Chapter 23

729 71 6
                                    

⚠️rawan typo, violence




hanni melihat minji yang sudah tergeletak dengan ikatan yang tetap melilit badannya, dengan cepat ia merengkuh tubuh kekasihnya sambil melepaskan ikatan itu tanpa memperdulikan tatapan sang papa yang menajam sejak tadi.

"jangan sentuh anak itu!" perintahnya

"papa tega, papa jahat!!!" jerit hanni tanpa takut sedikitpun, sepertinya ia rela kehilangan nyawanya ketimbang memperdulikan sikap bodoh papa nya.

"dia tidak pantas buat kamu, sefia hanni"

"stop atur atur hidup ku" bantah hanni, ia berdiri dan mendekat ke arah sang papa.

"aku papa mu, aku berhak atas itu!"

"tidak sama sekali! sewaktu aku dan mama jatuh, papa kemana? saat aku sedih dan terpukul karna perceraian kalian, papa mana? papa hanya rajin memberikan donasi besar ke sekolah ku tapi lahir batin papa sama sekali tidak ada untuk ku!!!"

papa hanni terdiam mendengarkan ucapan sang anak, kali ini hatinya sangat tertohok mendengar itu, rasa emosi dan kecewa kini menjadi satu didalam dirinya.

"berani kamu ngomong gitu ke saya!!" bentak sang papa yang tiba-tiba mendekat dan menjambak rambut hanni dengan keras, sementara minji yang mendengar keributan itu berusaha untuk bangkit, apalagi melihat hanni yang menangis dan merintih kesakitan.

"p-pak, jangan sakiti hanni" pinta minji dengan suara serak, rasa sakit diperut dan dada membuatnya sedikit sulit mengeluarkan suara, jujur saja minji merasakan sesak sekaligus keram, apalagi ada beberapa luka sayatan dalam yang ia rasakan.

papa hanni tidak mendengar itu, matanya sudah gelap, hati nya sudah tidak ada belas kasihan , yang ia pikirkan adalah minji harus musnah ditangannya dan juga anaknya ikut tunduk dibawah kungkungannya.

"STOP!"

suara dani menggelegar, tak lupa ia membawa beberapa temannya termasuk sullyoon dan lily yang sudah ada dibelakangnya.

minji sedikit takut ketika dani datang, ia ingin sekali berdiri menghentikan dani yang emosi, karena minji sangat paham dani ketika emosi bisa merusak semuanya, tapi luka-luka dibadannya membuat seluruhnya tubuhnya sulit untuk bergerak.

"berani sekali kalian datang ke sini" ucap papa hanni, ia menatap remeh ke arah dani.

"stop bertindak kasar tua bangka!" bentak dani sambil tangannya memegang batu yang sudah ia ambil sejak tadi, berjaga-jaga kalau seandainya bodyguard papa hanni datang menghadang mereka.

"maaf kalau gue udah jelekkin bokap lu, tapi dia harus habis ditangan gue sekarang!" kesal dani berlari ke arah papa hanni lalu menendang badan pria paruh baya itu dengan keras.

*brakk

hanni kaget melihat perlakuan dani, ia langsung menahan badan gadis itu sekuat tenaga, walaupun papa nya bajingan, ia juga masih tidak tega kalau papa nya diperlakukan seperti ini.

"STOPP DANIELLE, ITU PAPA GUE!" jerit hanni sambil tangannya terus menarik badan dani untuk menjauh dari tubuh sang papa yang sudah tersungkur.

"DIA UDAH NYAKITIN TEMEN GUE!" jawab dani tak kalah keras, ia menepis tangan hanni yang sedari tadi menahannya.

"lu sayang sama bokap lu, i know, but u see her rn!" tunjuk dani ke arah minji yang sudah tidak sadarkan diri, hanni kaget melihat minji yang terkapar, padahal tadi ia baru mendengar minji memanggilnya.

"gara gara elu, temen gue begitu han, dan lu masih sempat-sempatnya bela bokap lu, temen gua bisa mati lama-lama han, mati!"

dani segera memberi kode ke polisi untuk masuk dan menangkap papa hanni, juga gerombolan bodyguard yang sedari tadi ingin menghabisi dani namun terlambat, polisi sudah lebih dulu menembakkan pistol ke udara.

"gue kecewa sama lu, bokap lu itu aslinya masih kerja sama papa gue han, gue bakal ceritain semuanya ke papa biar dia tau rasa, gue ga peduli itu bokap lu atau siapa, dia harus rasakan apa yang dirasakan minji!" ancam dani.

"sull, bantu gue gotong minji, ly lu pegang kaki nya ya" ujar dani meminta tolong, ia tidak memperdulikan hanni yang sudah menangis melihat kepergian mereka, dani hanya kecewa dengan hanni yang lebih mementingkan papa nya ketimbang nyawa kekasihnya sendiri.

******

"sull, mending lu balik dulu ya? besok dateng lagi sama haerin, lu juga ly, itu udah gue suruh supir papa buat jemput lu pada" ujar dani, mengingat waktu sudah malam dan ia merasa kasian dengan sullyoon yang sepertinya sudah mengantuk.

"yaudah, besok gue kesini ya, bye dani"

setelah kepergian sullyoon dan lily, ia kembali duduk dan melihat minji.

"sesakit itu kah?"

danielle memegang tangan minji, tidak ada tanda-tanda minji terbangun dari koma nya, ia benar-benar tidak menyangka minji akan mengalami hal separah ini, baru kali pertama juga minji di rawat.

"ji, kita makan gorengan didepan sekolah lagi yuk? lu ga kangen main bareng gue? semenjak lu sama hanni kita jadi ga terlalu sering main, terus kita juga mau kuliah bareng kan? hahh, padahal lu udah bujuk papa gue biar gue dibolehin kuliah disini tau ji"

tak sadar airmata dani menetes, ia benar-benar tidak tega melihat kondisi minji, apalagi memikirkan reaksi ayah minji yang tau kalau kondisi anaknya seperti ini.

*drttt

"naon dia nelpon" batin dani

tapi tangannya mau tidak mau mengangkat telpon itu dengan berat hati.

"apa?" tanya dani.

"dimana minji dirawat?"

"lu mau ngapain?"

"mau liat pacar gue"

"masih berani lu ngaku pacar setelah temen gue mau mati karena bokap lu?"

"itu hak gue juga untuk jumpa pacar gue!"

dani menggebrak kursi disebelahnya, ia kemudian berdiri dan sedikit menjauh dari minji.

"lu ga ada rasa bersalah sama sekali huh?"

"justru gue bertanya karna gue merasa bersalah, gue bukan ngabaikan minji ketika dia sekarat begitu, gue sayang sama dia, lu kalau diposisi gue juga paham dan!"

"apa salahnya lu angkut minji, tapi pada nyatanya lu lebih dulu ngeladenin papa lu!"

"lebih baik lu diem kalau lu gak tau kejadiannya, lu emosi dan, mau mulut gue berbuih juga ga bakal masuk ke otak lu, lebih baik lu kasih alamat tempat minji dirawat sekarang"

dani memutus sambungan telpon, ia mengetik dengan cepat apa yang diminta hanni tadi.

"arghh fuck" kesal dani sambil membanting hp nya (iPhone 15 promax).

ia mengusap wajahnya kasar, melihat temannya yang terkapar di ruangan putih full tabung oksigen, juga bau obat yang sangat menyengat, ditambah kekasih temannya yang menjengkelkan.

baik, dani sekarang merasa panik karena ia lupa mengabari haerin, dengan cepat ia membuka pesan dan benar, 100 spamchat juga 80 panggilan tidak terjawab sudah tertera di sana, dani semakin mengusap wajahnya kasar.

ia memilih menelpon haerin ketimbang harus mendengarkan ocehan haerin besoknya.

"halo say-"

"KAMU DARI MANA!"

oke, dani merasa malam ini hingga besok akan jadi malapetaka baginya.

sorry typo ya seng kuh

angst angst angst

MY PHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang