Polaroid dan Sepupu

700 58 0
                                    

A L E V

Senin pagi kali ini gue berangkat lebih pagi dari biasanya, entah kenapa seolah ada hal yang membuat gue lebih semangat dari biasanya. Padahal masuk sekolah itu jam 07.15 tapi sekarang gue udah on the way jam 06.20 gila kan?

Betapa rajinnya seorang Alev. Kana juga, Kakak gue itu udah ga buat keributan lagi. Soalnya dulu kalo pagi pas mau berangkat sekolah, ada aja acara ribut bareng dia.

Sejujurnya gue males ngerespon dia, tapi karena gue ga mau kalah, jadinya gue respon tuh.

Ponsel gue berdering memutar lagu Rizky Febian Berpisah Itu Mudah, begitu gue liat caller id nya ternyata Naomi. Gue slide ke kanan, telepon pun tersambung tak lupa gue nyalain speaker

"Halo, Alev." Sapanya di seberang sana.

"Hmm," Gue bergumam kecil, "kenapa?"

"Lo bawa mobil gak hari ini?" Naomi bertanya serius, terlihat dari nada suaranya yang sudah berubah.

Gue menaikan kedua alis sambil mengembuskan napas, "Kenapa sih? Lo mau nebeng lagi?" Tebak gue sambil memutar mata.

Terdengar kekehan disana, "Lo emang sahabat gue paling baik," puji Naomi kalo ada maunya.

"Sumpah gue gak peduli. Gue emang baik dan lo seharusnya tau diri dari dulu." Balas gue sarkas setelah itu gue langsung memencet tombol merah hingga sambungan telpon segera putus.

Gue membuka atap mobil sehingga angin menerpa rambut gue, atap mobil konvertibel berwarna abu-abu ini membuka sempurna, kacamata hitam diatas dashboard juga jangan lupa.

Begitu gue menancapkan gas beberapa orang yang hilir mudik menyempatkan diri untuk melirik ke arah sini, ini bukanlah hal yang keren untuk ditontonkan. Gue bukan film.

Di depan terdapat dua jalan raya besar yang membentuk cabang, biasanya gue ke kiri buat langsung menuju ke sekolah tapi kali ini gue belok kanan untuk menuju rumah Naomi.

Hal yang menyebalkan adalah ketika gue berhenti sejenak di lampu merah sempat ada para cowok yang membawa moge, mereka menoleh ke arah gue lalu bersiul.

"Syut," salah seorang cowok dengan helm fullface bersiul ke arah gue kemudian ia menaikkan kaca helmnya.

Gue menoleh ke kanan dengan pandangan malas sembari menurunkan setengah kacamata. Huh cowok ini sama sekali tidak punya attitude rupanya.

"Lo kira, gue Burung?" gue berdesis sembari menaikkan satu alis. Dia terhenyak hingga matanya melebar.

"Lo cantik ya." katanya sambil nyengir kuda yang udah mirip Kuda beneran. Seandainya gue bisa turun bebas, udah pasti gue tonjok ini orang.

Gue menatap lurus lagi ke depan sambil mengulas senyum miring "Gak usah senyum-senyum ke gue soalnya muka lo kaya Kuda." balas gue tajam lalu tertawa jahat.

Cowok itu benar-benar kaget. Sembari menunggu lampu lalu lintas mengubah warnanya, gue menaikan kacamata lagi. Beberapa detik kemudian lampu sudah berwarna hijau dan ini adalah kesempatan yang pas untuk menghina cowok tadi.

Gue menoleh ke kanan sambil menurunkan kacamata, "Permisi ya orang kampung yang baru pertama kali liat cewek cantik. Semoga nyawa lo ga melayang hari ini." Kata gue mengucapkan salam perpisahan yang keren setelah itu gue langsung menginjak gas.

Rasanya kalau udah menghina orang yang nyebelin kaya cowok tadi itu, hari-hari gue jadi lebih indah.

Sekarang gue udah melihat perumahan Naomi yang dijaga 4 Sekuriti sekaligus. Begitu sampai di pos, salah satu Sekuriti memberhentikan gue dan bertanya ada hal apa.

aleviajaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang