J A N E N I N A
Tak bisa dipungkiri bahwa Alev bertepuk tangan ketika lagu yang aku nyanyikan telah selesai, entah aku yang ber-ilusi atau memang kenyataan bahwa Alev sempat tersenyum tipis sembari bertepuk tangan.
Gak, gak, gak gue ga boleh pede abis.
Turun dari mimbar, Kazel yang sedari tadi duduk di meja tempat kawanan Alev juga mengajakku ke sana.
Ia menepuk bahuku sambil tersenyum bangga, "Gila! Keren abis penampilan lo, Sis!" Katanya bangga sambil terkekeh geli sementara aku cuma menampilkan senyum tipis.
Sepupu sialan ini menarikku ke kerumunan Kazel dan langsung disapa oleh Naomi juga Jendra, kecuali Alev.
"Penampilan lo keren banget, Jen. Kok lo bisa tau kafe ini sih?" Naomi melontarkan pertanyaan begitu aku sudah duduk di sebelah Yuna.
Kemudian Jendra menyambar, "Et iya, keren banget! Sabi lah ajarin gue nyanyi, haha."
Aku tertawa, mereka berdua ternyata asik. "Masa sih keren?? Gue ga ngerasa gitu padahal," Ucapku kaget, lalu mataku mengarah ke Jendra, "Bisa aja deh mujinya."
"Nyanyi lagi dong, Jane." Pinta Yuna, sebenarnya aku tidak mengenali orang ini namun sepertinya kami satu sekolah.
"Wah, hahaha capek, Brou." Kujawab ramah.
"Eh boleh! Boleh!" Kata Naomi heboh, "Nih nyanyi bareng Alev aja nanti dia yang main gitar atau piano. Bisa deh lo berdua featuring di depan, lagian bosen ga ada lagu juga."
Aku terdiam bingung harus menjawab apa sementara mereka semua ramai saling bersahut-sahutan, terkecuali Alev dan aku.
Sialnya, Naomi mengompori Kazel agar aku dan Alev diperbolehkan nyanyi untuk ke dua kalinya.
"Ngga ah, ngga. Orang lagi nugas juga, apaan sih lo semua." Sahut Alev sewot, mukanya terlihat cemberut.
"Dih, emang kenape si?? Orang nanti bagian lo dikerjain sama Jendra." Sergah Naomi balik sewot ke Alev.
"Ya gue gak mau."
"Ayo dong nyanyi, pleeeaaaseee...," Kali ini Yuna yang memohon agar Alev mau nyanyi bareng gue sementara itu Kazel menoleh dan menatap ke arahku.
"Lo mau nyanyi lagi ga? Pastinya sih dapet duit tambahan dari Bu Ariska." Bisik Kazel.
Aku menaikkan bahu, "Terserah Alev aja."
"Ga! Pokoknya ga mau." Tandas Alev singkat. Auranya terlihat jutek kali ini, berbeda 180 derajat saat sedang tepuk tangan.
"Ya Allah, kali ini kek turutin permintaan gue." Pinta Jendra dengan wajah memelas.
Naomi mengangguk setuju, "Kapan lagi sih, Lev? Udah lama banget ga denger lo nyanyi, apalagi nyanyi bareng-bareng gitu." Timpal Naomi.
Alev terdiam sebentar, kemudian ia menoleh ke arahku sekilas dan menatap ke arah Naomi juga Jendra, "Jaminannya apa kalo gue nyanyi sama dia?"
Aku berdecak dalam hati, apa susahnya sih nyebut nyanyi bareng (nama gue) kayaknya berat banget ya buat lo, Lev?
Yuna mengaduk-aduk smoothie kemudian menjilat sedotannya, "Traktir deh."
"Oke!" Alev bangkit dan menatap Kazel seolah meminta persetujuannya.
"Oh tentu aja bisa! Bentar ya!" Kazel bangkit entah ke mana, mungkin meminta perizinan Bu Ariska dahulu.
Akhirnya setelah melewati drama panjang dan cekcok antara Alev dan teman-temannya. Alev pun mengiyakan permintaan teman-temannya.
Selama Kazel pergi pun aku tak terlalu banyak menimpali ucapan mereka karena aku tidak terlalu kenal juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
aleviajane
RomancePernahkah kalian membenci seseorang tanpa alasan yang jelas? Seperti rasanya orang itu sangat menyebalkan tanpa alasan yang jelas. Hal itu sedang Alev alami. Ia selalu membenci Jane, cewek periang nan jutek yang memiliki sahabat gay yaitu Ryan. Sia...