[ONGOING]
2025, gerbang dimensi manusia-iblis terbuka. Iblis turun ke bumi dan menghancurkan peradaban teknologi. Tidak ada yang bisa mengalahkan iblis kecuali sihir api. Manusia meninggalkan teknologi dan mulai mempelajari sihir. Swain Academy tahu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Source: https://unsplash.com/photos/k0rPR7IKLW8]
Pecahan Kedua Puluh Empat
Eager Eagle
Hawa pagi sebelum terang selalu menjadi yang paling dingin. Hembusan angin sebelum fajar adalah hembusan yang membekukan. Banyak orang memilih untuk tetap bergelung dalam selimut. Namun bagi Louis, dingin adalah teman. Ia terbiasa menantang dinginnya pagi di atap gedung asrama. Baginya, petang sebelum fajar membawa malam sungguhan, malam yang paling petang, taburan bintang yang paling banyak berserakan, udara yang paling menggigil, dan sepi yang paling sunyi. Louis paling senang menuntaskan dendamnya pada waktu seperti ini.
Suara elang memekik keras di atas asrama. Louis masih sibuk merentangkan tangan dan tertawa. Kaki kirinya menapak atap yang miring, sementara kaki kanan dibiarkan menginjak dada seseorang yang sedang merintih kesakitan. Elang bermata merah terbang berputar-putar, turut merayakan kebahagiaan Louis yang mengudara.
Tinggal 1 orang ini, lalu dendam Louis berakhir.
"Lou..." Orang itu terbatuk. Piyama putihnya kotor, sebagian terkena debu, sebagian bersimbah darah. "Lou..." Walau tenggorokannya mencekik sakit dan dadanya terinjak sesak, ia tetap berusaha bersuara, meminta belas kasihan Louis.
"Wahai iblis penguasa para iblis!" Di bawah langit kelam, Louis berseru lantang. Elangnya hinggap di ujung atap yang meruncing, di samping tiang bendera yang mengibarkan lambang sekolah mereka, satu kuas dengan lilitan sulur-sulur air warna-warni. Elang itu pelan-pelan berubah menjadi sosok hitam dengan aura pekat yang menghimpit. Louis tersenyum senang. "Jika jiwa bangsawan sialan yang tunduk di kakiku ini kau rusak juga, maka akan kuabdikan seluruh jiwa dan ragaku padamu."
Iblis berbentuk asap hitam itu melayang mendekati Louis. Perlahan, asap pekat meraih wajah orang yang Louis injak. Seketika, orang itu meraung kesakitan, seolah wajahnya dikelupas paksa oleh tarikan asap iblis.
Dalam proses berlangsungnya pengoyakan jiwa yang mengiris kewarasan korban, segaris cahaya putih melesat horizontal, memutus asap hitam dari iblis pada mangsanya. Serempak, Louis, iblis, dan putra bangsawan yang merintih menoleh ke asal panah api putih kecil itu ditembakkan.
Di atap gedung seberang, terlihat Off dan Singto berdiri dengan nafas terengah-engah, mungkin kelelahan sehabis menaiki tangga. Singto sudah bersiap dengan dua pedang birunya, sedangkan Off dengan busur dan anak panah putih yang siap ia tembakkan lagi.
Louis memindahkan kakinya dari dada target dendamnya, membiarkan bangsawan itu meraih nafas dan terbatuk-batuk. Louis bersedekap, menatap dua siswa Swain Academy di atap seberang dengan pandangan tidak suka. Louis sudah menduga mereka akan merusak kesenangannya.