BAB⁴

20.7K 887 2
                                    

_______•••______

Ingat perkataan Syaqira sore tadi?dimana ia mengatakan tidak akan tidur dikamar Gus Ibra. Tapi nyatanya, semalam Syaqira tetap tidur dikamar Gus Ibra.

Malam ini, Gus Ibra terbangun dari tidurnya. Sebab sedikit terganggu dengan tidurnya Syaqira. Gus Ibra yang merasa sisi sebelahnya terus bergerak pun segera bangkit dari tidurnya. Menatap Syaqira yang tidak bisa diam, terlihat gadis itu bergerak ke kanan dan kekiri.

Gus Ibra mengingat-ingat lagi selama dirumah mertuanya. Syaqira sering seperti ini saat tidur malam-malam. Mencegah terjadinya kebanjiran, Gus Ibra berniat untuk membangunkan istri kecilnya.

"Bangun." Ucap Gus Ibra seraya menepuk pipi Syaqira pelan.

"Mmmmm." Gumam Syaqira sembari membalikkan tubuhnya kesamping.

"Pipis dulu." Ucap Gus Ibra yang sudah hafal dengan gelagat Syaqira.

Syaqira membuka matanya perlahan, ia merubah posisinya menjadi terduduk sembari menunduk. Gus Ibra tersenyum tipis melihat Syaqira yang masih memejamkan kedua matanya dengan posisi terduduk.

"Sana, nanti ngompol lagi." Ucap Gus Ibra setengah menyindir.

Syaqira mengangguk samar lalu bangkit dari posisinya. Turun dari kasur dengan perlahan dengan kedua mata yang kadang terpejam kadang terbuka.

"Lepas dulu kaos kaki kamu." Ucap nya lagi kala Syaqira berjalan tanpa melepas kaos kakinya. Memang, Syaqira tidak bisa tidur tanpa kaos kaki. Sedari kecil ia sudah terbiasa tidur menggunakan kaos kaki. Seperti ketergantungan.

Bersamaan dengan Syaqira yang masuk kedalam kamar mandi. Gus Ibra memilih keluar dari kamarnya guna mengambil air minum di dapur.

Didapur, kebetulan sekali ia bertemu dengan Umi Hafsah yang tengah menyeduh susu jahe.

"Untuk siapa Umi?" Tanya Gus Ibra sembari berjalan kearah dispenser yang berada di pojok ruangan.

"Untuk Umi, hawanya dingin, Le. Umi bikin susu jahe. Mau kamu?" Ucap Umi Hafsah.

"Ndak Umi," tolak Gus Ibra sembari mengulas senyum tipis.

"Abi udah tidur mi?" Tanya Gus Ibra setelah meneguk air mineral.

"Sudah, baru tadi Umi kerokin. Kayaknya masuk angin itu Abi kamu." Jawab Umi Hafsah.

"Mandinya kesorean." Celetuk Gus Ibra mengingat Abinya mandi menjelang magrib.

"Lha iya, wes kebiasaan to?" Ucap Umi Hafsah beralih menatap putranya.

"Syaqira bagaimana? Betah disini?" Tanya Umi Hafsah.

"Insyaallah Umi, Ira kan belum terbiasa tidur disini." Ucap Gus Ibra.

"Kalau mondoknya sudah mulai lagi, bagaimana kalian?" Tanya nya.

"Ngga gimana-gimana, mi. Nanti Syaqira tidur diasrama tiga hari, di ndalem empat hari." Jawab Gus Ibra membuat Umi Hafsah tersenyum menggodanya.

"Apa ndak di publikasikan saja pernikahan kalian? Nanti kita adakan resepsi dipesantren le." Ucap Umi.

"Mungkin nanti saja Umi, kalau Syaqira sudah selesai." Ucap Gus Ibra.

"Takutnya nanti terjadi fitnah, apa lagi Syaqira bakal sering bolak-balik ke ndalem, nanti kalau banyak santri yang lihat malah berfikir yang tidak-tidak." Ucap Umi Hafsah sembari meneguk susu jahe nya.

"Insyaallah, engga. Niatnya kami resepsi waktu Syaqira selesai sekolah Aliyah." Ucap Gus Ibra.

"Yowes, kalau gitu." Ucap Umi Hafsah seraya bangkit dari duduknya.

IBRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang