BAB 16

19.6K 870 21
                                    

Suara gemercik dari bilik kamar mandi terhenti bersamaan dengan pintu yang terbuka. Kaki kecil itu bergerak menjauhi area kamar mandi dengan santai. Yap, itu Syaqira. Perempuan yang izin kekamar mandi untuk buang air kecil. Gadis itu berjalan riang sembari menoleh kekanan dan kekiri, memandangi area madrasah yang sepi karena jam pelajaran sudah dimulai.

"Woyy Ira jelek!" Seru Marisa yang membuat Syaqira berbalik menatap Marisa dengan perasaan tidak sukanya.

"Dih! Yang jelek itu kamu, aku mah cantik begini." Ucap Syaqira percaya diri.

"Ck, terserah!"

"Hubungan kamu sama Gus Ibra apa? Kok sering banget bolak-balik ndalem. Udah gitu waktu ribut sama Fahira juga Gus Ibra pegang tangan kamu, padahal kan bukan muhrim." Ucap Marisa to the point.

"Tau dari mana kalau aku ribut sama Fahira?" Tanya Syaqira dengan dahi mengernyit.

"Ya Fahira kan temenku." Jawab Marisa.

"Oh iya lupaaa! Pantes aja sifat nya sama, Ups! Sorry." Ucap Syaqira seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya seolah benar-benar salah omong. Padahal memang sengaja menyindir.

"Udah deh Qir! Aku baru males debat sama kamu, tinggal jawab aja." Seru Marisa.

"Idih, Kepo banget deh sama urusan orang." Jawab Syaqira menatap sinis Marisa.

"Aku nanya baik-baik ya, kamu gitu banget jawabnya." Ucap Marisa tersulut emosi."

"Ngga baik ngurusin hidup orang,  Markisa!" Ucap Syaqira seraya menggerakkan telunjuknya kekanan dan kekiri tepat didepan wajah Marisa.

"Nama aku Marisa!" Sentak Marisa tidak suka.

"Santai Mba e." Jawab Syaqira seraya terkekeh pelan. Marisa yang kesal berusaha menahan emosinya agar Syaqira mau menjawab pertanyaan nya. Dirinya benar-benar kepo dengan hubungan Syaqira dan keluarga Pak Kyai. sebab, beberapa kali ia melihat moment mereka yang terlihat begitu dekat.

"Tinggal jawab aja sih Qir, apa hubungan kamu sama keluarga ndalem?" Tanya Marisa.

"Mana Hamba tau, tanya saja pada rumput yang bergoyang." Ucap Syaqira mendayu.

"Syaqira!"

Syaqira menghela nafasnya panjang, menatap Marisa seraya mengendikan bahunya acuh.

"Tanya aja sama Gus Ibra, udah deh aku mau kekelas, bosen liat muka kamu terus." Ucap Syaqira lalu pergi meninggalkan Marisa.

Syaqira berjalan menuju kelasnya. Ia tidak masuk kedalam kelas, melainkan berdiri disamping jendela seraya celingukan, mengamati kondisi diarea madrasah yang tampak sepi karena jam pelajaran berlangsung.

"Psttt...psttt! Lilis, Atikaaa!" Panggil Syaqira dengan suara pelan. Kedua gadis yang tengah mendengarkan penjelasan Ustadz didepan kontan menoleh kearah jendela, dimana Syaqira berdiri sembari mengkode mereka.

"Masuk, Ustadz Afiq udah masuk." Bisik Atika.

"Mending kalian ikut aku aja, kita keluar beli jajan di samping pesantren. katanya ada yang jual jasuke." Ucap Syaqira.

"Ihh! Ngga mau aku, nanti dihukum kayak kamu." Tolak Lisa.

"Ayolahh, aku pengen jasuke." Ucap Syaqira sedikit merengek sembari memelaskan wajahnya agar kedua temannya mau diajak untuk pergi membeli jasuke.

"Aku kasih dua ribu-dua ribu deh buat kalian." Ucapnya lagi.

"Ayo-ayo!" Seru Atika dengan semangat. Lumayan, dua ribu bisa dapat es cekek dua ribuan. Mendengar jawaban Atika membuat senyum manis mengembang diwajah Syaqira.

IBRA [Sudah Pernah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang