Penyesalan tidak pernah salah sasaran, karena dirinya berdiri di antara kesalahan dan konsekuensi
.
.Hamparan pasir pantai terlihat memantulkan cahayanya ketika matahari mulai berada di sisi tengah, deburan ombak terasa begitu mengasyikan iramanya merdu apalagi jika deburan nya mulai menghantam karang.
Tapi nyatanya keindahan itu hanyalah sebuah fatamorgana karena perempuan yang sedari tadi melihat hamparan laut ini hanya berdiam diri tanpa ekspresi, terlihat kedua matanya menyimpan banyak sekali luka yang sangat sulit untuk di baca.
Teriknya panas matahari tidak membuat perempuan itu berpindah tempat, bahkan kulitnya yang sudah memerah pun sama sekali tidak di hiraukan, pikirannya terlihat kacau tapi airmatanya seakan enggan untuk keluar lagi, atau mungkin airmata itu sudah kewalahan karena setiap menitnya di paksa untuk keluar.
"Dek, masuk yu, matahari nya udah terik banget" ajak sang kakak yang sedari tadi memperhatikan adiknya yang hanya diam di tepian pantai.
Perempuan itu hanya menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan menuju vila yang sudah satu bulan lebih ini dia tempati, Rama yang melihat kondisi adiknya yang jauh dari kata baik-baik hanya bisa berdoa, sebab Rama tahu jika luka sang adik tidak akan pernah bisa di sembuhkan dalam waktu singkat.
Bahkan kini Sanjana mungkin harus kehilangan sebagian berat tubuhnya, pipinya yang chubby kini berubah menjadi tirus, matanya yang selalu mengelap seperti bintang kini terlihat sayu, bahkan mungkin kini adiknya hanya menjalani kehidupan tanpa bisa menikmati nya.
Sudah dua bulan setelah Rama dan Sakti mencari-cari keberadaan adiknya kini mereka bertiga pergi ke sebuah tempat yang jauh dari pusat keramaian, sebuah Vila yang berada di ujung pulau Jawa yang menjorok ke sebuah pantai.
Vila ini Rama beli sejak tiga tahun yang lalu ketika dirinya melakukan perjalan ke ujung pulau Jawa, kecantikan dan juga keheningan tempat ini mampu membius Rama sehingga laki-laki itu memutuskan untuk membeli sebuah Vila yang tidak terlalu besar.
Dan di tempat inilah Rama dan kedua adiknya akan memulai hidup baru, meskipun Rama dan Sakti harus saling bergantian menjaga sang adik karena kesibukan mereka yang masih belum bisa mereka tinggalkan.
Dan di tempat ini pula Rama akan memberikan banyak sekali kebahagiaan untuk adik-adiknya, meskipun Rama tahu luka itu sangat berdampak di dalam kehidupan dia dana adik-adiknya, bahkan saat ini Sanjana tengah berada di dalam pengawasan psikolog.
Mental Sanjana sangat terguncang setelah kejadian malam itu, bahkan Sanjana sempat beberapa kali berteriak ingin mati, kondisi emosional benar-benar belum stabil terkadang perempuan itu tiba-tiba berteriak dan menangis histeris.
Bahkan sampai saat ini Sanjana masih belum bisa menerima jika kehamilannya, perempuan itu merasa jika anak yang berada di dalam perutnya hanyalah segumpal darah yang menjadi alasan kehancuran dirinya.
Tapi lagi-lagi kedua kakaknya meyakinkan jika sehebat apapun luka yang Sanjana rasakan bayi yang berada di dalam kandungannya adalah sekali bayi yang tidak memiliki dosa dan kesalahan.
"Dek liat, Abang bawa apa?" Ujar Sakti dengan antusias membawa oleh-oleh untuk sang adik, beberapa hari lalu Sakti pergi ke Surabaya untuk manggung laki-laki, meskipun Sakti sering mendapatkan teguran dari managernya tapi semua rekan band nya memaklumi dan turut prihatin dengan apa yang menimpa adiknya.
"Lihat Abang beliin kamu makanan khas Surabaya, tapi Abang gak tau namanya, kata si penjual makanan ini best seller banget buat di jadiin oleh-oleh, Abang juga bawa kain batik buat kamu!" Lanjut Sakti, laki-laki itu berusaha untuk selalu ceria di depan adiknya.
Sanjana hanya tersenyum kecil melihat wajah kakak keduanya, meskipun dirinya masih belum bisa ceria seperti dulu tapi Sanjana selalu berusaha untuk keluar dari lingkaran hitam di hidupnya.
"Gitu dong senyum, adek Abang ini kalau senyum manis banget.." Sakti tersenyum senang melihat kemajuan dari adiknya.
.
Ruang kamar itu terlihat sangat gelap dan penuh dengan potret perempuan cantik, sang punya kamar tengah tertidur pulas dengan tampilannya yang acak-acakan, terlihat jika laki-laki sama sekali tidak mengurus dirinya sendiri, baju yang lusuh dan wajah mulai di penuhi jambang.
Botol alkohol berserakan di mana-mana, bahkan di dalam tidurnya laki-laki masih meracau tidak jelas membuat siapapun yang melihatnya merasa iba sekaligus puas.
Dua bulan yang lalu menjadi awal kehancuran Arlan setelah dirinya mengetahui jika dia memperkosa perempuan yang pernah sangat dia cintai, atau bahkan mungkin saat ini laki-laki itu masih sangat mencintainya.
Arlan mendapatkan surat panggilan dari kepolisian sampai akhirnya laki-laki itu di tangkap atas dasar pemerkosaan, Arlan yang merasa jika dirinya sudah hancur karena memperkosa perempuan yang sangat dia cintai, hanya bisa pasrah ketika polisi menyeret tubuhnya ke dalam sel tahanan.
Tak berselang lama, Arlan di pecat dari rumah sakit dan gelar praktiknya pun ikut di cabut, tidak hanya itu ibunya yang sangat Arlan cintai terlihat rapuh setelah tahu jika anak kebanggaannya memperkosa perempuan yang sudah ibunya anggap sebagai anak sendiri.
Bahkan sang ibunda juga baru mengetahui fakta akan perselingkuhan anaknya dan hal itu membuat sang ibu murka. Perlahan-lahan Arlan mulai hancur dengan sendirinya, setelah satu bulan berada di dalam sel laki-laki itu di bebaskan dengan uang jaminan namun tetap saja keputusan pengadilan tepat berada di depan mata.
Arlan di bayang-bayangi hukuman sepuluh tahun penjara, atau bahkan lebih, kehidupan indah yang mulai bangun perlahan hancur seketika, kesalahan fatal yang Arlan lakukan benar-benar tidak bisa di maafkan begitu saja.
"Kenapa Al?? Kenapa harus Sanjana? Kenapa harus dia yang kamu sakiti? Kamu tahu sejak kecil Sanjana sudah mendapatkan banyak luka, kamu sendiri janji sama bunda kalau kamu akan membahagiakan Sanjana tapi nyatanya apa?! Kamu malah menyakiti gadis itu dengan memperkosanya, bunda kecewa sama kamu!!" Teriakan dan amarah ibunya mampir membuat Arlan luruh seketika, ibunya benar jika dulu dia sering berjanji akan membahagiakan Sanjana, tapi nyatanya kini dia lah yang memberikan luka yang sangat luar biasa bagi perempuan itu.
"Maaf, maafin aku sayang..." Lirih Arlan di tengah-tengah tidurnya, airmatanya terus mengalir. Bahkan baik dirinya sadar maupun tidur rasa bersalah itu benar-benar menggerogoti Arlan, sejak saat itu dan seterusnya Arlan benar-benar tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.
Bahkan setelah keluar dari penjara satu bulan yang lalu, Arlan mulai mencari keberadaan Sanjana namun hasilnya selalu nihil, bahkan laki-laki itu nekat datang ke tempat kerja kedua kakak Sanjana dan akhirnya Arlan hanya mendapatkan pukulan dan cacian.
__
♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Hingga Ketepian
ChickLitDua belas tahun menjalin hubungan tidak akan menjamin sebuah pernikahan. Dan bagaimana rasanya ketika kamu melihat dengan mata kepala kamu sendiri laki-laki yang menemani mu selama dua belas tahun bercumbu mesra dengan perempuan lain... no plagiat w...