"Sebentarrr.. pelan-pelan!"
"Ayooo cepetan! Gerak lebih cepet!"
"Nino! Jangan sembrono! Kalau robek nanti berdarah! Sakit juga perih! Kamu mau?!"
Kaki yang dibalut dengan sepatu konvers hitam itu berhenti. Ia membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke Alfa yang tertinggal benerapa langkah di belakangnya. Wajahnya yang seputih porselen begitu menawan, kala beberapa bulih keringat mengalir di pelipisnya. Bibirnya mengerucut tebal dengan hentakan kaki yang mulai terdengar.
Nino merajuk.
"Kalau kamu lama. Nanti Taman Bermainnya tutup!" Ucap Nino yang menyilangkan kedua tangannya kesal.
"Kalau kamu lari-lari begitu, bisa aja kamu jatuh, lutut kamu berdarah!" Jawab Alfa pelan.
Alfa mendekati pemuda itu dengan senyum tipisnya, kedua tangannya terlihat menenteng barang-barang milik Nino. Di sebelah kiri tangan Alfa, terlihat ia tengah menenteng beberapa kantung belanjaan bermerk. Di sebelah kanan tangannya, Alfa sibuk mengambil gambar Nino yang bahkan Nino sendiri tidak minta.
"Lagian, siapa yang berani nutup? Akan tetap buka sampai kamu puas." Ucap Alfa dengan nada lembut.
"Yeuu kaya ini taman hiburan punya kamu aja. Aku tahu kamu kaya, tapi gak mungkin kan?"
"Ya kan em—" Tanya Alfa dengan wajah jahilnya.
"WOI ALFA! GILA YA LO! BISA-BISANYA LO—"
"Shuutttt! Berisik banget, sih, kamu Toni!"
Alfa hanya melirik sekilas, namun Alfa tidak peduli. Ia hanya menghela napasnya kesal, tatapannya menajam namun dengan cepat melembut saat menatap Nino.
Setelah meminta maaf pada Nino, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke Taman Hiburan terbesar di Kota. Ini semua atas permintaan Nino untuk kompensasi yang ia minta.
"Seharusnya jangan ajak mereka." Gerutu Alfa yang merotasi matanya lelah.
"Ihh kan kalo rame semakin seru hehe" jawab Nino dengan ceria.
Lizi dan Toni pun mendekat ke arah Nino dan Alfa, keduanya datang pun atas permintaan Nino, meski Toni sedikit tidak mood karena masih mengantuk.
"Gue mau balik aja ahh, ngantuk banget asli!" Ucap Toni yang sesekali menguap.
"Yasudah, sana pulang!" Jawab Alfa dengan nada mengusir.
"JANGAN!" sahut Lizi dan Nino berbarengan.
Lizi dan Nino saling melirik, seakan mereka berdua memiliki pemikiran yang sama, keduanya pun mengangguk samar. Toni dan Alfa saling berpandangan, mendapat reaksi yang mencurigakan tak membuat keduanya curiga.
"Kita pisah aja yaa dari sini. Nanti kumpul lagi, aku sama Toni mau ke arah sana naik kora-kora! Dadahh" ucap Lizi buru-buru sambil menarik Toni menjauhi Alfa dan Nino.
"Apa yang sebenarnya kamu rencanakan? Hem?" Ucap Alfa pelan tepat ditelinga Nino.
Nino yang tiba-tiba didekati oleh Alfa sedikit berjingkat, memejam sejenak untuk meredam geli dan malu karena suara Alfa yang menurutnya sangatlah– idaman.
"Aku mau sekalian nyomblangin mereka."
"Cih. Itu gak akan berhasil."
Nino membuka matanya cepat, ia melirik Alfa dengan matanya yang menyipit, "ya kan kalau kita gak coba gak mungkin tahu akhirnya jadi seperti apa. Kaya kita contohnya?"
Alfa dan Nino saling berpandangan. Mereka seperti menelisik keduanya, mencari makna dari masing-masing tatapan yang teduh dan penuh angan. Hingga Alfa yang lebih dulu memutus pandangan itu, diikuti tangannya yang menarik pergelangan tangan Nino dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANINO
Romantik"Kamu itu cuma denial. Kamu suka kan sama aku?!" -Nino Bagi Nino, Alfa itu sangat amat greenflag. Sikap manis Alfa selalu berhasil membuat Nino merasa spesial, tapi mereka bahkan tidak memiliki hubungan asmara yang terjalin. Nino berkali-kali menyat...