chapter 24

1.1K 82 8
                                    

⚠️ rawan typo

"bisa-bisanya kamu gak ngabarin aku!"

dani terus memegang kupingnya yang di jewer haerin, sedangkan hanni, sullyoon dan lily yang melihat pemandangan itu berusaha menahan tawa mereka agar tidak meledak dihari itu juga.

"aduhh sayang, kan semalem kamu nya udah bo-AWWW"

haerin semakin kuat menarik kuping pacarnya, rasa kesal membuncah keluar terlampiaskan ke danielle, bagaimana tidak? perkara pacarnya tidak memberi kabar, ia ketinggalan semua informasi tentang kejadian semalam.

"nanti kalau kak minji sembuh, kamu harus ceritain semuanya!!"

"siapp sayang siapp, lepas dulu ini aduh" pinta dani, dengan berat hati haerin melepaskan jewerannya, lalu melengos duduk meninggalkan dani yang mengusap-usap telinganya.

"untung ga putus nih telinga" gumam nya.

dani mendekati minji sambil bersedekap dada, ia menatap minji tidak senang, padahal mau se eskpresi apapun dani, itu tidak ngaruh sama sekali karena minji juga masih belum sadar.

"gara gara eluh gue dimarahin haerin, juga gue jadi gelud sama pacar lu, sekarang telinga gue, fak" omel dani sambil menunjuk minji, lalu ia menggenggam tangan gadis jangkung itu dan kembali menangis.

haerin yang panik melihat kekasihnya menangis langsung mendatangi dani dan mendekapnya dengan erat, sementara hanni mendekati minji yang masih terbaring tanpa ada tanda-tanda ingin terbangun.

"ayo kita keluar dulu" ajak haerin agar dani bisa menenangkan diri terlebih dahulu.

dani dan haerin memilih keluar dari ruangan, kini hanni yang memegang tangan minji, tangan yang sering mengusap pipinya ketika menangis, tangan yang sering menggenggam tangannya ketika kedinginan saat mereka naik motor, tangan yang selalu memasangkan helm ketika mereka jalan-jalan diwaktu senja.

"bangun sayang, maafin aku" lirihnya.

air mata hanni menetes membasahi tangan minji, pikiran buruk terus menghujami pikirannya, apalagi melihat kondisi minji.

disatu sisi rasa bersalah pada dirinya semakin besar, juga kepada ayah minji, yang pria paruh baya itu tau, anaknya sekarang sedang berlibur keluar negeri oleh dani, hanya alasan itu yang bisa dani bicarakan juga tadi agar ayah minji tidak khawatir, dan perkataan itu juga disetujui oleh hanni dan haerin.

"minji lagi sama dani di aussie yah, sama hanni dan haerin juga, kemungkinan kita 3 minggu disini"

hanni menghela nafas panjang, berat sekali cobaan yang menerpa minji, ia merasa menjadi pembawa sial dalam hubungan yang udah terjalin lamanya, karna keteledoran sang papa, nyawa minji hampir tidak terselamatkan, semua ini karena siapa lagi kalau bukan karena dirinya.

"jangan merasa bersalah sama diri lu" tegur sullyoon, ia sangat paham hanni sedang terpukul dan merasa kecewa dengan dirinya sendiri, tapi sullyoon tau, ini semua bukan kehendak hanni.

"gimana gue ga merasa bersalah sull, karna gue minji jadi begini"

sullyoon menggelengkan kepalanya pelan, ia memeluk hanni erat, berharap gadis didekapannya lebih tenang menghadapi apa yang sedang terjadi sekarang.

"minji pasti sembuh kok, percaya sama gue, dia tuh anaknya kuat, liat aja kerja dia sehari-hari" timpal lily, ia mendekati minji dan sedikit mengguncang tangan gadis itu.

"lu ga kerja ji? bos lu nyariin itu, dia juga ikut nyelesaikan masalah lu tau"

hanni dan sullyoon reflek melihat lily, mereka menaikkan alis bingung dengan perkataan lily.

MY PHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang