BAB 4 :: Meresahkan

76 10 0
                                    

Alfa duduk di sofa biru yang menghadap langsung ke tempat photoshoot. Ruangan outdoor layaknya balkon ini adalah ruang bebas yang dibatasi oleh sekat kaca tempat berlangsungnya pemotretan. Di sini adalah tempat bagi mereka yang ingin merokok atau sekedar menghirup udara segar untuk beristirahat.

Dia menatap aktifitas pemotretan Nino dengan senyum tipis di wajahnya. Nino sangatlah lucu, dia terlihat seperti peri di mata Alfa. Apalagi kini Nino telah didandani dan berganti pakaian untuk kebutuhan pemotretan.

Tak ada kata jenuh di dalam kamus Alfa yang merujuk pada bab 'tentang Nino' . Ia bahkan sibuk mengabadikan Nino dengan kamera miliknya, entah itu berupa foto ataupun vidio.

Di kesempatan yang ada, Sesekali Nino terlihat mengedipkan satu matanya menggoda Alfa, melayangkan kiss serta bentuk love dari jari dan tangannya. Tak habis pikir, Alfa yang melihat semua itu hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum tipisnya yang perlahan mengudara.

Alfa melihat foto yang baru saja ia ambil. Seolah hatinya ikut menghangat kala menelusuri foto Nino yang dinilainya sempurna. Ada satu yang terlintas di pikiran Alfa. Hal yang mungkin akan ia lakukan setelah sampai di rumah nanti.

"Terima kasih atas kerja kerasnya~"

Suara Nino yang menggema menarik etensi Alfa, sepertinya jadwal hari ini terbilang sebentar dari pada sebelumnya. Alfa melihat Nino yang berlari kecil dan menubruk Alfa untuk sekedar pelukan ringan.

"Goodjob, boy!"

"Hihihi"

"Mau makan dulu sebelum pulang?" Tanya Alfa sambil mengelus tekuk Nino pelan.

"MAU!! CARI GUDEG YAA!!"

Alfa mengerutkan keningnya, ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya; terpampang jelas jam berapa saat itu— 19:28.

Alfa kembali mengarahkan pandangannya ke kanan atas, tanda berpikir. Di mana ia akan mencari makanan khas jogja itu saat malam sudah tiba. Melihat Nino yang masih menggelendot manja, sepertinya hanya ada satu cara terakhir jika memang tidak ada yang menjualnya. Memasak.

"Okehh.. kita cari, yaa, nanti."

"MAKASIHH AFAAA~"

Saat mereka berbincang ringan, ada sosok yang mengetuk pintu kaca itu, seorang laki-laki yang menjadi penanggung jawab dalam pengambilan gambar sebelumnya.

"Serasi banget sihh kalian, kapan nikah?" Ucap laki-laki yang sebelumnya dipanggil 'Kak Alpen'

Nino melepas pelukannya santai, ia menatap Alpen dengan raut sebalnya, "yeu.. ganggu aja sih, om-om."

"Songong banget lo, cill."

"Lagian yaa, kalau Nino nikah sama Alfa nanti, nggak bakal tuhh mau ngundang kak Alpen."

"Kaya Alfa mau aja sama lo." Goda Alpen lebih lanjut.

"Ishh, mau, ya!" Sahut Nino yang kini beralih ke Alfa.

Yang ditanya kini hanya mengangkat satu alisnya tanpa menjawab. Ia hanya mengusap lembut kepala Nino, "Masih kecil. Diem aja udah."

"Alfa mahh!!!"

"Udah..udah.. gue ke sini mau nawarin sesuatu ke Nino. No, Hana tiba-tiba telepon kalau anaknya sakit dan nggak bisa ke sini. Sedangkan, masih ada beberapa merk pakaian dan beberapa aksesoris yang belum ke foto. Mau nggak, nambah waktu 1 jam lagi buat gantiin Hana?"

Nino melirik Alfa untuk meminta jawaban, Alfa yang peka terlihat banyak pertimbangan, bahkan ia kembali melirik kembali ke arah jam tangannya. "Banyak banget kak, emang?"

ALFANINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang