21. Foto Berharga Cindy.

11 3 0
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...happy reading...

***


Yudinata berdecak sebal, dia membuka tasnya kembali setelah tadi sudah di tutup rapat sebelum ke kantin. Mengambil bikin tugasnya lalu diberikannya kepada seorang teman laki-lakinya - Yusra.

"Kenapa nggak dari tadi aja sih astaga... gue lagi asik-asiknya makan juga, " omelnya, bagaimana tidak mengomel, aktivitas makannya di sela olehnya.

"Yaelah, Ta, bilang aja lo kesel gara-gara waktu lo berduaan sama Luka gue ganggu, " pungkas Yusra sedikit terkekeh.

Karena kesal, Yudinata memukul lengan temannya cukup keras, matanya menatap Yusra sinis. "Di bilang gue udah nggak deket lagi sama dia, bandel lo dibilangin, " gumamnya. "Udah lah, gue mau lanjut makan aja, butuh apa lagi lo, ha?"

Yusra cengengesan. "Pinjam pulpennya dong kawan."

Yudinata membuang napas. "Ambil di kolom meja. Dah ya, gue tinggal, " pamitnya, lalu berjalan hendak ke kantin lagi, namun langkahnya mendadak berhenti di tengah jalan, kala melihat Pak Fariz yang membawa sebuah mading, yang diyakini itu hasil kerja dari IPS 1.

"Mau di pajang sekarang, Pak?" tanya Yudinata, saat Pak Fariz berdiri di hadapannya.

Pak Fariz mengangguk. "Iya, nih, bantu Bapak yuk. Anak IPS 1 lagi pada keluar, nggak ada di kelasnya. Pak Guru juga lupa ngabarin mereka, " jelasnya.

Yudinata mengangguk setuju. Mereka berdua jalan lagi menuju tempat di mana mading hasil kerja IPS 1 dipajang.

Letaknya tak jauh dari keberadaan kelas Yudinata, alias IPS 3, jadi tak memerlukan waktu lama untuk mereka sampa di papan mading sliding kaca. Pak Fariz langsung mengeluarkan peralatan yang dibutuhkan untuk memajang mading tersebut.

Yudinata melihat ada paku payung dan double tape foam. Pak Fariz mulai memotong double tape foam, kemudian di bantu tempel ke bagian belakang mading oleh Yudinata.

"Mading kelas kamu belum jadi, ya, Ta?" tanya Pak Fariz di tengah kegiatan mereka.

Yudinata mengangguk mengiyakan. "Iya, Pak, rencananya nanti sepulang sekolah langsung ngerjain di kelas, biar nggak bolak-balik perpus, " jawabnya.

Seusai menempelkan double tape di bagian belakang mading, mereka membentangkannya untuk di tempel di papan mading. Tak lupa menancapkan paku payung di setiap sudut, agar lebih kuat.

"Akhirnya selesai. Makasih, ya, Yudinata, " ucap Pak Fariz.

"Sama-sama, Pak, " balasnya sambil sedikit tersenyum.

"Eh? Udah di pajang?" suara melengking itu jelas Yudinata tahu siapa pemiliknya, ya, Cindy. "Kenapa Pak Guru nggak ngabarin, biar kita bisa bantu?"

Pak Fariz menggaruk tengkuknya yang tak gatak. "Lupa, hehe, lagi pula udah aja Yudinata kok yang bantu, " balasnya.

Datanglah Lain Hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang