Syaqira terburu-buru menuju ndalem. Memang, setelah mendapat hukuman untuk membantu mba-mba memasak di ndalem, Syaqira tidak langsung ke ndalem. Ada alasan tersendiri yang membuat dirinya memilih pergi ke asrama terlebih dahulu.
flashback on
Syaqira berjalan menuju ndalem dengan tergesa, namun tiba-tiba langkahnya terhenti kala teman satu kamarnya memanggil dirinya. Syaqira berbalik menatap sang pemilik suara dengan kening yang mengerut.
"Kenapa?" Tanya Syaqira.
"Nih, bawa ke kamar." Ucap Marisa sembari menyerahkan kantung hitam yang ia tenteng itu pada Syaqira.
"Apaan ini?" Tanya Syaqira.
"Banyak nanya deh, tinggal bawa aja ke kamar. Itu penting! Cepet kasih ke Diva. Aku mau keluar sebentar." Ucap Marisa.
"Ck! Pembalut doang, kirain apa." Decak Syaqira.
"Emang kamu kira apa?" Balas Marisa seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
"Bom!" Balas Syaqira seraya memutar bola matanya malas. Alih-alih membawanya, Syaqira kembali menyerahkan kantung itu pada Marisa.
"Bawa aja sendiri, aku mau ke ndalem." Ujar Syaqira.
"Aku minta tolong ya! Tinggal bawa sekalian aja ribet amat." Ucap Marisa.
"Lagian ngapain sih ke ndalem mulu? Caper sama Bu Nyai?" Sinis Marisa.
"Idihhh, dibilang caper! Aku mah ke ndalem karena ada urusan, beda sama kamu yang ke ndalem karena ngekorin Zahwa!" Balas Syaqira.
"Kurang ajar!" Desis Marisa.
"Intinya aku ngga mau ya ke asrama lagi! Aku ini orang sibuk, ngga bisa diganggu dulu sebelum keperluan aku di ndalem selesai!" Ucap Syaqira tanpa bantahan.
"Ck! Terserah, Diva butuh banget itu pembalut, dikamar kita ngga ada yang nyetok lebih. Kalau Diva marah-marah, kamu yang bakal kena." Ucap Marisa yang membuat Syaqira semakin kesal. Jika sudah diancam seperti ini, dirinya hanya pasrah. Ia tau, Marisa sangat pintar membolak-balikkan fakta. Syaqira benar-benar malas jika berurusan dengannya.
Dengan tatapan sengitnya, Syaqira bergerak merebut kantung plastik itu dengan kasar. Menatap Marisa dengan kedua tangan yang terkepal kuat. Marisa yang merasa tertantang pun berlagak angkuh. Dirinya tidak takut sama sekali dengan teman sekamarnya ini.
Syaqira dengan rasa kesalnya bergerak menginjak kaki Marisa dengan kuat sebagai penyaluran rasa kesalnya pada Marisa. Setelah itu, Syaqira terbirit menuju asrama tanpa memperdulikan Marisa yang berteriak histeris akibat pijakannya.
"Haha rasain! Makanya jadi orang kok banyak gaya!" Ungkap Syaqira tertawa bahagia.
flashback off
Dihalaman ndalem, terdapat beberapa santri yang piket di ndalem juga kakang pondok yang tengah membersihkan halaman rumah Kyai Abdullah. Syaqira menyapa terlebih dahulu Kang Umar yang tengah memotong rumput lalu kembali berlari menuju ndalem.
Naasnya, Syaqira tidak memperhatikan tanah yang licin akibat genangan air yang diciptakan oleh Kang Imam yang tengah menyiram halaman pondok agar terlihat segar. Akibatnya, Syaqira terpeleset dan terjatuh dengan posisi yang mengenaskan.
"Huahhhh, Bundaaaaaaa!"
Syaqira terjatuh dengan kedua lutut yang terlebih dahulu mengenai tanah, juga kedua telapak tangannya yang tergores krikil kecil karena menahan tubuhnya sendiri. Bahkan, kini beberapa santri yang piket di ndalem sudah menertawakan Syaqira tanpa berniat membantu gadis yang baru saja tersungkur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IBRA [Sudah Pernah Terbit]
General FictionIni kisah Syaqira yang harus menerima kenyataan jika dirinya akan menikah dengan gus nya sendiri, juga Gus Ibra yang harus membimbing santri Abinya yang kini berubah status menjadi istrinya. Sifat keduanya sungguh berbanding berbalik, Gus Ibra yang...