Bab 12

691 34 0
                                    

Selamat menikmati atas rasa penyesalannya tua,.

..


Tubuh Sanjana bergetar hebat tangis yang sedari tadi masih terdengar lirih dan begitu menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya, sementara itu tubuh laki-laki yang sejak tadi menyetubuhinya dengan sangat kejam itu sudah tertidur nyenyak, terlihat rasa kepuasan di dalam wajahnya.

Perempuan itu berjalan dengan perlahan dan menyalami shower, berusaha untuk menghapus semua jejak ke brengsekkan laki-laki yang pernah sangat dia cintai, Sanjana meraung dengan keras seakan hidupnya benar-benar berakhir malam ini.

Bahkan laki-laki itu sama sekali tidak mendengarkan teriakan dan juga kesakitannya itu, Sanjana ingin menyerah mungkin dengan Kematian dia tidak haru merasakan sakit yang begitu luar biasa yang di ciptakan oleh orang-orang yang sangat dia sayangi.

Setelah hampir satu jam perempuan itu duduk di bawah guyuran shower, akhirnya Sanjana memutuskan untuk bangun dan mengganti baju, perempuan itu sama sekali tidak melirik laki-laki yang masih berada di ranjangnya dengan sekuat tenaga Sanjana membereskan beberapa baju dan dia masukan kedalam tasnya.

Sanjana pergi meninggalkan apartemennya dengan tertatih-tatih mungkin jika ada orang yang melihatnya dengan kondisi yang sangat memprihatinkan mereka pasti akan merasa iba kepadanya, lihat saja masih terlihat jelas bekas pukulan yang di lakukan oleh Al semalam, bahkan tidak Hany itu di balik baju yang  Sanjana kenakan terdapat banyak sekali bercak kemerahan.

Langkah sanjana masih terseok-seok bahkan perempuan itu bingung akan arah tujuan yang akan dia tuju saat ini namun di dalam pikirannya Sanjana harus pergi sejauh mungkin dari keberadaan sosok Al yang sudah benar-benar menyakitinya dengan sangat luar biasa.

Sanjana benar-benar harus pergi meninggalkan semua rasa cinta dan rasa sakit yang sama-sama besar, meskipun setelah kepergiannya Sanjana tidak tahu akan bahagia atau tidak setidaknya dia tidak harus merusak kebahagiaan kedua kakaknya untuk saat ini.

Sampai di pagi hari yang cahayanya lumayan menyoroti kamar yang tengah laki-laki itu tiduri, entah mengapa laki-laki merasa ada yang janggal mengingat apartemen milik kekasihnya sama sekali tidak menjorok ke jendela, tapi entah mengapa pagi ini cahaya begitu sangat menyilaukan matanya.

Laki-laki itu bangun menatap keadaan sekitar dengan wajah yang masih setengah sadar, bahkan laki-laki itu juga baru sadar jika dirinya bertelanjang di balik selimut itu.

Al mendesah kesal pasalnya semalam dirinya benar-benar mabuk dan yang ada di ingatannya dia pulang ke apartemen sang kekasih dan menghabiskan malam dengannya namun satu panggilan masuk membuat Al bergegas untuk menjawab panggilan telpon tersebut.

"Yang kamu semalam tidur di mana? Bukannya kamu mau nginap di apartemen ya??" Suara lembut kekasihnya mampu membuat Al seketika tersadar dari pikirannya yang masih setengah tertidur, laki-laki itu menatap sekitar dan entah mengapa Al seperti sangat familiar dengan kamar yang tengah dia tiduri ini.

"Sayang??!" Panggil kekasihnya lagi, yang membuat Al kelabakan.

"Iya, aku tidur di rumah, ini baru bangun semalam aku ketemu saja temen sampe malam, yaudah nanti aku telpon lagi ya by.." Al langsung mematikan panggilan tersebut dan memakai celananya.

Laki-laki itu mulai mengingat-ingat kembali kamar yang tengah dia tempati, hingga beberapa foto polaroid yang terpampang rapih seketika menyadarkan Al akan sesuatu.

Dia melihat potret dirinya bersama sanjana beberapa tahun yang lalu, bahkan setiap potret kebersamaan mereka dari tahun ke tahun masih terlihat rapih dan terawat, Al langsung mendesah frustasi bahkan laki-laki itu kembali mengingat akan setiap detik kejadian malam tadi.

Al ingat jika semalam dia memutuskan pergi ke apartemen kekasihnya setelah mabuk, tapi di dalam perjalanan dirinya terus meracaukan Sanjana sampai akhirnya Al memutuskan untuk datang ke apartemen Sanjana yang dia sangka apartemen milik kekasihnya.

Setelah itu Sanjana menyuruh pergi tapi dirinya benar-benar mabuk saat itu, kemudian...

"Agrhhhhhhh!!!" Al berteriak dengan kencang, dia ingat semalam dia memperkosa Sanjana dengansangat kejam, dia ingat setiap tangisan, teriakan dan rintihan gadis itu.

"Tidak!! Tidak!!!!" Dengan cepat Al pergi melihat seisi apartemen namun sosok Sanjana sama sekali tidak terlihat, Al terlihat sangat kacau bahkan laki-laki mulai melakukan panggilan telpon namun nomor milik Sanjana sama sekali tidak aktif.

Al tertunduk laki-laki menangis penuh penyesalan, bahkan mungkin dirinya tidak bisa lagi di sebut manusia setelah apa yang dia lakukan semalam kepada Sanjana tidak hanya hatinya yang dia sakiti dengan berselingkuh tetapi Al juga memperkosanya dengan begitu kejam.

Laki-laki benar-benar merasakan penyesalan yang sangat luar biasa, bahkan setiap potret kenangan indah yang pernah dia lewati bersama dengan Sanjana selama hampir tiga belas tahun itu terpampang dengan jelas di ingatannya.

Al ingat bagaimana dulu dia sangat mencintai Sanjana, bagaimana janji-janji yang pernah dia ucapkan kepada wanita itu, bahkan Al juga ingat jika dirinya pernah sangat ingin melindungi gadis itu dari segala penderitaan dan juga rasa sakit, tapi sekarang dirinya lah yang memberikan rasa sakit yang sangat luar biasa kepadanya.

Tubuh Al benar-benar runtuh karena sekarang hanya tersisa penyesalan yang kian menggerogoti dirinya, setelah memakai baju Al langsung pergi apartemen itu seperti orang kesetanan, laki-laki mencari ke setiap tempat yang selalu Sanjana datangi, namun di tempat kerjanya saja Sanjana tidak terlihat sama sekali.

Al menangis sepanjang jalan, laki-laki itu ingin segera bertemu dengan Sanjana dan memohon ampunan kepada gadis itu, Al tahu selama ini hanya Sanjana lah gadis satu-satunya yang mampu membuatnya merasakan arti sebuah Cinta, Al tahu jika hubungannya dengan Almira hanyalah sebuah nafsu sesaat, bahkan laki-laki itu sama sekali tidak merasakan getaran yang sering dia rasakan ketika bersama dengan Sanjana.

Sampai akhirnya Al hanya bisa memeluk penyesalannya karena selama seharian laki-laki mencari keberadaan Sanjana, perempuan itu sama sekali tidak terlihat di manapun.

Dan kini yang tersisa dari hubungan selama tiga belas tahun itu adalah rasa sakit yang sudah Al berikan, tidak ada lagi kebahagiaan karena dengan kejam nya Al benar-benar merampas semua kebahagiaan milik Sanjana, kini gadis itu hanya bisa menatap kekosongan hidup yang benar-benar sudah tidak ada artinya sama sekali.

Selamat Al, Kamu benar-benar berhasil menyakiti gadis yang begitu sangat mencintaimu, dan mungkin sampai di kehidupan selanjutnya pun tuhan sepertinya tidak akan pernah memaafkan dirimu

Selamat menikmati penyesalan Al, karena penyesalan itu akan menggerogoti dirimu bagaikan sebuah canser bahkan penyesalan itu perlahan akan membuat kamu merasakan kematian yang paling mengerikan.





___

Sorry baru up, beberapa Minggu ini mood lagi berantakan bngt, soalnya udah capek-capek bikin beberapa chapter eh tiba-tiba ke hapus, jadi kemarin-kemarin aku berusaha untuk ngumpulin niat lagi buat up cerita ini.

Dan sediki informasi cerita ini chapter nya gak bakalan banyak, karena dari awal aku mau buat semacam short Stories gitu

Kejar Hingga KetepianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang