Bab 7

587 23 0
                                    

Kesetiaan itu di usahakan bukan datang dengan sendirinya
.
.
.








Sanjana melakukan aktivitas pagi dengan biasanya, hanya saja pagi ini dia sudah di teror pesan dari ibunya untuk pulang dan makan malam bersama, bahkan ibunya itu juga menyuruh Al ikut dalam acara makan malam juga.

Sebenarnya Sanjana cukup malas mengikuti acara makan malam keluarga, mengingat kedua orangtuanya begitu mementingkan pekerjanya selama ini, bahkan kedua orangtuanya juga sering memberikan tuntutan kepada anak-anaknya, yang Sanjana rasakan sebagai beban apalagi dirinya anak perempuan satu-satunya.

Tapi jika gadis itu menolak acara makan malam kali ini, maka ibu dan ayahnya akan memarahinya habis-habisan di acara makan malam berikutnya, karena Sanjana tahu makan malam kali ini orangtuanya pasti akan terus menanyai rencana pernikahannya.

Gadis itu hanya menghela nafas kecil, langsung saja dia mengirimkan pesan kepada Al, untuk datang di acara makan malam bersama keluarganya, selama ini atau tepatnya sebelum laki-laki itu pergi ke Jerman, Al tidak pernah absen untuk datang pada acara makan malam keluarga, laki-laki itu akan menjadi benteng pertahanan utama ketika orangtuanya memberikannya banyak sekali tuntutan kepadanya, tapi kali ini hubungannya dengan Al masih belum ada kejelasan meskipun mereka sudah bertunangan tapi sepertinya perasaan Al terhadapnya sudah berbeda, meskipun Sanjana ingin sekali menyangkal hal tersebut.

Sampai di butik, yang Sanjana lakukan adalah mengecek setiap pekerjaannya, meskipun perasaannya tengah tidak baik-baik saja tapi perempuan itu berusah tetap profesional.

"San, aku dengar setelah urusan kamu di luar kemarin, kamu tidak kembali lagi ke butik?" Baru saja Sanjana berusaha bernafas lega ketika berkas-berkas di hadapannya itu selesai dia kerjakan, kini Sanjana harus berhadapan dengan sosok Devan yang ada di hadapannya.

"Iya pak, kemarin ada kecelakaan sedikit jadi saya tidak bisa kembali ke butik" balas Sanjana dengan berusaha untuk tenang.

"Kamu kecelakaan?!" Tanya Devan dengan panik, laki-laki itu terlihat tulus hanya saja yang Sanjana inginkan bukan Devan melainkan laki-laki yang sudah menjadi tunangannya.

"Bukan saya pak, kemarin pas di jalan saya melihat ada yang kecelakaan jadi saya bantu mereka ke rumah sakit, sebagai saksi yang ada di tempat kejadian itu, saya juga di tanya-tanya sama polisi soal kejadiannya, selain itu juga jok mobil saya ternyata banyak tetesan darah jadi mau tidak mau saya pergi ke steam mobil, kejadian itu memakan waktu lama jadi saya memutuskan untuk tidak kembali ke butik"

"Syukurlah, aku kira kamu yang kecelakaan, tapi korban kecelakaan itu baik-baik aja kan?"

"Baik ko, meskipun lukanya lumayan serius tapi langsung di tangani sama dokter, sebelumnya pak Devan pagi-pagi sekali sudah ke butik saya ada apa ya? Ngak mungkin kan cuman datang buat nanya saya kemarin kembali lagi ke butik atau tidak?"
Laki-laki itu meringis kecil dan hal tersebut membuat Sanjana menghela nafas, dugaannya benar jika Devan datang ke butik nya hanya ingin memastikan hal itu saja, jujur Sanjana berterimakasih dengan setiap perhatian yang di berikan Devan kepadanya tapi Sanjana merasa hal tersebut terlalu berlebih-lebihan.

"Maaf kalau membuat kamu tidak nyaman, aku cuman khawatir saja tidak lebih" Sanjana berusaha untuk tersenyum kecil.

"Enggak papa ko pak, selain itu ada hal yang bapak ingin sampaikan lagi tidak? Soalnya habis ini saya akan bertemu dengan klien" laki-laki itu menggelengkan kepalanya dan perlahan pamit pergi dari ruangannya.

Mungkin jika posisi Sanjana yang masih belum berhubungan dengan siapapun, dia masih bisa mempertimbangkan perasaan Devan terhadapnya apalagi Devan sosok pria baik yang selama ini Sanjana kenal, tapi sekarang dunia Sanjana hanya berisikan tentang Arlan tidak ada laki-laki lain lagi

Kejar Hingga KetepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang