chapter 3

1.3K 137 1
                                    

⚠️ rawan typo



Minji menghela nafas panjang setelah mengangkat beberapa karung beras, ia meminum air mineral dengan tergesa lalu duduk sambil mengusap keringatnya.

seperti biasa pasokan karung beras sangat banyak yang harus diangkat, mau tak mau minji harus makan nasi sebakul agar tenaganya terkumpul hari ini.

"gila cape bener, oh iya gue baru inget ada janji mau makan sama dani, gue siap-siap dulu dah" gumam nya.

minji segera berdiri lalu izin pulang karena merasa tugasnya sudah selesai, tak lupa upah hasil kerjanya diberi oleh bos tersebut sebelum minji benar-benar bergegas pulang ke rumah.

"terimakasih pak"

******

"ayah, aku pergi dulu ya, mau main sama dani" izin minji kepada ayahnya yang baru saja pulang sehabis menjual roti, dagangan ayahnya hari ini lumayan cepat habis dari hari biasanya.

"iya nak, hati-hati ya sayang" ucap ayahnya sambil mengecup kening minji, minji hanya tersenyum dan tak lupa salim kepada ayahnya.

minji hanya memakai flanel kotak-kotak serta jeans yang keliatan nya sudah lama dan warnanya pun pudar, tak lupa ada sedikit robekan di bagian lututnya akibat kain jeansnya yang sudah mulai lapuk, tapi balik lagi kalau ini seorang minji, mungkin ia menggunakan karung pun tetap keren dimata orang lain.

ia melihat mobil dani dari kejauhan, sudah dipastikan dani akan menghampiri rumahnya, namun minji mendengus kesal saat dani sedikit melewati minji, tak lupa kepalanya nongol tak bersalah dan melihat minji yang berjalan mendekati mobil Mercedez hitam itu.

"belegug sia teh anyink, aing disini sia kemana jemputnya jurig" kesal minji membuka pintu mobil lalu mendaratkan bokongnya sambil menatap dani, dani hanya nyengir lalu mulai membawa mobilnya jauh dari area rumah minji.

"gue kira aa aa dari mana" ucap dani, minji melipat tangannya.

"aa aa naon anjir " ucap minji yang masih kesal, dani tertawa mendengar itu, bule itu tak heran jika minji langsung keluar sundanya saat kesal dengan orang lain, termasuk dengan dirinya.

setelah perjalanan beberapa menit akhirnya mereka sampai dicafe yang terbilang cukup besar.

keduanya langsung turun, tak lupa dani yang celingak-celinguk mencari minji karena tiba-tiba gadis jangkung itu tidak kunjung berjalan menghampirinya.

"woi, ngapain disitu" ujar dani saat melihat minji yang hanya diam saja.

"nih cafe gede amat, gue jeleg gini mana pan-" belum sempat minji bicara, dani sudah menarik cewe jangkung itu untuk masuk.

"bacot amat, ayo masuk masuk" ucap dani sambil menarik tangan minji yang malu-malu.

dani dan minji duduk berdua di meja sudut, dani memilih meja ini agar tidak menjadi pusat perhatian ketika ada yang masuk ke cafe ini, ya maklum saja, setiap ada yang masuk ke cafe pasti mata pada memandang, padahal itu sesuatu yang sangat aneh.

"pesan terus ji, nih lu catat ya" suruh dani, minji mengangguk semangat sambil memilih makanan yang akan dipesan, sekalian sama makanan dani.

setelah ia menulis dan memberi itu kepada pelayan cafe, mata minji tidak sengaja melihat gadis mungil yang ia sukai sejak lama, hanni.

"dan, itu ada hanni, kayanya sama temennya lagi dinner juga kaya kita" ucap minji sambil menunjuk 3 cewe menggunakan dagunya, dani pun langsung menoleh ke belakang.

"biasa mereka mah, cewe cewe hits" respon dani, minji mengangguk paham, ya bisa dibilang itu hal biasa bagi hanni.

saat minji dan dani sedang asyik ngobrol, dua cewe ini dikagetkan dengan suara teriakan, lebih tepatnya itu seperti suara teriakan hanni, minji sangat hapal dengan suara hanni dan matanya menoleh ke pusat suara, dan itu benar suara gadis mungil itu.

"bentar dan, gue samperin hanni dulu" izin minji sambil berdiri menghampiri hanni,  dani ikut menyusul karena penasaran dengan situasi disana.

minji melihat baju hanni basah ketumpahan air, itu membuat jiplakan dalaman hanni sangat terlihat jelas.

"MEREM LO MINJI" teriak hanni, itu membuat minji reflek mengalihkannya pandangannya dan dengan cepat minji membuka hoodienya.

kebetulan sebelum masuk cafe minji mengenakan hoodie karna ia berfikir didalam cafe pada malam hari pasti sangat dingin, ditambah ac cafe yang sangat banyak dan belum lagi cuaca dibandung sangat sejuk.

"pake dulu han" tawar minji sambil menyodorkan hoodienya, hanni menatap hoodie itu dengan berat hati.

"noo, itu pasti bau" ucap hanni sambil menjauhi minji, pemilik hoodie menggeleng pelan.

"engga, wangi ini mah, kan baru dicuci" ucap minji sambil terus menawarkan hoodie itu.

"dari pada nerawang gitu mending pake aja han" ujar sullyoon

"bener, takut nanti diliatin orang ah" sambung lily, dalam hati hanni ingin rasanya mengumpat dua temannya itu, tetapi disatu sisi memang ia sangat memerlukan itu untuk menutupi tubuhnya.

"ayo gue temenin"

mau tidak mau hanni mengikuti minji dari belakang menuju toilet, sambil berjalan ia memperhatikan punggung minji yang lebar, tak lupa tinggi badannya yang sangat jauh dari tinggi dirinya, minji memiliki proporsi tubuh yang ideal.

"punggung pelukable ini mah" gumam hanni

saat sedang memperhatikan punggung minji, tanpa sadar yang diperhatikan memberhentikan langkahnya, itu membuat gadis mungil dibelakangnya menubruk punggung lebar itu dengan pelan.

"aduhh, lu kalau berhenti bilang-bilang dong" omel hanni, yang diomelin menaikkan alisnya.

"lagian elu ga perhatiin jalan kah, liat kemana waktu jalan?" tanya minji yang heran kenapa hanni bisa menubruk punggungnya.

hanni gelagapan karena ia sedari tadi hanya melihat punggung lebar milik minji.

"liatin kecoa mandi, dah ah mana hoodienya" pinta hanni cepat, minji segera memberi hoodie itu lalu hanni masuk ke dalam toilet.

sambil menunggu hanni, gadis jangkung itu memilih membuka hp nya sesekali scroll tiktok jedag jedug.

setelah beberapa menit, ia mendengar suara pintu terbuka, minji reflek membalikkan badannya dan melihat gadis mungil itu sudah selesai mengganti baju, minji rasanya ingin tertawa saat melihat hanni tenggelam dalam balutan hoodienya.

"HAHAHAH, lu kecil amat cil" ejek minji.

hanni yang kesal langsung mendekati minji dan menendang tulang kering gadis itu dengan keras.

"AWWW" kaget minji sambil mengelus kakinya, hanni hanya menatap malas.

"lu kalau ga mau gue keluarin dari sekolah jangan ngelunjak, hari ini gue lagi malas ribut, ini karna minjem hoodie lu aja, kalau kaga ogah gue bicara"

minji buru-buru berdiri dan melihat hanni yang sepertinya kesal beneran, minji panik dengan kemarahan gadis didepannya.

"eh han gue minta maaf, tadi cuma-"

"bahkan ngeliat muka lu aja gue muak, miskin" jelas hanni.

gadis mungil itu memilih meninggalkan minji, yang di marahin hanya menghela nafas panjang dengan muka sedikit murung.

minji sudah terbiasa dengan kata-kata seperti itu, minji tetaplah minji dengan kepala batunya yang tidak bisa di atur dan dikasih tau, baginya itu bukan masalah yang besar.

"dahlah, gue sebenarnya pengen marah karna dikatain miskin, tapi gue memang miskin" ujar minji yang berbicara sendiri dalam lamunannya, lalu ia segera pergi meninggalkan tempat itu.



besok lagi deh, see youu~~~

MY PHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang