Hari ini sangat melelahkan bagi Alfa yang sedang latihan mengemudikan pesawat tempur militer miliknya. Formasi yang ia buat dengan rekan-rekannya membuat otak dan tenaganya terkuras habis.
Alfa turun dari pesawat dengan wajah yang begitu keras dan datar. Walaupun postur tubuhnya dan mimik wajahnya tidak berubah, jauh di dalam sana ia merasakan bahwa lelahnya semakin menggerogotinya.
Ia berjalan ke sisi lapangan (bandara khusus) untuk merebahkan dirinya di balik pohon besar yang khusus ia jadikan markasnya, karena sejauh ini tak ada yang berani mendekati area peristirahatan sementara miliknya.
Kecuali...
Cesss
Rasa dingin dan segar menjalar berasal dari pipinya. Suara yang sangat ia kenal memasuki telinganya dengan syahdu. Suasanya hatinya yang runyam, kepalanya yang amat rumit, hingga lelah yang ia rasakan kini seolah-olah menguap begitu saja.
"Alfaaaa~ kamu bobo? Pasti capek yaa?" Ucapnya dengan nada yang tenang.
Alfa sendiri membuka matanya perlahan, ia menatap tepat pada manik mata yang berwarna coklat terang itu, lantaran saat ini pemuda itu dalam posisi sejajar di atasnya.
Dengan jahil Alfa menarik tekuk pemuda itu. Karena kehilangan keseimbangannya, pemuda itu pun tertarik ke dalam pelukan Alfa. Kepalanya kini telah berbenturan dengan tulang selangka Alfa yang indah, keringat yang menetespun seakan berpindah ke sisi kulit pipi kenyal yang baru saja mendarat.
"ALFAAAA... KAMU KERINGETANNN!!! IYUUHH!! LEPAS NGGAK!!"
Tak ada sahutan dari Alfa, ia malah semakin mengeratkan pelukannya, tangan kirinya menahan tekuk sang pemuda agar tetap dalam posisi di ceruk lehernya, sedangkan tangan kanannya mengerat di pinggang ramping sang pemuda.
"AAAHHHHH SESEK TAUUU!!! LEPASINN!"
"Sssttt.. diem. Biarkan seperti ini sejenak." Jawab Alfa yang kini mengelus rambut kepala Nino.
Yaa, orang yang datang menyusul ke Departemen Penerbangan ini adalah Nino. Memang, saat ini sudah waktunya jam pulang sekolah, tapi jadwal mereka tidak selalu sama dalam hal pulang. Seperti saat ini, jam pulang Alfa terundur sekitar 20 menit dari waktu yang seharusnya. Karena cukup menyebalkan bagi Nino untuk menunggu, maka ia putuskan untuk datang menghampiri Alfa di Lapangan Khusus.
"KAMU TELAT HAMPIR TIGA PULUH MENIT, TAHU?!" Teriak Nino sambil berusaha berontak.
"Maaf."
"Dasar ambis!" Jawab Nino yang bahkan kini menggigit tulang selangka dan bahu Alfa. Itu karena skor 98 di penerbangan kali ini tak bisa membuat Alfa puas, dan Nino tahu itu.
"Kamu, kan, janji mau nganterin aku Pemotretan!"
"Istirahat lima belas menit."
"Oke. Tapi lepasin dulu."
"Hm?"
"Lepas!" Ucap Nino semakin berontak namun sia-sia.
"Kenapa?" Nada rendah Alfa yang membuat Nino merinding mendengarnya.
"Diem, sayang." Ucap Alfa kembali dengan niat menggoda.
Nino tak menyangka Alfa memanggil dirinya menggunakan sebutan itu, ia bahkan tak bisa berkutik. Usaha berontaknya kini ia gagalkan, Nino benar-benar terlihat sudah lelah melawan sekarang. Lain halnya dengan Alfa yang memikirkan apa lagi rencana jahilnya untuk Nino.
"Eugh?"
"Pfftt.. ada apa dengan mukamu? Malu?"
"E-ehh? E-ENGGAK YAA!! GE-ER!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANINO
Romance"Kamu itu cuma denial. Kamu suka kan sama aku?!" -Nino Bagi Nino, Alfa itu sangat amat greenflag. Sikap manis Alfa selalu berhasil membuat Nino merasa spesial, tapi mereka bahkan tidak memiliki hubungan asmara yang terjalin. Nino berkali-kali menyat...