan penjelasan Pak Guru di depan dengan sangat baik.

"Baiklah, sekarang giliran kalian yang kerjakan apa yang ada di papan tulis. Selamat mengerjakan, " ujar Pak Guru kemudian duduk di kursinya sembari menunggu anak muridnya menyelesaikan tugas mereka.

Bahu Cindy merosot ke bawah, bagaimana ia akan menyelesaikan soal serumit itu? Ia menatap nanar papan tulis. Mencoba memahami dengan cermat. Beberapa menit berikutnya, bahunya kembali tegak sempurna. Sepertinya gadis itu siap bertempur dengan soal-soal di papan.

"Ayo Cindy, bisa! "

Gadis itu mulai menghitung, terlihat bahwa ia sangat serius. Tapi keseriusan itu tak berlangsung lama, karena ia tak sengaja melirik pekerjaan teman sebangkunya yang memang pintar. Dan ternyata jawaban yang ia punya beda jauh dengan teman sebangkunya itu.

Bahunya kembali merosot. Kenapa ia tak pernah pandai dalam Matematika?

Kepala gadis itu sengaja ia jatuhkan di atas buku yang berserakan. Menghadap ke luar kelas.

Seraya bergumam. "Kalau aja ada yang bisa buat gue semangat lagi ngerjain Matematika."

Sepersekian detik setelah itu, manik mata Cindy menemukan sosok laki-laki yang sama seperti beberapa hari lalu,  sedang asyik bermain basket dengan teman-temannya di lapangan. Rambut halus nan lebatnya terus bergoyang ke sana-kemari membuat Cindy hampir melepas tawa gemas.

Lamat-lamat gadis itu mengamati sosok yang berhasil mengalihkan fokusnya dari pelajaran, senyum yang sempat hilang kini perlahan mulai terbit.

Cukup lama Cindy menatap luar kelasnya demi melihat laki-laki itu mencetak skor banyak, ya walaupun hanya bisa melihat punggungnya saja.

"Seru banget kayaknya, jadi pengen ikut olahraga."

"Cindy!" sentak Pak Guru membuat Cindy terkaget-kaget, gadis itu memegangi dadanya yang berdegup kencang sambil dielus-elus.

Datanglah Lain Hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang