'Ibrahim untuk Syaqira'
______•••______
Di ndalem baru saja kedatangan tamu. Tamu yang katanya ingin bertemu dengan Gus Ibra. Kyai Abdullah yang menemui tamu itu pun mengangguk mengerti, beliau mempersilahkan tamu itu untuk duduk. Lalu kembali kedalam rumah untuk memanggil Putra bungsunya.
"Umi, tolong panggilkan Ibra yo." Ucap Kyai Abdullah yang berpapasan dengan istrinya.
"Ono sopo, Bi?" Tanya Umi Hafsah seraya melirik keruang tamu.
(Ada siapa, Bi?)
"Ada tamu, mau bicara sama Ibra." Jawab Kyai Abdullah.
"Walah, beliau lagi? Mau bahas soal lamaran nya lagi? Abi jangan kasih restu lho! Pokoknya Umi ngga ridho kalau Ibra menerima lamaran dari Pak Guntur." Ucap Umi Hafsah lalu berjalan menemui Gus Ibra yang berada didalam kamar.
"Le, keluar dulu. Ada tamu." Ucap Umi Hafsah mengetuk pintu kamar Gus Ibra.
"Tamunya Ibra, Mi?" Tanya Gus Ibra membuka pintu kamarnya lebar.
"Iya, Ayahnya Zahwa. Ditemui dulu sana. Pokoknya kalau minta yang engga-engga ndak usah diladeni." Ucap Umi Hafsah berlalu kedapur guna membuatkan minum untuk Guntur.
Gus Ibra menghampiri sang Abi dan Guntur yang tengah bercengkrama diruang tamu. Gus Ibra mendudukkan dirinya disamping Kyai Abdullah sembari mengulas senyum tipisnya.
Sedangkan Syaqira yang baru saja selesai mencuci dan menjemur. Dirinya berjalan hendak kembali ke kamar. Rasanya sudah plong ketika cucian kotornya sudah ia cuci, kalau begini kan ia tinggal santai-santai saja.
Syaqira melewati kamar Khadijah 2 dengan santai. Dimana didepan kamar tersebut berdiri ketiga santriwati yang tengah bercengkrama.
"Hadeh, kalau aku jadi kamu sih ngga terima, Zah." Ucap Marisa mengeraskan suaranya.
"Iya bener. Orang kamu yang berjuang kok dia yang menang." Imbuh Fahira.
"Kamu itu dibodohi sama Syaqira, Zahwa. Kita tau kamu udah dari lama suka sama Gus Ibra. Dulunya, Syaqira itu pasti caper sama keluarga ndalem. Dia sengaja rebut Gus Ibra dari kamu." Ucap Marisa.
Mendengar namanya disebutkan, Syaqira segera berbalik menatap Marisa nyalang. Dirinya tidak terima dibilang merebut Gus Ibra dari Zahwa.
"Kurang ajar! Maksud mu apa?" Sentak Syaqira. Gadis itu berjalan menghampiri Marisa yang berdiri disamping pintu kamar Khadijah 2.
"Loh kenapa? Ngga terima ya? Aku kan bilang fakta." Ucap Marisa.
"Alah fakta apaan? Kamu itu cuma sebar gosip murahan!! Iri ya karena ngga bisa dekat sama keluarga ndalem?" Ucap Syaqira.
"Idihh, ngapain iri? Harusnya kamu tuh yang malu. Ngga berilmu, ngga beradab juga tapi jadi bagian keluarga ndalem. Harusnya bisa menempatkan lah ya. Pasti aslinya Umi Hafsah sama Kyai Abdullah tuh malu punya menantu kayak kamu." Ucap Marisa.
Syaqira terdiam mendengar perkataan Marisa. Hatinya sedikit tersentil mendengarnya. Syaqira pun merasa dengan ucapan Marisa. Mungkin saja keluarga ndalem memang malu memiliki menantu seperti dirinya.
Syaqira menatap tajam Marisa, kedua tangannya meremat ember miliknya dengan kuat.
"Kenapa? Marah ya?" Pancing Marisa.
Tanpa mereka duga. Syaqira memukul Marisa dengan ember yang ia bawa hingga gadis itu berteriak heboh. Fahira dan Zahwa sampai melotot melihatnya.
"Heh, main pukul aja!" Ucap Fahira menarik mundur Marisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...