Membawa Nostalgia

48 9 0
                                    


J A N E N I N A

Opung ini orang Batak, iya aku memang keturunan Batak. Tapi aku ga tau sama sekali tentang adat istiadat, maklum, selama ini aku besar di kota dan keluargaku ga up to date sama hal-hal berbau kebudayaan. Yang jelas, orang Batak yang Kristen biasanya suka daging babi.

Termasuk aku!

Enak banget, Jir. Kayanya kalo daging babi adalah orang, mungkin aku udah ngemis-ngemis buat pacaran sama dia. Terlepas dari jenis kelaminnya apa.

Acara utama sekarang itu sebetulnya peringatan Hari Ulang Tahun Opung yang ke 70 tahun, makanya acaranya rame banget. Aku ketemu banyak sanak famili yang aku aja ga tau mereka siapa, dan karena aku introvert, yaa... Aku ngobrolnya sama yang aku tau aja. Contohnya; Kazel, Raymond.

Kita semua sekarang lagi makan, ada banyak hidangan tersaji di meja. Ada babi guling, nasi goreng, ayam balado, spaghetti carbonara, pizza, ayam bakar, salad, dan berbagai minuman alkohol. Perutku udah kenyang banget, jujur.

Sesaat sedang menyantap sembari berbincang sama salah satu sepupuku yang namanya Raymond, dia ini anak ITB dan lagi cerita tentang perkuliahannya. Tiba-tiba ponselku berdering, Caller ID-nya adalah Vienna.

Loh? Ada apa ini?

Vienna dan aku tergabung dalam kegiatan OSIS, dan kami hanya saling menghubungi ketika itu tentang OSIS.

"Mond, bentar ya." Ucapku agak tergesa-gesa, Raymond mengangguk sambil mengacungkan ibu jarinya.

Dengan cepat aku langsung menjauh dari keramaian, dan mengangkat telpon Vienna.

Belum sempat aku membuka mulut, Vienna yang terdengar buru-buru itu agak panik, "Jane! Ke sekolah sekarang, kumpul OSIS kita."

"Hah?"

Wajar dong aku merespon gitu, aku lagi kumpul keluarga loh? Kenapa ya ini tiba-tiba? Kenza apaan sih? Flop banget.

"Iyaa! Cepetan, gue lagi otw ke sekolah. Ini perintah langsung dari Kenza, biasanya kan lewat juru komunikasi kan Si Abram." Jelasnya dengan suara angin yang berisik.

Aku menghela napas panjang, "Opa gue ulang tahun, Gila? Gimana ini gue izinnya, mana gue pake dress???"

Di balik sana Vienna bilang, "Udah, cuek aja. Kalo Kenza yang nyuruh berarti ini urgent. Lo kan satu divisi sama gue, ayolah, gue ga mau sendiri nugasnya. Iya sih ada Maliki, tapi kan dia adik kelas." Rupanya Vienna membujukku untuk ikut.

"Duuh, gue izin dulu deh. Ga janji ya." Ucapku lalu mematikan sambungan telpon.

Sebetulnya aku pengen izin untuk hari ini, karena ada acara keluarga, tapi kayanya nanti pas Evaluasi, aku bakal kena nih. Mau ga mau harus izin ke Ayah dan Opung, ini mah.

Tak berselang lama, Ayah mengizinkan, namun Opung sedikit menahan. Katanya mau nostalgia dengan mukaku yang mirip mendiang Oma.

Apa sih, Opung.

Dan untungnya Raymond menawarkan mobilnya untuk ditebengi bersama Kazel yang mau ikut juga. Katanya bosan.



A L E V

Macet, Cok!

Ronald dan gue kejebak macet, kita ga yakin bisa dateng tepat waktu. Jalanannya beneran macet pake banget. Ini kalo gue punya kekuatan super power udah pasti semua kendaraan gue tendangin, biar gue sama Ronald bisa lewat.

aleviajaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang