20. Rela Pulang Terlambat Demi Yudinata.

6 2 0
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...happy reading...

***


Jam pelajaran keenam adalah mata pelajaran Sejarah. Jam sebelas siang, matahari di luar sudah tak lagi terasa hangat, melainkan panas menyengat. Untung saja kelas Cindy tak  pernah kebagian jadwal pelajaran Olahraga di siang hari.

Yang dapat jadwal Olahraga di jam pelajaran ke enam ini adalah IPS 3, kelas Yudinata. Aduh, kasihan sekali, Yudinata. Harus terkena sengatan brutal matahari.

Cindy menatap nanar luar dari jendela, lebih tepatnya sedang memerhatikan Yudinata yang sedang berolahraga di lapangan. Raganya masih bisa ia lihat, walau samar-samar dan terkadang hilang dari jangkauan mata.

Ia mengambil napas panjang, kembali mendengarkan penjelasan Pak Guru di depan. Karena sudah sepuluh menitan lebih ia hanya mendengarkan tanpa mengerti apa yang sedang dibahas.

“Halaman berapa, Ghe?” tanyanya berbisik di telinga Ghea, membuat temannya itu sedikit terlonjak.

“Ngagetin!” kaget Ghea. “Halaman seratus lima belas,“ sambungnya.

Cindy lekas membuka halaman 115, membaca sekilas paragraf pertama. “Eh, ada Yuyud!! “ serunya, sehingga seisi kelas terutama Pak Dayat.

“Kenapa, Cindy? Apa penjelasan Bapak kurang jelas?” tanya Pak Dayat.

Cindy langsung menggeleng cepat. “Ng-nggak, Pak, maaf...”

“Baik, kalau begitu bisa bapak lanjutkan?” gadis itu mengangguk kecil, malu.

“Cuitt cuitt! Yuyud siapa tuh... “ ledek Altof, suaranya pelan, karena kini dia duduk di meja bagian depan deretan kiri Cindy.

“Diem lo, curut got!” selorohnya.

“Kalau gue nggak mau? Gimana?” wajah menyebalkan itu lagi-lagi ditunjukkan pada Cindy yang emosian.

“Enyah aja lo sana, kambing. Ngeselin banget jadi manusia,” cibir Cindy, memperbaiki posisi duduknya. Lalu fokus pada papan tulis.

“Lo sadar nggak sih, bahwa selama ini lo terlalu bersikap kasar ke gue? Marah-marah terus ke gue, sering nyubit gue. Emang gue semenyebalkan itu, ya?” tanyanya memelas.

“Pake nanya, ya iyalah. “

“Kalau Yudinata yang kayak gini, lo masih suka nggak sama dia?” sontak mata Cindy melotot. “Bocah pri--“

“Altof, Cindy, masih belum selesai diskusinya? Apa mau dilanjutkan di luar?” tegur Pak Dayat sekaligus mengancam.

“Maaf Pak...”

***

Waktu pelajaran Sejarah hampir habis, Pak Dayat sudah siap menutup pembelajaran hari ini. Seisi kelas duduk siap, berdoa dalam hati sesuai intruksi ketua kelas. Kemudian setelah itu, barulah Pak Dayat keluar dari kelas, bersamaan dengan berbunyinya bel.

Datanglah Lain Hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang