18. Time Interval

649 107 38
                                    


[Source: https://cdn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Source: https://cdn.hipwallpaper.com/i/61/29/nzyW5o.jpg]


Pecahan Kedelapan Belas

Time Interval



Nanon Korapat Kirdpan menarik tali busur di depan dada. Matanya menyipit memfokuskan target. Kalau diingat-ingat, seharusnya ia memanah dengan kesal. Orangtuanya sedang menghadiri undangan di Halmeida, meninggalkan ia dan kakak angkatnya. Nanon sempat berharap, kepergian orangtuanya bisa memberi waktu untuk mengakrabkan diri pada kakak angkatnya. Bukannya tidak akrab. Bukan begitu. Hanya saja akhir-akhir ini Nanon merasa kakak angkatnya tidak memiliki waktu untuk bermain dengannya.

Bahkan pagi ini, saat ia merengek minta ditemani memanah, Tay justru mengajak Nanon ke rumah teman dengan alasan sudah punya janji untuk belajar bersama. Awalnya Nanon merasa kesal, tapi setelah tahu kemana mereka akan singgah, kekesalan Nanon hilang sepenuhnya. Jangan tanya kenapa, karena Nanon sendiri sedang berusaha mencari jawabannya.

Begitu tangan kanan Nanon melepas tali busur, anak panah kayu dengan ujung runcing melesat lurus pada sebuah apel merah di atas kepala Chimon. Lutut Chimon lemas dan rubuh ke atas rumput di halaman mansion panti. Nanon bersorak girang. Namun tak lama, tangisan Chimon yang samar-samar terdengar membuat Nanon terpaksa menghentikan sorak senangnya.

Nanon berjalan malas menghampiri Chimon yang masih terduduk di tempatnya.

"Jangan menangis. Aku ini murid siswa terkuat bersenjata panah, muridnya kak Off. Tidak mungkin anak panahku akan meleset." Ucap Nanon menyombongkan diri.

Mata Chimon berair. Ia memegangi dadanya yang masih berdegup kencang.

"Aku... Aku takut sekali. Ku kira... Ku kira aku akan mati huwaaa..." Chimon menangis.

Nanon tertawa ringan, memenuhi udara di halaman mansion dengan tawa senang.

"Tidak mungkin lah, bodoh!" Nanon memukul ringan kepala Chimon dengan anak panahnya. Tangis Chimon memelan. Tangan kecilnya mengusap-usap kepala yang baru saja dipukul ringan.

...Aku tidak mungkin melukaimu...

Nanon tersenyum samar, membiarkan kalimatnya memudar sebelum sempat terucap. "Berhentilah menangis. Sekarang giliranmu memanah." Nanon menyodorkan busur dan satu anak panah pada Chimon.

Dengan tangan yang masih bergetar, Chimon Ruangwiwat mengambil busur dan anak panah itu. Nanon berjalan cepat ke salah satu meja yang tersedia di halaman mansion. Tangan bocah 13 tahun itu dengan cekatan menata 3 buah apel merah di atas meja.

"Kalau berhasil menancap pada salah satu apel, nanti ku beri oleh-oleh dari Halmeida."

Mata Chimon yang masih basah berbinar. Sejujurnya, Chimon memang belum pernah melangkah keluar wilayah Crissia. Mama Godji pernah berpesan, anak-anaknya hanya boleh pergi ke luar kota jika sudah menguasai sihir api dan bisa melindungi diri sendiri.

Sore of The Hiraeth [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang