12. One Thousand

698 107 19
                                    

[Source: https://nextdayshopper

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Source: https://nextdayshopper.com/product/red-delicious-apple/]


Pecahan Kedua Belas

One Thousand



Tay Tawan Vihokratana tidak pernah merasa iri. Di kelas spesial tahun ketiga, ia tahu dan sadar bahwa ia menjadi siswa paling tidak pintar. Dia memang secara kebetulan menguasai api biru setelah diajari Off berminggu-minggu. Awalnya, tujuan Tay hanya satu. Menjadi orang yang paling Off percaya, saat masih menjadi siswa maupun nanti saat Off menjadi penguasa. Karena itulah janjinya pada Att.

Lambat laun, pertemuannya dengan New memecah tujuan itu. Tay masih ingin menjadi orang yang Off percaya. Namun di sisi hatinya yang lain, Tay ingin melindungi New, seolah 'melindungi New' adalah hal utama yang melengserkan kesetiaannya pada Off. Tay kadang berpikir, jika diminta memilih salah satu, ia tidak tahu akan memilih yang mana. Sampai saat ini, Tay belum menemukan jawaban pasti, lagipula hal seperti itu belum terjadi, untuk apa dipikirkan terlalu dini.

Tay berjalan riang menyusuri koridor tahun ketiga. Beberapa pasang mata sempat melirik lambang emas yang tersemat di dada kiri jasnya, tapi Tay tidak peduli.

Di depan kelas D, terlihat 2 orang yang sedang sibuk memainkan rubik 3x3 6 warna. Tay diam-diam mendekat. 2 orang yang terlalu fokus pada rubik di tangan masing-masing tidak menyadari keberadaan Tay.

"Argh! Susah!" Sing Cheewagaroon hampir membanting rubiknya frustasi. Dengan tanggap, Tay merebut rubik dari tangannya.

Sing hendak merebut kembali, namun melihat tangan Tay bergerak lincah memutar rubik membuat ia menahan diri. Selang kira-kira 20 detik, Tay menyelesaikan rubik 6 warna itu.

Sing Cheewagaroon dan Jan Supasap yang berdiri berdampingan di depan dinding kelas D itu menatap kagum, mereka melirik lambang emas di dada kiri Tay.

"Wow, kakak hebat sekali," ucap Jan, gadis berambut pendek sebahu dengan poni lurus yang menegaskan garis lucu di wajah putihnya.

"Apa semua anak kelas spesial bisa bermain rubik sehebat kakak?" tanya Sing, siswa laki-laki dengan pipi chubby yang rubiknya berpindah di tangan Tay.

Tay tersenyum bangga.

"Rumus dasar iya. Tapi yang mempelajari sampai ke metode Friedrich hanya aku dan Singto. Temanku satu itu bisa bermain lebih cepat dariku."

"Aku tidak tahu Friedrich siapa, tapi bisa kakak tolong ajari kami?" ucap Jan memohon.

Tay menimang-nimang rubik yang warnanya telah rapi di tangannya. "Kenapa kalian memanggilku kakak?"

Sore of The Hiraeth [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang