'Ibrahim untuk Syaqira'
______•••_____
Ini sudah hari ketiga Syaqira berada di asrama tanpa keluar dari tempat itu kecuali ke madrasah. Biasanya, sore hari Syaqira akan bermain ke ndalem, tapi hampir tiga hari ini Syaqira memilih diam diasrama. Menghabiskan waktunya untuk menghafal dan tidur.
"Kenapa ngga ke ndalem? Tumben lho, Qir." Tanya Atika.
"Males, enak disini." Ucap Syaqira sembari menutup wajahnya menggunakan bantal.
"Kamu ada setor hafalan kan hari ini? Sudah hafal belum?" Tanya Lisa yang tengah Hafalan.
"Aku nanti setornya ikut kamu ya, sama Ustadzah Ana kan?" Ucap Syaqira.
"Loh, Qir. Bukanya kamu langsung setor sama Gus Ibra? Kamu kan khusus sama beliau." Ucap Atika.
"Aku baru males, Tik. Mau setor sama Ustadzah Ana aja. Ngga apa-apa disuruh ulang-ulang terus, yang penting ngga sama Gus Ibra." Ucap Syaqira.
"Kamu lagi ada masalah ya sama Gus Ibra?" Tanya Atika.
"Aku cuma marah sedikit sama Gus Ibra." Ucap Syaqira seraya bangkit dari tidurnya. Rambut panjangnya tergerai sedikit acak-acakan yang membuat dirinya seperti singa.
"Kenapa?"
"Dia bukanya belain aku malah mojokin aku terus. Aku ngga terima lah." Ucap Syaqira menggebu-gebu.
"Namanya juga berumah tangga Ira. Pasti banyak cobaannya." Ucap Atika.
"Iya, masih banyak cobaan yang belum kamu coba to?" Timpal Lisa.
"Heh! Maksud mu?!" Protes Syaqira seraya melototkan kedua matanya tajam.
"Hehe becanda, Ning." Ucap Lisa menyengir. Lalu dirinya terbahak bersama Atika.
"Huuu, kampret!" Semprot Syaqira melemparkan bantalnya pada wajah Lisa yang masih tertawa.
"Ya lagian, kalau ada masalah sama suami itu diselesaikan baik-baik, Ira. Bukannya menghindar begini. Ntar yang ada ngga selesai-selesai." Ucap Lisa.
"Ntar, aku masih males. Bawaanya emosi kalau liat muka dia tuh. Masih panas nih hati ku." Ucap Syaqira seraya mengibas-ibaskan tangannya didepan wajah mungilnya.
"Tapi aku kangen." Lirih Syaqira sedih.
"Kangen Gus Ibra?" Tanya Lisa dan Atika kompak. Syaqira menggelengkan kepalanya pelan yang membuat kedua temannya mengernyit bingung.
"Kangen chiki sama susu strawberry ku. Kalau marahan gini aku jadi ngga bebas ambil chiki dindalem." Ucap Syaqira yang membuat temannya menganga.
"Kok ada yo, bukan kangen sama suaminya tapi malah kangen sama jajanannya." Ucap Lisa menggelengkan kepalanya heran.
"Namanya juga gengsi, Lilis. Maklum." Goda Atika.
"Ngeselin!" Seru Syaqira mendengus sebal. Temannya ini hanya membuatnya semakin kesal saja.
"Nih aku tanya, rasa cinta kamu ke Gus Ibra sama ke jajanan kamu itu lebih besar mana?" Tanya Lisa.
"Ya, Gus Ibra. Tapi rasa sayangku sama jajanan ku juga besar. Intinya yah, semakin banyak Gus Ibra beliin aku jajanan, semakin besar pula rasa sayang aku ke dia. Ibaratnya gitu." Ucap Syaqira.
"Ckckck, betapa merana nya Gus Ibra dicintai perempuan kayak kamu." Seru Lisa.
"Maksud mu apa, Lilis?! Hih nyebelin banget deh!" Semprot Syaqira memukuli Lisa menggunakan bantal dan guling.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...