⚠️⚠️⚠️ attention ⚠️⚠️⚠️
story with non-standard sentences, contains gxg/wlw, if you're homophobic please stay away, thanks
"diharapkan kepada seluruh siswi untuk masuk dan jangan ada yang berkeliaran lagi diluar kelas"
begitulah pengumuman yang setiap hari didengar di sekolah terkenal dan ternama, SMA Putri Ador 10, sekolah bergengsi yang selalu bersaing dengan sekolah bagus lainnya di kota Bandung, bukan hanya sekolahnya yang unggul di semua bidang, muridnya juga tak kalah unggul dari segi visual dan lain-lain.
"Ji, ayo masuklah, nanti kita di marahin sama bu Mina" ujar cewe dengan muka sedikit blasteran dan rambut yang sedikit bergelombang, sebut saja dani.
"alahh, sebentar lagi ajalah, lagian kan baru bel, 5 menit lagi " ujar cewe tinggi yang memiliki rambut panjang dan postur badan yang tinggi, cewe ini sedang asyik bermain basket, ia tidak mempedulikan temannya yang sedari tadi ngomel karena takut guru b. inggris itu ngamuk.
"ayolah kim minji, lu mah anjir banget cok" kesal dani mendekati minji dan menarik tangan perempuan jangkung itu dengan paksa, mau tak mau minji hanya pasrah dan mengikuti dani menuju kelas yang membosankan itu
******
"hadeh" keluh dani sambil melihat bendera dengan keadaan panas terik.
"bjir kata gue teh, mending cabut aja sekalian" ujar minji yang juga ikut di jemur, bagaimana tidak, mereka terlambat datang ke kelas dengan keadaan masih memakai Jersey basket dan juga celana, padahal siswi lain menggunakan baju sekolah biasa, jelas itu membuat emosi guru b. inggris tersebut naik 200%.
Dani dan Minji masih melihat bendera sambil hormat dengan sedikit ringisan karena keringat mulai mengucur, selang beberapa menit mereka mendengar suara cewe lain yang mendekat.
"kasian si miskin sama bule di jemur"
Minji dan dani reflek menoleh ke belakang, Minji sedikit kaget dan nyengir melihar cewe itu, sedangkan dani menaikkan alisnya, ia heran melihat minji yang sepertinya tidak peduli dengan perkataan cewe itu.
"pendek banyak gaya, diem" ujar dani memperingatkan cewe pendek itu, yang di tegur melengos pergi begitu saja, minji menatap dani dengan muka merahnya karena terpapar sinar matahari.
"hanni mah dari dulu ngatain mulu anjir, eneg gue dari awal masuk dikatain miskin, untung gue cinta" ujar minji sambil senyum, dani yang mendengar itu melemparkan batu kecil tepat dikepala minji
"ADUH WOI, dani goblok main lempar bae lu biadab" kaget minji sambil mengelus jidatnya.
"ya lagian lo udah digituin masih aja cinta" ujar dani kesal, minji tidak memperdulikan itu, yang penting dia cinta sama hanni walaupun pada kenyataan hanni tidak akan mau karena dirinya hanyalah orang yang tidak mampu.
Benar, Kim Minji bukan orang yang kaya, bukan orang yang memiliki kekayaan seperti temannya Danielle atau yang sering dipanggil nya dani itu, Minji hanya anak penjual roti, bahkan disela sela sekolahnya minji juga sering bekerja mengangkat beras dll.
Dan beruntung nya minji memiliki kecerdasan yang tidak dimiliki teman lainnya, sehingga untuk masuk ke sekolah mewah ini pun ia mendapatkan beasiswa prestasi, jadi orang tuanya tidak capek untuk mencari uang sekolah, jajan maupun kebutuhan minji, karena minji sendiri bisa memenuhi dirinya dengan hasil keringatnya sendiri.
Minji juga memiliki fisik yang bisa dibilang unisex, bisa dibilang cantik namun memiliki sisi masculine, bahkan suaranya tidak seperti cewe pada umumnya, suaranya jauh lebih dewasa dan berat, sehingga apabila ia sedang berbicara di telepon atau dikelas temannya sering mengira itu suara abang-abang batagor.
"nanti lu bisa main kerumah kaga? kita main ps" ajak dani
Minji menggeleng pelan
"kan gue mau ke toko nanti, gue yakin bakal banyak beras yang masuk, gue kudu rapihin sama ngangkatin beras-beras itu lagi" jelas minji, dani sebenarnya sedikit prihatin dengan sahabatnya ini, melihat keadaan minji dan juga dirinya yang ingin membantu namun minji sering menolak dan tidak enakan dengan segala bantuan dani.
Di umur segini seharusnya minji masa-masanya bermain, menikmati masa muda, tapi tidak dengan minji, ia harus mencari uang untuk kebutuhan nya, sehingga lengan minji pun sudah terbentuk otot karena selalu mengangkat beban berat selama bekerja.
"yaudah deh, nanti kapan lu kosong kita mabar yee" ujar dani, minji mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.
******
Minji menepuk tangannya yang putih karena bekas tepung yang menempel, ia menggunakan itu agar tangannya tidak lecet saat mengangkat beras.
Selesai sekolah tadi minji tidak langsung pulang, ia langsung ke tempat kerjanya dan tak lupa membuka kemeja sekolahnya dan menyisakan baju kaus dalam hitam yang menempel dibadannya, minji tidak mau menggunakan Jersey untuk bekerja, nanti jorok lagi pikirnya.
Di saat ia sedang meneguk minumannya matanya tidak sengaja melihat cewe pendek yang mengejek nya tadi sedang duduk di bangku taman yang berada didepan tempat tokonya bekerja.
"loh hanni, ngapain dia disitu" gumamnya penasaran.
Minji kemudian izin sebentar ke bos yang mantau mereka kerja untuk pergi menemui hanni tadi dan bos itu pun memperbolehkan nya, Minji segera berlari mendekat Hanni.
"Han, lu ngapain disini?" tanya minji, sebenarnya minji sangat deg-degan sekarang, walaupun mukanya keliatan biasa aja.
Hanni yang merasa terpanggil membalikkan badannya dan menatap minji dari atas kebawah, ia melihat cewe jangkung itu dengan tatapan sinis dan tidak suka.
"jangan deket-deket, lu jorok banget bajunya iuhh" ujar hanni sambil mengusir minji, yang diusir hanya cengar-cengir sambil melihat bajunya sendiri.
"hehe, gue kan lagi ker-"
belum sempat minji melanjutkan bicaranya, hanni sudah memotong pembicaraannya.
"kerja, gue tau lu kan kaga punya duit makanya kerja kasar begini, dah hus hus, jangan deket-deket, tar gue ikutan jorok lagi" jelas hanni.
minji sebenarnya sedikit nyelekit mendengar perkataan hanni, tetapi itu juga fakta sehingga ia juga tidak bisa mengelak ataupun marah.
"iyee, nanti mau makan cilok ga?" ajak minji, hanni jelas menolak itu dengan mentah-mentah.
"OGAHH GUE MAKAN SAMA ELO, MENDING GUE PERGI" ujar hanni dengan nada tinggi sambil berdiri lalu pergi meninggalkan minji sendirian, minji hanya menghela nafasnya.
Minji sepertinya sudah seribu kali mengajak hanni makan dll, itu supaya kedekatan mereka lebih terjalin, namun apalah daya, dari kasta aja mereka sudah sangat jauh, minji juga sering menyalahkan perasaannya, kenapa bisa suka sama anak donatur sekolah yang jelas-jelas ogah untuk meliriknya, tapi itu tidak membuat minji ketar-ketir sekalipun, ibarat
"sebelum janur kuning melengkung, hanni masih bisa gue tikung"
HAI HAII, INI FIRST CERITA GUE, DIBACA YA, SUKA GA SUKA LIKE ATAU GUE GOROK ATU ATU
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PHAM
Teen FictionMinji dengan effort yang luar biasa terus mendekati hanni, walaupun hanni sendiri sangat tidak suka dengan minji karena perbedaan kasta dan segala-galanya. "apa karna gue miskin kali ya" ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ this story contains elements of gxg/wlw, if you'r...