Bab 8

435 21 1
                                    

Sedari awal ketika kamu bilang aku adalah tujuanmu begitupun sebaliknya, maka sejak itulah aku belum pernah merubah tujuanku lagi
.
.
.





Makan malam di rumah kedua orangtuanya seperti menyisakan luka yang cukup dalam atas sikap dan juga jawaban dari sang kekasih, hingga makan malam itu selesai dan keduanya pamit pulang.

Rencananya untuk tidak membawanya mobil ke rumah orangtuanya sepertinya berhasil, lihat saja Sanjana kini sudah berada di samping Al yang tengah mengemudikan mobil.

Rasa canggung dan juga bingung yang Sanjana rasakan saat ini, jujur saja selama menjalin hubungan dengan Al mungkin kali ini menjadi kali pertama Sanjana merasa canggung, apalagi setelah makan malam tadi.

"Al, soal tadi... kamu bakalan bunda pernikahan kita berapa lama lagi?" Di dalam kesunyian itu Sanjana berusaha untuk membuka topik obrolan, apalagi Sanjana merasa ini momen yang pas untuk membicarakan hubungan mereka.

"Kamu tahu sendirikan gimana kesibukan aku?! Lagian kenapa sih dipikiran kamu tuh cuman ada nikah sama nikah!. Nikah itu gak gampang, butuh persiapan yang luar biasa, jadi bisa stop membicarakan itu dulu?!" Sanjana menatap sang kekasih dengan tatapan sendu, untuk pertama kalinya Al membentaknya dan jujur saja Sanjana merasa Al memang sudah benar-benar berubah bukan lagi Arlan yang dia kenal selama ini.

"Al, aku gak bakalan nanya gini kalau semisalnya kamu gak janjiin soal pernikahan ke aku, bahkan kalau semisalnya kamu nyuruh aku nunggu seberapa lama pun aku bakalan nunggu tapi seenggaknya kasih aku dulu kepastian" Laki-laki itu terlihat bungkam dan enggan menjawab, sementara Sanjana hanya bisa menggigit bibir bawahnya sendiri menahan agar airmata nya tidak turun.

"Al, sebenarnya aku ada salah apa ke kamu, mungkin ketika kamu di Jerman aku akan mewajarkan sikap kamu yang kaya gini, tapi Al.. semenjak kamu pulang aku bahkan gak pernah nemuin kamu yang dulu lagi, kalau semisalnya kamu udah bosan, kamu bisa bilang jangan kaya gini, jangan membuat aku menebak-nebak" Sanjana menatap lekat wajah Arlan, sementara laki-laki itu terlihat datar saja menanggapi pernyataannya.

"Mungkin itu cuman perasaan kamu aja" sebenarnya keinginan untuk mengakhiri hubungan sudah ada dan tertanam dalam otak Arlan, bahkan laki-laki itu bisa saja mengatakannya saat ini juga, hanya saja Arlan tidak tahu mengapa ada sedikit perasaan aneh yang muncul dan hal itu membuat Arlan sulit memutuskan kekasihnya.

Sementara Sanjana hanya bisa mengaduh sakit dalam diamnya, bahkan untuk meneruskan pembicaraan ini saja rasanya sesak, Arlan bukan lagi Arlan yang dulu dia kenal, mungkin Sanjana hanya tinggal menunggu waktu. Waktu dimana Arlan cepat atau lambat akan memutuskan hubungan mereka.

Satu panggilan masuk dari ponsel Arlan mengalihkan perhatian keduanya, terlihat nama seorang perempuan pada layar ponsel tersebut.

"Iya kenapa?" Tanya Arlan kepada orang di balik ponsel nya, ucapan Arlan terlihat sangat berbeda dengan ucapan yang dia berikan kepadanya, entah perempuan mana yang ada di panggilan telpon tersebut.

"Yaudah aku kesana sekarang" balas Arlan dengan langsung mematikan panggilan, Sanjana ingin bertanya tentang siapa yang menelpon kekasihnya, tapi niat itu ia urungkan takutnya akan ada pertengkaran nantinya.

"Aku gak bisa nganterin kamu sampai apartemen, aku ada urusan penting" Ujar Arlan yang sontak membuat Sanjana terkejut karena untuk pertama kalinya Arlan menurunkannya di jalan.

Kejar Hingga KetepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang