[ source: https://www.chinadaily.com.cn/travel/2016-05/26/content_25478223_2.htm ]
Pecahan Kedua Puluh Tujuh
Soul of The Abyss
Sore itu, Dunk Natachai Boonprasert sedang membantu Bu Sani—wali kelas spesial tahun kedua, membawa tugas terakhir sebelum ujian ke ruang guru saat tanpa sengaja mendengar pembicaraan serius Pak Phom, wali kelas spesial tahun ketiga, bersama 2 muridnya yang tidak Dunk kenal. Jujur saja, di antara seluruh kakak kelasnya, ia hanya mengenal wajah Sang Penerus. Sebenarnya, ia ingin bersikap tidak peduli, seperti setiap ia ke ruang guru biasanya, masuk memenuhi permintaan Bu Sani, lalu kembali ke kelas. Tapi ada satu hal yang mengusik pendengarannya.
"Portal teleportasi. Tercipta dari buah peri. Pasti ada seseorang yang membawanya kemari."
Dunk dan dua siswa kakak kelasnya itu berdiri saling membelakangi, jarak mereka sekitar 2 meter. Tapi rasanya, telinga Dunk gatal sekali. Saat mendengar ucapan Pak Phom, ada sesuatu yang melemparnya ke masa lalu sesaat, hanya untuk mengingat luka yang berusaha ia lupa.
"Tolong katakan pada Perth untuk mengerjakan tugasnya minggu lalu." Bu Sani berucap lirih, kepalanya terasa pusing. "Dia itu memang menguasai sihir api—"
"Buah peri berasal dari pohon peri."
"—tapi kalau tidak mempedulikan nilai teori sama sekali aku tidak akan segan menurunkannya ke kelas A."
"Di luar wilayah Crissia. Kita harus mencari lokasi pastinya."
"Dunk? Kau mengerti?"
Dunk mengerjap. Walau tidak benar-benar mendengarkan celotehan wali kelasnya, ia buru-buru mengangguk.
"Bu, saya permisi."
Bu Sani mengangguk tidak peduli.
Begitu mendapat izin, kaki Dunk bergerak cepat untuk berbalik, lalu mengikuti nalurinya berjalan ke meja Pak Phom.
"Kita membutuhkan informasi—"
"Saya tahu letak pohon peri."
Tidak hanya Pak Phom, Singto, dan Krist yang terkejut akan kehadiran Dunk yang terlalu tiba-tiba. Namun Bu Sani yang sedang memijat-mijat kepalanya pening turut menatap siswanya dengan heran.
Dunk berdehem, sadar sudah bertindak tidak sopan.
"Ugh... Maaf menyela. Saya Dunk Boonprasert, siswa kelas spesial tahun kedua. Kalau tidak keberatan... saya tahu lokasi pohon peri."
***
Keesokan harinya, sebelum matahari menyingsing, udara di dalam gua bertambah dingin. Cahaya obor di dalam gua yang terlihat sama saja membuat warga Desa Tanpa Matahari tidak bisa membedakan siang dan malam. Oleh karena itu, mereka berusaha mempelajari suhu. Sangat dingin berarti fajar, hangat berarti pagi, panas berarti siang, gerah berarti sore, kemudian suhu menghangat berarti hari mulai gelap, dan seterusnya. Jika hari berhujan, warga kehilangan hitungan waktu. Tetapi tidak apa-apa, saat besok matahari muncul lagi, mereka akan mulai menghitung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sore of The Hiraeth [OffGun]
Fantasía[ONGOING] 2025, gerbang dimensi manusia-iblis terbuka. Iblis turun ke bumi dan menghancurkan peradaban teknologi. Tidak ada yang bisa mengalahkan iblis kecuali sihir api. Manusia meninggalkan teknologi dan mulai mempelajari sihir. Swain Academy tahu...