BAB 31

16.2K 739 33
                                    

'Ibrahim untuk Syaqira'


______•••______

Hubungan Zahwa dengan Papanya berangsur membaik. Zahwa tidak lagi menyalahkan Papanya tentang perceraian nya dengan Sima, Mama Zahwa. Juga mulai memaafkan semua kesalahan Papanya yang sering sekali membawa kekasih barunya kerumah.

Bahkan, dengan bantuan Papanya lah Zahwa berani berbuat nekat. Meminta sang Papa untuk melamarkan Gus Ibra untuknya. Zahwa benar-benar memohon pada Papanya agar mau membantunya menggapai cinta nya.

Zahwa yang sudah mendapatkan izin untuk pulang sehari pun mendatangi orang tuanya. Ia berjalan menghampiri lelaki paruh baya yang tengah terduduk di ruang tengah.

"Papa, kata Pak Kyai bagaimana? Gus Ibra mau kan Pa?" Tanya Zahwa pada Guntur, Papanya.

Guntur tersenyum tipis mendengarnya. Ia menggelengkan kepalanya pelan seraya membuang nafasnya panjang.

"Susah, Nak. Pak Abdullah tidak menerima lamaran Papa." Ucap Guntur seraya mengusap kepala putrinya dengan sayang.

"Papa, tapi Zahwa cinta sama Gus Ibra." Lirihnya.

"Zahwa ngga bisa tanpa Gus Ibra. Zahwa udah lama suka sama Gus Ibra, Pa. Zahwa cuma mau perjuangin cinta, Zahwa." Ucap Zahwa menunduk dalam.

"Kamu tenang saja ya, anak Papa. Besok Papa yang bilang langsung sama Ibra, nanti Papa yang akan meyakinkan Ibra supaya mau menjadikan kamu istri keduanya." Ucap Guntur tersenyum menatap putrinya. Zahwa kembali menyinggungkan senyumnya, memeluk tubuh lelaki paruh baya itu dengan erat.

"Zahwa sayang Papa." Seru Zahwa.

"Papa lebih sayang sama kamu, Nak. Maafkan semua kesalahan Papa ya, sekarang Papa rela lakukan apapun demi putri Papa bahagia." Ucap Guntur.

"Zahwa udah maafin Papa. Papa jangan merasa bersalah gitu." Ucap Zahwa seraya menggenggam kedua tangan Guntur.

"Tapi, Papa bisa meyakinkan Gus Ibra kan?" Tanya Zahwa.

"Papa akan coba. Ibra pasti mau menerima kamu sebagai istri keduanya. Kamu juga ya, bilang sama istrinya Ibra. Yakinkan dia supaya mau berbagi sama kamu." Ucap Guntur.

"Syaqira itu keras kepala, Pa. Pendirian dia kuat. Susah bujuk nya. Zahwa udah berkali-kali bilang sama Ira, tapi dia masih ngga mau." Ucap Zahwa.

"Kamu tenang aja, serahkan semua sama Papa." Ucap Guntur tersenyum meyakinkan putrinya.

Disisi lain, Syaqira dan Gus Ibra tengah duduk disebuah bangku yang berada ditaman kota. Mereka duduk memandang langit yang kian menggelap. Syaqira dengan senang memakan jajanan yang sudah Gus Ibra belikan untuknya.

"Syaqira senang deh kalau Gus Ibra bawa Ira jalan-jalan begini. sering-sering ya Ibra, biar istri comel mu ini makin cinta sama kamu." Ucap Syaqira seraya mengedipkan sebelah matanya genit. Bahunya dengan terus-menerus menyenggol bahu Gus Ibra membuat Gus Ibra geleng-geleng kepala.

"Yang sopan kamu kalau sama suami." Cetus Gus Ibra.

"Sopan kok. Ira ngga pernah durhaka sama Gus Ibra, to?" Ucap Syaqira sembari memakan telur gulung.

"Aku ini suamimu, lebih tua juga dari kamu. Kalau manggil jangan cuma nama, kita bukan bestie." Sontak saja Syaqira menyemburkan tawanya.

"Ahahahaha, bestie. Hahahahaha Gus Ibra, aduhh...ngakak brutal nih aku." Ucap Syaqira seraya memukul lengan Gus Ibra pelan.

"Aku serius, Ira." Ucap Gus Ibra.

"Ahahaha, aku juga serius. Lagi juga yang bilang kita bestie siapa? Gus Ibra kan bukan circle ku." Ucap Syaqira dengan sisa tawanya.

IBRA [Sudah Pernah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang