Bab 4

521 27 0
                                    

Kamu itu duniaku, kalau semisalnya kamu maksa pergi, aku gak papa tapi mungkin dunia aku gak akan baik-baik aja

.

.

.





Sanjana masih terpaku, tatapan dan pikirannya melayang entah kemana, sampai sebuah suara membuat dirinya kembali sadar pada kenyataannya yang menyakitkan.

"Maaf ya, Arlan emang akhir-akhir sibuk banget soalnya kan dia kembali lagi ke Rumah sakit jadi banyak hal yang harus di urus, bunda juga sempet kaget pas dia bilang mau pulang padahal bilangnya bulan depan, eh tau-tau minta di jemput di Bandara, Rabu kemarin!"

Rabu kemarin.., berarti sudah tiga hari laki-laki itu berada di sini dan Sanjana sama sekali tidak mengetahui bahkan laki-laki itu sama sekali tidak menelpon atau sekedar mengechat dirinya.

Sanjana hanya terkekeh kecil, dia merasa bodoh sekali, ketika siang dan malam laki-laki itu jadi penguasa pikirannya dan kini Sanjana melihat bagaimana Arlan yang terlihat tidak perduli kepadanya, ternyata jarak sebegitu kuatnya merusak hubungan seseorang.

"Bun, aku kayanya gak bisa lama, soalnya hari ini ada janji sama klien, aku kesini mampir aja ko" ucap Sanjana, perempuan itu berusaha untuk menutupi keterkejutan dan kesedihannya.

"Yah.. padahal bunda mau ngajak kamu nge teh bareng, tapi gak papa deh, besok-besok kesini lagi ya???" Sanjana hanya mengangguk dan secepatnya perempuan itu pergi

Mobil matic yang dia kendarai perlahan jauh meninggalkan rumah sang kekasih, tetesan air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi kedua pipinya, perasaan sesak dan campur aduk yang sanjana rasakan.

Dia bahagia bisa melihat Arlan kembali ke Indonesia, tapi bukan takdir seperti ini yang Sanjana inginkan, padahal dia berpikir jika pertemuan pertama mereka akan indah, Sanjana akan merasakan pelukan hangat Arlan kembali, tapi nyatanya Sanjana hanya mendapatkan kenyataan pahit.

Jalanan kota dengan guyuran hujan yang sepertinya sama-sama memberikan kesedihan untuk Sanjana, perempuan itu menatap jauh dan menghentikan mobilnya di sisi jalan yang cukup sepi, dia menerawang jauh tentang hubungan yang dia jalin selama dua belas tahun ini.






___




Semalaman Sanjana berpikir keras dengan keputusan Arlan yang tidak memberitahu tentang kepulangannya, dan dengan berusaha ber positif thinking Sanjana menanggapinya, tapi pikiran jahat itu masih terus saja menguasai otak dan hatinya meskipun dengan fakta yang ada Sanjana berusaha untuk tidak menyimpulkan sesuatu sebelum dia mengetahui alasan dari laki-laki itu.

Setelah ritual paginya selesai, Sanjana telah siap dengan pakaian casual nya, perempuan itu mengambil nafas dalam-dalam dan menyakini jika semua akan baik-baik saja.

Dengan perlahan Sanjana mengetikan nama di ponselnya dan satu panggilan dia lakukan hingga nada dering terdengar di telinga, cukup lama sanjana mendengarkan nada dering hingga satu suara itu membuyarkan lamunannya

"Kenapa??"
Sanjana menelan ludahnya dengan susah payah, mendengar pernyataan Arlan yang singkat membuat Sanjana merasakan sakit

"Hari ini kamu sibuk gak? Aku pengen ketemu"
Balas Sanjana dengan berusaha untuk terdengar baik-baik saja

"Sibuk, dimana?"
Arlan yang To the point membuat Sanjana merasa belum terbiasa dan perempuan itu hanya membalas dengan lirih

"Cafe forest pas makan siang gimana?"

Kejar Hingga KetepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang