Permintaan maaf diterima

168 8 0
                                    

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan kayu jati yang kokoh sekalipun akan tumbang bila waktunya sudah tiba.
~DTSI~

"Jadi, Bapak kerepotan apa kesusahan?"

"Sudah 7 kali kamu bertanya Dinda. Diam!"

"Ya tapi kan Bapak gak jawab. Selagi pertanyaan saya belum terjawab, saya bakalan terus teror Bapak dengan pertanyaan yang sama."

Morgan berdecak, "Ternyata kamu orangnya gigih juga."

"Bapak gak tahu aja, saya kalo sekali kepo, belom afdol rasanya kalo gak tau jawabannya sampe ke akar-akarnya."

Morgan terkekeh geli, selain karena mendengar penjelasan Dinda, juga karena melihat wajah sungguh-sungguh Dinda saat berbicara, yang mana hal tersebut membuatnya terlihat menggemaskan di mata Morgan.

"Saya kerepotan dengan pekerjaan dan jabatan saya di Perusahaan itu. Awalnya saya sangat terbebani, tapi karena Ayah sudah mempercayakan tanggung jawab sebesar itu kepada saya maka saya ikut yakin bahwa saya bisa menjalankannya."

Morgan menautkan jari jari tangannya di atas meja. Membenarkan posisinya agar terlihat semakin tegap dan menghadap Dinda penuh. Ia membuat dirinya seperti saat sedang memimpin rapat.

"Saya selalu kerepotan dengan dokumen yang setiap hari menumpuk di meja, laporan dari setiap Divisi, pertemuan rapat baik internal maupun ekternal. Pertemuan dengan client, pergi keluar Kota bahkan luar Negeri hanya agar pekerjaan ini berjalan dengan  baik. Saya kerepotan saat mengurus complain yang bahkan kadang datang dari customer bahkan dari karyawan saya sendiri."

"Tapi setelah menyelesaikan itu semua, saya merasa puas dengan hasil yang sudah saya capai. Seperti kata kamu, saya merasa senang saat melihat senyum para karyawan ketika mendapatkan bonus dari hasil kerja keras kita, saya senang saat Morgan Company banyak dikenal publik, dan saya senang, apa yang diimpakan serta dipercayakan Ayah pada saya menjadi nyata seperti saat ini. Keberhasilan yang harus saya pertahankan membuat saya mendapatkan banyak dukungan dan relasi."

Dinda menaruh kedua tangannya saling menumpu di atas meja dengan sopan. Bahkan fokusnya tak teralihkan sedikit pun dari Morgan. benar-benar seperti anak TK yang sedang mendengarkan dongeng dari gurunya.

"Walaupun ini sudah jauh dari ranah yang saya inginkan, tapi saya senang karena bisa melihat senyum, sedih, tawa dan canda para karyawan setiap harinya. Saya juga senang, karena dengan pencapaian saya, Kevin menjadikan saya sebagai contohnya untuk masa depan. Dengan begitu, itu tandanya saya bisa berbangga diri menyebutkan bahwa saya adalah contoh ayah yang baik bagi Kevin walau banyak sekali kekurangan yang saya miliki."

Dinda terkesima mendengar penuturan Morgan. Baginya, Morgan di depannya ini sangatlah berbeda dari Morgan yang selama ini ia kenal.

"Bapak punya kepribadian ganda ya?"

"Jangan menambah topik pembicaraan. Saya hanya menjawab apa yang kamu pertanyakan tadi."

Dinda berdecak sebal. Ia mengatur ulang posisinya agar lebih santai. "Padahal belum semenit saya mengagumi Bapak, malah balik ke setelan pabrik."

"Apanya yang pabrik?" tanya Morgan kurang mengerti dengan arah pembicaraan Dinda.

"Gak usah dipikirin. Saya tahu, walaupun Bapak pintar, tapi kepintaran Bapak tidak akan sampai pada pembicaraan saya."

Duda Tampan Suami Idaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang