Obrolan Hangat

47 7 0
                                    

A L E V

HADEH gue baru banget bangun, dan Kana udah main masuk-masuk aja ke apartemen gue. Katanya dia ada tugas kelompok sama temen kuliahnya, dan tempatnya di daerah sini, jadi biar ga telat dia mampir ke sini dulu.

Tapi bukan itu yang gue permasalahin, masalahnya adalah sekarang Kana gangguin Milo anak gue! Sekarang bocahnya lagi duduk di sofa sambil angkat dan ciumin Milo. Dia yang ngeliat gue baru bangun dengan mata sembab itu langsung menjadikan hal itu sebagai topik di pagi ini.

Ia menoleh singkat, lalu kembali fokus mengusap-usap Milo, "Lo kenapa? Nangisin Bokap lagi ya?" Tembaknya langsung tanpa basa-basi.

Gue berdecak sembari membuka gorden tebal yang menutupi kaca, "Sotoy. Lo ke sini naik apa?" Langsung gue ganti topiknya.

Milo yang berada di pangkuannya langsung loncat dan berlari ke arah gue sembari mengusap kepalanya dengan manja ke betis gue.

"Mobil."

Mata Kana menyapu seisi apartemen gue, "Lo ga ada makanan?"

Gue menggeleng, "Gofood dong, pake duit lo ya."  Sambil cengengesan supaya dia mau bayarin buat gue juga.

"Gue udah makan, nih gue transfer aja ya buat lo makan." Ucapnya sambil mengotak-atik ponsel.

"Makasih, deh. Eh lo ke kuburan Papa ga?" Tanya gue sambil mendudukkan diri di kursi dekat kaca.

Kana yang sudah selesai mentransfer menunjukkan bukti transfernya, "Ngga, besok kayanya. Tugas gue banyak banget. Eh lo gofood sekarang aja dong, gue mau minta juga."

Gue ber-ohh ria, "Yaudah sih, yang penting jangan lupain lo punya Bokap kandung yang namanya Adji, walau udah meninggal. Inget Bokap lo itu bukan Kalvin."

Kalvin itu nama pacar Nyokap.

Wajah Kana tampak tak suka, "Paan sih lo? Lo pikir gue anggep Kalvin sebagai pengganti Papa? Kaga bisa lah!"

"Yaa, siapa tau." Ucap gue sekenanya sambil menarik pelan gorden.

"Eh, respon Mama gimana gue ga pulang?" Gue bertanya dengan nada penasaran sekaligus serius.

Kana terdiam sebentar, "Ya gitu, dia udah tau lo masih nyalahin dia atas kematian Papa tiga tahun yang lalu. Gue ga tau banyak, sih. Dia curhatnya kan ke Abang, biasalah, anak kesayangan."

Lagi-lagi gue ber-ohh ria.

"Emang lo udah beneran maafin Nyokap?" Tanya Kana hati-hati.

Saat itu gue diam beberapa detik, karena gue udah maafin kok? Yang ga bisa gue maafin adalah gimana Nyokap masih tetep pacaran sama Kalvin dan lebih memilih Kalvin dibanding Papa.

"Udah." Jawab gue lugas dengan tatapan mata gamang, rasanya api kebencian berkobar di dalam hati gue untuk Si Kalvin itu.

"Tapi," Gue menggantungkan ucapan dengan nada sinis, "jangan pernah harap gue mau serumah atau bahkan ngobrol atau bahkan natap Si Bangsat Kalvin itu, ya. Never in my life." Desis gue tajam.

Wajah Kana tampak tak terkejut, "Gue udah nebak gitu, kok. Nyokap juga sempet bilang bagi dia ini semua masih berat, maksudnya dengan lo yang bersikap kaya gini. Tapi ya ini konsekuensi yang harus dia hadapi."

Gue mengangguk, menyetujui perkataan Kana.

J A N E N I N A

PAGI ini cukup bagus untuk seorang Jane yang suka hidup produktif, aku bangun pagi dan tadi menyempatkan diri untuk bersepeda di sekitar komplek perumahan selama sejam. Pulang ke rumah ketika matahari udah semakin meninggi dan panas saja.

aleviajaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang