City ❥ Gagamaru Gin

249 21 1
                                    

Gagamaru Gin x Reader

Blue Lock ©Muneyuki Kaneshiro/Yusuke Nomura

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

"Butuh bantuan?" Adalah selarik tanya yang mencerahkan hari Gagamaru. Pelakunya, dara manis dengan netra (eye colour) nan bulat.

Anggukan jadi jawaban, masih dengan setelan wajah yang biasa, meski dalam hati ia merasa lega bukan main. Wah, ternyata ada orang baik yang mau membantunya.

"Aku tersesat," jelas Gagamaru singkat.

Ekspresi dara manis tadi terlihat blank sesaat, mencerna pernyataan taruna bongsor di depannya baik-baik. "Tersesat?"

"Oh, astaga! Kamu perantau dari kota jauh?" Dara itu menjentikkan jari.

Gagamaru menggaruk pelipisnya. "Eh, yah ... anggap saja begitu. Pokoknya sekarang, aku perlu tempat menginap sementara."

Sang dara menyilangkan tangan di depan dada sambil mengetuk-ngetuk pelan ujung sepatunya di jalanan. "Agak sulit ya, soalnya ini masih hari libur, tampaknya penginapan sudah penuh," lontarnya, "ah, tapi kau tenang saja! Aku akan menemanimu mencari penginapan kosong. Ayo, ayo!"

Yang butuh siapa, yang lebih semangat siapa. Namun, dengan ini Gagamaru jadi lebih yakin, gadis ini memang baik.

"Eh, kita belum kenalan. Namamu siapa? Aku (Name)!"

"Gagamaru. Gagamaru Gin."

"Namamu lucu sekali."

"Itu pujian?"

"Tentu saja!"

"... Terima kasih." Gagamaru mengalihkan pandangan sambil mengusap tengkuk. Gestur yang manis sekali, padahal badannya segede gaban begitu.

Sudah banyak penginapan-penginapan yang mereka sambangi, tetapi semuanya penuh. Entah yang harganya terjangkau dompet Gagamaru, sampai yang tidak. Karena seperti yang (Name) katakan, ini masih terhitung hari libur, pasti banyak orang-orang dari luar kota kemari.

Lelah berjalan kaki ke sana-kemari, Gagamaru dan (Name) memutuskan untuk beristirahat sejenak di supermarket. Sebagai rasa terima kasih, Gagamaru mentraktir sang dara es krim. 

Setelah mengucapkan terima kasih, (Name) bertanya, "Matahari sudah terbenam, apa kau mau menginap di rumahku saja?"

Gagamaru hanya membalas dengan tatapan mata, sementara mulutnya penuh dengan es krim, untunglah (Name) paham apa yang Gagamaru pikirkan. 

"Ayah dan ibuku pasti gak akan keberatan, kok! Kau tenang saja."

Gagamaru melemparkan plastik es krimnya ke tempat sampah, kemudian mendongak, memperhatikan langit yang makin menggelap. Cahaya matahari terganti oleh lampu-lampu jalanan. Kota besar memang tidak pernah tidur, malam hari pun, kemilaunya tetap mampu membuat mata sakit. Orang-orang pun seperti urung untuk masuk ke dalam rumah, tetap ramai memenuhi kota.

Di tempat yang seperti ini, di mana Gagamaru merasa asing, sudah jelas ia tidak tahu hendak ke mana. Namun, ada (Name) di sini, gadis yang entah mengapa amat baik, hendak menolongnya.

"Jadi bagaimana, Gagamaru? Kalau kau masih ingin mencari penginapan juga gak masalah, akan kutemani!" (Name) menepuk bahu taruna bongsor, memutus lamunannya.

Gagamaru menatap sang dara, agak menunduk. "Kalau kau memang tidak keberatan--"

"Tidak sama sekali!" potong (Name) dengan wajah cerah, "ayo, ayo! Kau pasti kelelahan."

Rumah minimalis yang memberi kesan hangat, lengkap dengan halaman yang meski kecil, tetapi dijejali dengan pot-pot berisi bunga berwarna-warni. Melihat bagaimana seorang (Name) begitu perhatian dan kelebihan energi, Gagamaru tidak perlu bertanya-tanya siapa yang merawat bunga-bunga tersebut dengan baik.

Selagi Gagamaru memperhatikan halaman, (Name) sudah lebih dulu merangsek masuk. Suara nyaringnya masih dapat didengar Gagamaru, disahuti oleh dua suara lain.

"Astaga, kasihan sekali. Cepat suruh dia masuk." Suara berat khas pria paruh baya.

"Aku akan siapkan kamar tamunya dulu." Dan suara wanita yang terdengar lembut.

Detik berikutnya, (Name) menyembulkan kepala dari balik pintu. "Gagamaru! Ayo sini!"

Gagamaru menurut, melangkah masuk sambil membenarkan posisi ransel besar di pundak. Ia mengekori (Name), dan turut duduk di sofa saat gadis itu berkata kamar untuknya masih disiapkan.

Selang beberapa menit, ayah (Name) datang dengan dua gelas berisi air hangat. "Kalian pasti lelah setelah berkeliling seharian," tuturnya sambil memberikan kedua gelas tersebut pada (Name) dan Gagamaru.

Gagamaru mengangguk canggung. "Terima kasih ... banyak. Maaf merepotkan," ucapnya pelan.

Senyum sehangat matahari menjadi jawaban. "Jangan sungkan begitu. Anggap saja rumah sendiri."

"Benar! Istirahat saja dengan nyaman. Gak perlu merasa gak enak," sahut (Name).

Kemudian, ayah (Name) izin pergi ke kamar tamu untuk membantu membersihkan. Tinggallah (Name) dan Gagamaru di ruang tamu dengan suasana hening.

Namun, setelah meneguk habis air hangatnya, Gagamaru angkat bicara, "(Name)-san."

"Ya?" Yang dipanggil menyahut cepat.

"Terima kasih banyak." Labium Gagamaru yang seharian ini datar-datar saja, kini membentuk lengkung tipis. "Kau sangat membantuku hari ini."

(Name) mengerjap beberapa saat, kemudian tersenyum lebar. "Sama-sama!"

- fin -

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang