Si bawel

234 22 1
                                    

Kukira memang sifatmu yang terlalu dingin. Namun ternyata aku yang terlalu ingin. Dan nyatanya, selama ini aku memaksa, bukan meminta.
~Dinda~

"Istirahat yang cukup, besok Abang minta izin ke sekolah kamu."

Morgan dengan telaten membaringkan Arga di kasur setelah menyuapinya bubur dan memberikan adiknya itu obat. Ia menyelimuti tubuh sang adik dengan penuh sayang.

"Dua hari ya Bang?" pinta Arga dengan puppy eyes miliknya.

"Satu minggu."

Berharap seorang Morgan Baskara Adijaya akan luluh? Ouh tentu tidak, keluluhan pria jangkung itu hanya berada pada kepolosan dan keluguan anak semata wayangnya. Selebihnya, tidak ada yang bisa meluluhkan laki-laki bersifat dingin itu.

Arga berdecak kesal. Ia menggerutu yang tak bisa didengar jelas oleh Morgan. Namun ada satu kalimat yang berhasil telinga tajam Morgan tangkap.

"Gak bisa lihat my Bidadari dong."

"Abang gak akan larang atau minta kamu buat buang perasaan yang ada ada dalam hati kamu buat seseorang yang Abang pun gak tahu dia sebaik apa sampai bisa rebut perhatian kamu. Tapi, Abang cuma minta satu hal, jangan sampai kamu terlena sama rasa cinta yang kamu miliki sampai kamu lupa, kepada siapa sebenarnya cinta itu harus berlabuh."

Morgan menundukkan tubuhnya, mencium kening Arga yang sedari tadi hanya diam. Biarkan adiknya itu untuk memilih, dia bukannya egois, hanya saja Morgan takut rasa cinta yang Arga miliki menjadi bumerang untuk hidup laki-laki itu dikemudian hari. Sebutlah dia tidak ingin apa yang Satria rasakan dirasakan pula oleh adik kesayangannya itu. Apapun itu, jangan sampai!

"Kalau ada apa-apa teriak aja ya, atau telpon Abang sama Abang-abang yang lain."

"Iya Bang. Makasih udah nolongin Arga."

"Tidur." Morgan menepuk pucuk kepala Arga lembut.

"Dasar gengsian! Tinggal bilang sama-sama aja susahnya kaya ngasih duit triliunan."

"Kapan Abang perhitungan soal uang sama kalian?"

"Ya, ya gak pernah sih." jawab Arga gagap.

"Terus tahu darimana kalau kalimat sama-sama dari Abang setara dengan uang triliunan?"

Arga diam, salahkan dia atas perkataan hiperbolanya pada Morgan. Sudah tahu tidak bisa berdebat dengan orang tua satu ini, masih saja cari perkara.

"Bang, perut Arga kok perih banget ya? Kata dokter tadi kenapa sama perut Arga?"

Apa perut laki-laki berusia 17 tahun itu benar-benar sakit? Jawabannya tentu tidak, Arga hanya sedang mencoba mengalihkan topik. Maklum, otaknya buntu bila harus dipakai untuk berdebat dengan Morgan.

"Pasti perih, pasti juga sakit. Mereka nendang kamu beberapa kali. Dokter juga bilang perut kamu banyak terdapat memar, untung juga tendangan mereka gak sampai kena ulu hati kamu. Kalau sampai kena, bisa fatal akibatnya." Arga meringis, kembali terbayang saat dimana seseorang menendangnya dari belakang dan tak lama tendangan-tendangan lainnya dengan brutal menyusul mendarat dibeberapa titik bagian tubuhnya. Dan yang paling banyak ya di area perut dan kakinya.

Duda Tampan Suami Idaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang