14. Ucapan Selamat dari Yudinata

4 2 0
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...happy reading...

***

Di hari-hari berikutnya, Cindy masih tetap mendatangi perpustakaan, walaupun Yudinata juga semakin sering ke sana. Entah apa yang laki-laki itu lakukan dengan teman-temannya di sana selain mengobrol dan bermain-main.

Ah bukan, bukan Yudinata yang bermain-main, hanya teman-temannya saja. Kalau dia juga kadang fokus pada novel yang dibacanya, walau sesekali Cindy lihat sempat melamun, melihat hujan turun dengan derasnya.

Sedangkan temannya hanya melihat-lihat berbagai jenis buku tanpa ada niat membacanya dengan tenang seperti murid lainnya. Makanya Cindy agak kesal, karena pernah sekali waktu, salah satu teman Yudinata mengganggu kegiatannya, dengan mencoba membuka pintu lemari kaca yang keras.

Yudinata tak memarahi ataupun memperingati temannya, dia malah ikut tertawa, membuat Cindy semakin geram. Jadi apa tujuan mereka ke perpustakaan sebenarnya? Apakah hanya untuk melihat gadis cantik, huh?

Dasar. Cindy tahu, karena ia mempunyai teman baru, mereka seangkatan, hanya beda kelas saja. Namanya Ratna, dia adalah gebetan salah satu teman Yudinata.

Pernah sekali waktu juga ia melihat teman barunya yang bernama Ratna duduk berdua sambil mengobrol kecil di luar perpustakaan dengan teman Yudinata itu, sebut saja Radit.

Cindy tertawa karena gemas melihatnya dari luar jendela. Di dalam perpustakaan masih terlihat sepi, mungkin hanya ada dirinya di sana. Ia tak perlu takut atau khawatir, karena sebentar lagi pasti seseorang akan datang dan menulis nama di daftar hadir.

Sudah jelas seseorang itu adalah Yudinata, yang akhir-akhir ini hobi membaca. Cindy tak tahu sejak kapan laki-laki itu jadi suka membaca dan rutin mendatangi perpustakaan. Tapi yang pastinya, semakin ke sini, semakin banyak momen bersama dengan Yudinata.

Bahkan saking seringnya bersama di tempat itu, sebagian buku hariannya di penuhi oleh cerita tentang Yudinata yang ia tulis di setiap harinya. Sadar tak sadar, ia juga semakin menaruh harapan pada laki-laki itu.

Padahal tak ada yang laki-laki itu lakukan selain menatap mata, atau mungkin sesekali ia dapati mencuri pandang. Entah ia yang terlalu percaya diri atau memang benar-benar Yudinata lakukan.

Cindy kembali duduk di tempatnya, membuka sebuah kamus tebal yang ia ambil dengan susah payah di lemari kaca di belakangnya. Lalu fokus membacanya, hingga Yudinata datang dan duduk di seberangnya. Seperti biasa.

Tapi kali ini, laki-laki itu tak mengambil novel yang sempat ia baca kemarin, melainkan hanya duduk dengan menopang dagu dan melihat ke arah luar jendela.

Cindy mengintip kegiatan membosankan Yudinata dari balik buku yang ia bentangkan di depan wajahnya, sedikit was-was karena takut ketahuan memerhatikan sosok yang sangat kalem itu, rasanya Cindy ingin terus tersenyum dengan wajah memerah sebab salah tingkah sendiri.

Datanglah Lain Hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang