Pukul tiga dini hari, Gus Ibra terbangun dari tidurnya. Menggelengkan kepalanya pelan melihat tidur Syaqira yang bar-bar. Namun dirinya kembali tercengang merasakan baju yang ia kenakan basah. Bahkan kasur yang ia tiduri pun basah dan bau pesing.
Ia menatap Syaqira yang menjadi sumber bau pesing itu. Gus Ibra menghela nafasnya panjang. Rupanya ia benar-benar menikahi anak kecil. Lihat saja, Syaqira mengompol dan mengenai dirinya. Bahkan selimut, seprai beserta kasur nya menjadi basah dan bau.
Ia bergerak membangunkan Syaqira yang masih tidur nyenyak. Dirinya bergerak menepuk-nepuk kedua pipi istrinya dengan pelan.
"Bangun." Ucapnya.
"Hmmmm." Jawab Syaqira seraya merubah posisi tidurnya. Yang tadinya terlentang dengan kedua kaki yang hampir memenuhi kasur, kini beringsut meringkuk.
"Bangun Syaqira!" Ucap Gus Ibra kini dengan nada yang tegas.
Syaqira membuka kedua matanya dengan perlahan, menatap Gus Ibra yang berdiri disampingnya. Seperti ngelag, Syaqira hanya terdiam sembari menatap Gus Ibra tanpa berkedip.
"Mandi dulu sana, nanti gantian." Ucap Gusnya.
"Dingin gusss." Jawabnya.
"Kamu ngompol, sana bersih-bersih." Ucap Gus Ibra yang membuat Syaqira melototkan matanya dan langsung bangkit seketika.
Apa tadi? Ngompol? Yang benar saja. Batin Syaqira. Namun dirinya kembali terdiam kala merasakan kasur dan celananya basah. Ia meringis pelan menatap kasurnya yang sudah basah.
"Lihat, baju sama celana saya ikutan basah gara-gara kamu." Tunjuk Gus Ibra.
"Mm-maaf!" Cetus Syaqira merasa malu dan kesal karena Gus Ibra mengetahui aibnya.
"Salah siapa tidur dikasur Ira." Ucapnya malah menyalahkan Gus Ibra.
"Sudah, mandi dulu sana!" Titah Gus Ibra.
Lalu, dengan gerakan gesit. Syaqira berlari menuju kamar mandi membunyikan wajahnya yang memerah karena malu dengan Gusnya.
Gus Ibra hanya mampu geleng-geleng kepala sembari memberesi kasur Syaqira. Nantinya, kasur beserta selimut itu akan ia cuci agar tidak ada bakteri yang menempel disana.
Pagi harinya. Gus Ibra dan Syaqira berjalan keluar sembari mengangkat kasur busa miliknya. Keduanya berjalan menuju halaman belakang rumah guna mencuci kasur itu.
"Lho mau dikemanakan kasurnya?" Tanya Bunda Annisa.
Syaqira melototi Gus Ibra agar tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Sedari tadi pun Syaqira sudah mengancam Gus Ibra untuk mengatakan jika kasur ini tersiram air, bukan karena ompol.
Gus Ibra memutar bola matanya malas melihat tatapan Syaqira yang ditujukan padanya. Lalu beralih tersenyum kearah mertua nya.
"Mau dicuci, Bun. Semalam terkena kopi." Ucap Gus Ibra yang mau tak mau harus berbohong pada mertua nya. Huhh, Ya Allah maafkanlah Hambamu ini.
"Oalah, padahal tidak harus dicuci tidak apa. Siang nanti kan kalian sudah pulang." Ujar Bunda Annisa sembari terkekeh pelan.
"Pulang kemana gus?" Tanys Syaqira saat Bundanya sudah meninggalkan keduanya.
"Pesantren, kemana lagi memang?" Jawab Gus Ibra.
Gus Ibra menyimpan kasur itu pada kursi panjang yang berada dihalaman belakang. Menarik selang air yang sudah dipasangkan pada kran dipojok bangunan, lalu mulai menyiram kasur itu dengan air. Syaqira terdiam disamping suaminya sembari menatap guyuran air hingga membuat kasur itu basah kuyup.
"Kamu memang sering begitu?" Tanya Gus Ibra.
"Begitu apa?" Ucap Syaqira berbalik bertanya.
"Itu, ngompol. Diasrama begitu juga?" Tanya Gus Ibra sembari fokus memberikan air pada seluruh kasur untuk menghilangkan najis.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...