Si kembar Baskara

1.6K 51 0
                                    

"Sedang tidak ingin jatuh cinta. Posisi  dalam fase memikirkan beban hidup. "
~Satria Baskara Adijaya ~

"Gemoy!! Yuhu, ponakan Om Satria yang tampan nan rupawan bak Raden Kian Santang udah mandi belom?!" teriak Satria dengan riang. Lelaki berperawakan tinggi dengan bahu lebar itu membuka pintu kamar Kevin lebar-lebar. Ditelaahnya seisi penjuru kamar dengan nuansa putih abu itu sampai netranya terhenti di sudut ruangan dekat sofa. Disana, munculah seonggok manusia kecil dengan tangan mungil yang memeluk erat bantal guling Boba kesayangannya.

Kaki jenjang itu membawa langkahnya menuju keponakan kesayangannya, dengan penuh rasa gemas ia mencubit pipi berisi milik bocah lima tahun itu. "Dasar tukang molor, hayuk bangun dulu, mandi, abis itu makan siang."

Kevin dengan muka bantalnya hanya mengangguk. Matanya masih sedikit memejam karena kantuk. Tidak bisa dipungkiri, kantuknya lebih kuat dari imannya. Kelelahan bermain dan memang dasarnya memiliki sifat pelor alias nempel langsung molor turunan dari Ayahnya, menjadikan ia manusia yang sedikit-sedikit mengantuk dan mudah lelah. Berterima kasihlah ia pada Ayah dan keenam Pamannya yang selalu menjaga pola tidur serta pola makan dan pola hidupnya agar tetap sehat dan teratur.

Setelah selesai mandi dan berdandan ala kadarnya, Kevin langsung berlari menuju meja makan dimana ada Satria dan 2 pamannya yang lain.

"Siang Om Tala, Om Lafa." sapa Kevin dengan cadelnya. Diumur 5 tahun Kevin sudah berbicara lancar, hanya saja belum bisa melafalkan huruf 'R' dengan benar.

"Siang juga jagoan." balas Tara mengacak gemas surai lembut Kevin.

"Mau makan sama apa bocah?" itu Rafa, kembaran Tara.

Fyi, Tara dan Rafa adalah anak kembar. Mereka kembar namun tidak identik. Mereka anak kelima dan keenam di keluarga Baskara, Tara keluar 15 menit sebelum Rafa.  Sifat dan karakter mereka tak jauh berbeda. Salah satunya, Jahil! Hal yang paling membuat mereka bahagia adalah ketika mereka menjahili Kevin dan membuat kesal anak itu.

Lihat saja, baru semenit mereka duduk dan bersikap manis, kini meja makan dipenuhi oleh teriakan Kevin dan ocehan kesal dari bibir anak itu.

"Om!!!" teriak Kevin menggelar saat tangan nakal Rafa mengambil Nugget miliknya kemudian memakannya dengan santai. Pipinya mengembung lucu dengan kedua tangan dilipat di dada. Kevin menatap kedua pamannya dengan tatapan tajam.

"Dih, bocah kemarin sore sok sangar!" cibir  Tara sembari tangannya ikut aktif mencomot ayam goreng milik Kevin, lelaki pemilik senyum kotak itu tertawa dengan tengilnya saat melihat wajah masam ponakannya semakin masam.

"Kevin sumpahin Om Tala keselek." batin Kevin bersumpah. Ajaibnya, sedetik kemudian Tara langsung terbatuk hebat dengan tangan menepuk keras dadanya berupaya untuk meredam batuknya namun nihil, ia malah semakin terbatuk hebat.

Rafa yang panik langsung menyodorkan air minum miliknya pada Tara pun dengan Satria yang langsung ikut menepuk-nepuk punggung Tara. Mereka melakukan apapun guna membantu Tara agar terhenti dari batuknya. Sedangkan Kevin? Cukup tahu dia sedang tertawa puas melihat paman laknatnya kesusahan, apalagi saat ia melihat wajah Tara yang memerah, rasanya ia benar-benar puas hingga perutnya keram dan air matanya keluar akibat terlalu lamanya ia tertawa.

"Makannya, sama Kevin itu jangan nakal-nakal Om. Kan Ayah bilang Kevin itu titisan ...."

"Setan kan?!" sambar Tara setelah terlepas dari siksaan dadakan itu. Ia kemudian meneguk habis minuman di depannya, meraup oksigen sebanyak-banyaknya dengan serakah, seakan ia takut tidak akan mendapat lagi udara yang selama ini ia hirup. Tadi itu rasanya seperti ia akan mati saja.

"Om gak boleh ngomong kasal."
peringat Kevin dengan ekspresi kesal namun malah terlihat lucu.

"Mana ada Om ngomong kasar, emang setan kasar?"

"Iyalah kasal."

"Om tanya, setan itu makhluk halus atau makhluk kasar?"

"Alus." jawab Kevin polos.

"Nah itu tahu. Terus, kenapa kamu bilang kalau Om tadi ngomong kasar? Om kan gak ngomong kasar."

Tara menggoda Kevin dengan menaikan alisnya sebelah, ia merasa menang sekarang karena bisa mengerjai bocah itu balik.

"Ya, ummm...."

Kevin masih berfikir dengan bibir mengerucut lucu. Merasa tak mendapatkan jawaban, bocah berumur 5 tahun itu mengacak rambutnya frustasi.

"Gak tahu ah, Kevin pusing."

Satria, Rafa dan Tara terkekeh geli melihat tingkah gemas keponakannya itu. Ingin sekali mereka memasukan Kevin kedalam karung dan menculiknya sejauh mungkin agar hanya mereka saja yang mengasuh bocah imut itu.

"Makannya jadi bocah jangan sok keras." Rafa masih gatal ingin menjahili Kevin.

"Udah napa sih, demen banget ngegoda Kevin. Kasian dia, disuruh makan dulu."

Satria akhirnya menengahi. Meladeni kejahilan dua adik kembarnya ini memang tidak akan pernah ada habisnya. Ada saja bahan jahilan dan gibahan dua anak kembar ini, Satri saja sampai pusing sendiri memikirkan darimana sebenarnya sifat menyebalkan dua adiknya ini. Tapi, jika dipikir-pikir dengan pikirannya yang sudah mentok itu, bukan hanya kedua adiknya ini yang memiliki sifat menyebalkan, tapi SEMUA. Ya! Semua adik-adiknya menyebalkan dengan sifat masing-masing , bahkan Kevin yang notabene keponakannya pun sangat menyebalkan. Walau begitu ia tetap menyayangi Keluarganya ini dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing.

"Yuhuuu!! Sambutannya dong sambutan, orang ganteng pulang nih!"

"Ouh, hallo pangelan alga!" Kevin dengan ceria berlari kearah Arga yang baru meletakan sepatu miliknya di rak.

"Hallo ponakan Om yang tampan. Udah makan belom?" Arga berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Kevin. Ia mengelus lembut surai hitam legam milik Kevin.

"Om kok udah pulang? Kangen ya sama Kevin?" menjawab pertanyaan Arga dengan pertanyaan, anak itu membuat Arga terkekeh geli lantas mencubit gemas pipi berisi miliknya.

Arga membawa Kevin kedalam gendongannya dan mendudukkan anak itu di tempat semula. Ia kemudian menaruh tas miliknya di kursi, menyalami Kakaknya satu persatu dan duduk di samping Kevin.

"Hari ini guru rapat Bang, jadi gue pulang lebih awal." seperti tahu apa yang ada dalam benak ketiga Kakaknya, Arga langsung memberikan informasi sebelum ditanya.

Satria hanya mengangguk mengerti sedangkan si kembar mulai melancarkan aksi julid mereka.

"Eleh, palingan bolos."

"Hooh, atau nggak, izin sakit biar bisa pulang awal. Gue tahu nih akal bulus bocah SMA zaman sekarang." timpal Tara dengan menatap pongah pada Adik bontotnya itu.

"Mana ada, itu mah kelakuan lo berdua!" sewot Arga tak terima. Ia melempar kulit pisang pada Rafa dan Tara.

"Woy! Rusuh lo mah ah!"

"Bang Rafa duluan yang mulai."

"Ya tapi gak pake lempar-lemparan kulit banana segala Sapri!" Tara kesal karena kulit pisangnya mengenai wajah tampannya.

"Liat muka gue, apa gue terlihat perduli?"

"Gue buang lo ke laut."

"Ke jurang aja ke jurang. Biar sekalian dimakan Baby bear disana."

Rafa menatap sinis pada kembarannya. "Lucu lo bilang kaya gitu?"

"Udah udah! Astaghfirullah!!"

Merasa frustasi, Satria berteriak untuk menghentikan keributan di depannya. Ia lelah sendiri menghadapi kehebohan yang selalu terjadi bila ketiga adiknya ini berkumpul. Rasa-rasanya ia ingin resaign sebagai Anak tertua di Keluarga ini bila sudah terjadi keributan seperti ini. Namun sayang, ia tidak bisa, selain ini bukan tempat kerja, ia juga tak akan sanggup berjauhan apalagi sampai meninggalkan keenam adiknya ini. Rasa sayangnya kepada adik-adiknya melebihi rasa frustasinya yang selalu datang setiap harinya.

Duda Tampan Suami Idaman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang