Kapal karam yang membawa muatan kenangan...
.
"Bang, maaf...." Satu kata maaf yang di ucapkan oleh Arlan mampu membuat Sakti menyergitkan keningnya bahkan laki-laki itu sejak awal merasa jika ada sesuatu hal yang di sembunyikan oleh Arlan tentang adiknya.
"Jadi kamu tahu keberadaan adik saya?!" Tanya Sakti dengan nada dingin nya, sementara itu Arlan lagi-lagi menggelengkan kepalanya bahkan raut wajah laki-laki itu menyakinkan Sakti jika laki-laki yang ada di hadapannya itu sama sekali tidak mengetahui keberadaan adik nya.
"Lalu? Kamu minta maaf untuk apa?!" Sakit kembali bertanya dengan ekspresi yang mulai dingin.
"Maaf... Maafin saya bang... Kepergian Sanjana itu gara-gara saya!" Arlan menunduk dan menangis tersedu-sedu, bahkan laki-laki itu terlihat sangat rapuh dan menyedihkan.
"Katakan dengan jelas sialan!!" Teriak Sakti yang kini sudah mulai marah dengan ucapan Arlan.
"Beberapa waktu lalu kami berdua, ah.. tidak tapi saya yang memutuskan Sanjana, karena saya mengkhianatinya dengan menjalin hubungan dengan gadis lain.." Belum sempat Arlan menyelesaikan ucapannya laki-laki itu langsung tersungkur oleh pukulan yang di lakukan Sakti, tidak hanya satu atau dua, Sakti memberikan Arlan beberapa pukulan dengan kerasnya hingga laki-laki itu babak belur.
"Berani-beraninya kamu mengkhianati adik saya sialan!!!" Teriak Sakti, Arlan yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa pasrah dan berusaha untuk melanjutkan penjelasannya karena Arlan tahu dia tidak ingin menutup-nutupi semuanya lagi.
"Sa..ya Ju..ga tidak sengaja meniduri Sanjana..." Sakit lagi-lagi berteriak dengan kencang dan memukul wajah Arlan tanpa ampun.
"Maafin saya bang, waktu itu saya mabuk, saya tidak tahu kalau perempuan yang saya tiduri itu Sanjana, demi tuhan!!" Arlan terlihat semakin tidak berdaya wajah nya penuh dengan lebam juga darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.
"Anjing!!!! Sedari awal saya percayakan Sanjana bukan untuk di sakiti ataupun untuk di lecehkan!!! Ingat Arlan saya tidak akan pernah memaafkan laki-laki sialan seperti kamu ini!!!" Setelah melupakan segala amarahnya Sakti pergi meninggalkan Arlan yang sudah tidak berdaya, laki-laki itu tampak sangat menyedihkan.
Arlan menangis penuh penyesalan bahkan sering sekali Arlan merindukan wajah Sanjana yang penuh dengan keteduhan, kini dirinya lah yang menjadi alasan kehancuran gadis yang sangat dia cintai, dan dirinya lah penyebab semua rasa sakit dan pengingkaran janji yang pernah di lakukan.
'Selamat Arlan kamu benar-benar laki-laki brengsek yang sudah menghancurkan kehidupan perempuan yang sudah menemanimu selama belasan tahun ini, dan selamat atas hukuman yang akan segera kamu dapatkan Arlan' lirih Arlan kepada dirinya sendiri.
.
Setelah memukuli Arlan tanpa ampun, Sakti pergi dengan melakukan mobilnya, sedari tadi laki-laki itu terus menghubungi orang-orang yang pernah dekat dengan adiknya, meskipun Sakti tahu adiknya hanya mempunyai beberapa teman dekat saja.
Bahkan Rama sang kakak masih terus meneleponnya padahal laki-laki itu berada di dalam pesawat, Sakti berteriak frustasi karena Sanjana adalah adik satu-satunya yang sangat dia cintai, dan selama ini kebahagiaan Sanjana lah alasan Sakti bertahan, Sakti takut jika adiknya akan pergi meninggalkan dirinya selamanya karena ketika waktu itu tiba sakti tidak tahu apakah dirinya akan baik-baik saja atau tidak.
Setelah berkeliling hampir empat jam dan tidak ada sedikitpun informasi yang laki-laki itu dapatkan, Sakti memutuskan untuk kembali ke apartemen adiknya, laki-laki nampak kacau dengan memeluk foto adiknya yang tengah tersenyum ceria.
"Kamu dimana sayang... hiks....." Sakti Larut dalam tangisannya, laki-laki itu hanya bisa memeluk foto-foto sang adik karena segala upaya sudah Sakti lakukan bahkan laki-laki itu juga sudah menyewa beberapa detektif untuk mencari keberadaan sang adik.
Tangisan Sakti terdengar begitu menyayat hati, bahkan mungkin jika ada salah satu anggota dari band nya yang mendengar dirinya menangis itu akan menjadi sesuatu yang sangat luar biasa karena selama mereka berkarir Sakti jarang bahkan tidak pernah menangis meskipun dalam keadaan haru bahagia sekaligus.
Rama yang baru saja turun dari mobil langsung berlari ke arah lift, nafasnya masih belum stabil dan wajahnya terlihat lelah bercampur sedih, sampai akhirnya Rama membuka pintu apartemen adik bungsunya terlihat Sakti adik pertamanya tengah menangis tersedu-sedu sambil memeluk foto adiknya.
Rama hanya bisa menghela nafas berusaha untuk tidak ikut menangis meskipun keadaan hati dan pikiran saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Bang.." ujar sakti dengan lirihnya, sementara itu Rama mendekap tubuh adik pertamanya itu.
"Kenapa harus Sanjana bang, sejak kecil dia jarang sekali mendapatkan kebahagiaan dan sekarang setelah dia mulai bahagia dengan laki-laki yang dia cintai, tapi sekarang justru laki-laki itu yang memberikan luka besar kepada Sanjana"
Rama menguatkan dirinya ketika melihat adik pertanyaan itu rapuh, setelah mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi kepada adiknya sebelum adiknya memutuskan untuk menghilangkan Rama marah bahkan laki-laki itu langsung menghubungi rekan pengacaranya untuk menjebloskan Arlan ke sel tahanan.
Kakak mana yang tidak marah ketika adik perempuan satu-satunya di perkosa oleh laki-laki yang sangat di cintainya bahkan sebelum itu Arlan juga dengan tega mengkhianati sang adik dengan begitu keji nya.
"Sudahi tangisan mu sak, kita cari Sanjana sama-sama, Abang yakin Sanjana pergi ke tempat yang tidak jauh dari sini, dia kan anaknya penakut mana mungkin pergi jauh dari negara ini" ucap Rama menenangkan adiknya, Sakti yang sedari tadi menangis kini tangisannya mulai reda.
Sakti si paling ceria dan humble bisa rapuh juga jika itu berkaitan dengan adiknya, laki-laki yang tidak pernah menampakkan kesedihannya dan selalu tersenyum di segala situasi kini laki-laki itu nampak rapuh setelah adik nya menghilang.
"Lihat bang, Sanjana terlihat cantik di foto ini, senyumnya terlihat manis bahkan mungkin hanya di beberapa foto saja Sanjana memperlihatkan senyuman manisnya ini" ujar Sakti, sementara itu Rama ikut melihat foto sang adik dengan perasaan sedih.
Sampai akhirnya Rama yang ikut larut dalam potret gambar sang adik membuat laki-laki itu sadar akan satu hal yang selama ini Rama sembunyikan dari adik-adiknya.
Liontin putih yang Rama berikan di hari ulang adiknya yang ke lima belas, liontin itu Rama beli tidak hanya sebagai hadiah tapi liontin itu Rama pasangkan alat pelacak karena dulu kedua adiknya jika merasa marah ataupun sedih pasti akan pergi menjauh dari rumah, dan terkadang Rama kewalahan mencari keberadaan adik-adik nya.
Sementara itu alat pelacak yang Rama berikan untuk Saka berupa jam tangan, dan sampai saat ini kedua adiknya itu masih menggunakan hadiah yang dirinya berikan.
"Seperti Abang tahu dimana Sanjana, semoga saja dia masih menggunakan liontin itu!"
....
Hai.. sorry baru up lagi, aku tuh pengen banget beresin cerita ini tapi kegiatan aku di luar lagi banyak-banyak bahkan aku baru ingat lagi ada cerita yang harus aku selesaikan hehe:)
Semoga kalian gak marah ya, dan tunggu chapter selanjutnya:)
![](https://img.wattpad.com/cover/353193288-288-k56391.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Hingga Ketepian
ChickLitDua belas tahun menjalin hubungan tidak akan menjamin sebuah pernikahan. Dan bagaimana rasanya ketika kamu melihat dengan mata kepala kamu sendiri laki-laki yang menemani mu selama dua belas tahun bercumbu mesra dengan perempuan lain... no plagiat w...