chapter 15

1.1K 92 0
                                    

⚠️ rawan typo

sudah setahun tak terasa minji pacaran dengan hanni, susah senang sudah mereka rasakan dengan penuh kasih, walaupun banyak rintangan dalam hubungan mereka, hal itu tidak membuat ikatan cinta dalam diri mereka rapuh dan terlepas begitu saja.

"kamu mau daftar dikampus mana nanti?" tanya hanni.

minji terdiam sebentar, berhubung ia sudah tidak lama lagi tamat, mungkin kampus yang akan ia pilih harus segera di pikirkan dari sekarang.

hanya hitungan hari saja mereka akan segera lulus dan menyambung pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu menjadi mahasiswi.

"mungkin aku mau milih UNPAD" jawab minji, sedangkan hanni sedikit mengerucutkan bibirnya.

"kenapa ga ITB aja, ayolah kita ke ITB pleaseeee" ujar hanni sambil membujuk pacarnya agar minji luluh dan ikut kuliah bersama dirinya.

minji menggelengkan kepalanya.

"no baby, aku ga mau teknik, pengen ngambil hi" ujar minji, hanni yang mendengar itu segera membelakangi minji sambil melipat kedua tangannya didada.

dengan perlahan minji memeluk pacarnya itu dari belakang, hanni sangat menggemaskan ketika marah, sebenarnya bukan marah saja, apapun yang hanni lakukan terlihat sangat lucu dimata minji.

"sayang, gimana kalau kita UNPAD aja dua duanya"

hanni membalikkan badannya menghadap minji, ia masih memasang muka kesal.

"ya masalahnya aku pengen ambil arsitektur, ayolah sayangggg ikut aku ke ITB"

kali ini minji tidak bisa mengelak, ia menghela nafas sambil mengangguk menyetujui kekasihnya.

"padahal di unpad juga ada arsitektur"

gadis mungil itu mendengus kesal, ia mencubit sekilas lengan minji.

"tetap aja mau di itb" ujarnya, minji yang mendengar itu memilih mengikuti gaya hanni yang sedang ngomel kepadanya.

setelah keributan mereka dalam memilih universitas dan jurusan, kini minji beralih ke dani yang sedang duduk sambil menulis, minji izin ke hanni untuk pergi sebentar ke kursi dani.

"dan, lu mau ambil univ apa?" tanya minji.

"mau ambil di luar, Melbourne" jawab dani, minji yang mendekati itu bak di sambar petir.

minji langsung memiliki firasat buruk akan hal itu.

"kalau dani kuliah di Melbourne, otomatis dia bakal netap disana dan kemungkinan kecil nih anak pasti ga bakal balik lagi ke Indonesia, apalagi dia asli sana" batin minji.

"kenapa ga ambil di Indonesia, terus haerin gimana?" tanya minji lagi, dani menghela nafas kasar.

"mau ga mau berakhir, karena gue juga dipaksa sama papa ke sana sekaligus nerusin perusahaan juga nanti" jelas dani dengan nada sendu.

sebenarnya dani juga tidak ingin meninggalkan teman-temannya, apalagi kekasihnya haerin, tapi mau gimana lagi, papanya sangat sulit dibantah.

"lu yakin dan? kasian haerin, ayo bujuk papa lagi biar lu kuliah disini, kita ambil di ITB nanti"

hanni yang dari kejauhan melihat kekasihnya juga dani sepertinya sedang berbicara dengan serius, ia pun penasaran dan berjalan mendekati mereka berdua.

"kalian bicarain apa?" tanya hanni, hal itu membuat dani maupun minji kaget karena tiba-tiba hanni sudah ada dibelakang mereka.

"kenapa kaget, pembicaraan kalian serius banget keliatannya, bicarain apa?" tanya hanni lagi dengan tatapan curiga.

minji mau tidak mau menjelaskan semuanya kepada hanni, setelah selesai menjelaskan hanni berpikir bagaimana jalan keluarnya.

MY PHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang