Locked ❥ Areka Putra

340 44 2
                                    

Areka Putra x Reader

Good/Bad Fortune ©Ariel Duyung

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Namanya, Areka. Taruna yang suka memakai jaket hitam yang senada dengan rambutnya yang entah mengapa selalu tampak berantakan. Sekali liat saja, orang pasti bisa menebak kalau ia adalah seorang yang canggung dan agak kesulitan dalam hal sosialisasi. Meski kehadiran sahabatnya yang memiliki sifat kontras dengannya itu cukup membantu, sih. Namun, di mata (Name), Areka tetaplah seorang yang kelewat pemalu. Ah, entahlah pemalu adalah kata yang tepat atau tidak, tetapi ia anggap taruna itu memang bersifat begitu.

Sepanjang (Name) memperhatikan setiap Areka berinteraksi dengan orang lain, taruna itu pasti tidak akan berani untuk menatap mata lawan bicaranya, pun termasuk dengan (Name). Sebagai seorang anak dari keluarga yang sudah mengajarkannya public speaking dan seni bersosialisasi sejak dini, jujur saja (Name) gemas (baca: kesal) melihat tingkah Areka.

Karena, satu hal penting yang selalu orang tuanya katakan, "Kalau sedang berbicara dengan orang lain, tatap matanya!"

Entah apa tujuannya, tetapi (Name) anggap itu sebagai salah satu bentuk sopan santun. Apa pun itu, meski gemas sendiri dengan sikap Areka, (Name) berusaha menahan diri untuk tidak mengomel setiap taruna itu berinteraksi di depan matanya. Masalahnya, mereka satu sekolah, lebih-lebih lagi, satu kelas, tentu akan ada saja interaksi antara Areka dan (Name), yang hanya akan memancing rasa gemas sang gadis.

"Kelompok terakhir, Areka Putra dengan (Fullname)."

Haruskah kelompok acak dari sang guru ini dilabeli sebagai takdir, yang entah kejam atau apa, karena telah menyatukan Areka dan (Name). Sang dara tidak tahu harus merasa apa soal ini, ia hanya bisa mengembuskan napas panjang. Setidaknya, Areka tidak seburuk itu untuk menjadi teman sekelompok, bukan tipikal manusia beban.

Tidak suka berlama-lama mendiamkan tugas, (Name) langsung mengajak Areka ke perpustakaan saat pulang sekolah. Areka pun tak ada masalah, taruna itu menurut saja.

"Kita kebagian bab lima, aku sudah baca dan pahami, kamu sendiri gimana? Kalau ada yang kamu gak paham, aku bisa jelaskan dulu." Tanpa basa-basi sama sekali, (Name) segera membahas tugas kelompok mereka.

"Eh ... ehm ... aku kurang paham bagian ini," ungkap Areka sambil menunjukkan salah satu halaman.

(Name) berusaha keras menahan rasa gemasnya sedari tadi. Namun, kini, di depannya, Areka tengah menunjukkan buku pelajarannya, tetapi arah pandangnya malah ke samping. Masa iya taruna ini sepemalu itu? Memangnya bisa sampai separah ini? (Name) benar-benar tidak bisa paham.

"Areka, aku punya permintaan."

"Eh?" Sekilas, Areka menatap (Name), tapi baru saja sedetik, ia kembali mengalihkan pandang. "Permintaan ... apa?"

"Lihat aku, sekarang. Tatap mataku, jangan mengalihkan pandangan begitu. Aku di sini lho, di depan kamu," titah (Name), meski ia berusaha menjaga nada suaranya agar tetap rendah, tetapi cara bicaranya yang cepat,  lebih dari cukup untuk memberi kesan tidak sabaran.

Areka melirik sang dara sekilas, tetapi kembali menatap ke arah lain dengan cepat. "Ma-maaf ... aku tidak bisa ...."

"Kenapa?"

"A-aku punya alasanku sendiri, tapi ...."

(Name) menaikkan satu alisnya, ia mulai memunculkan spekulasi. Apa mungkin anak ini terbayang-bayang oleh rumor buruk soal dirinya? Para murid kerap membicarakan kalau Areka dapat memberikan nasib buruk. Apakah Areka pikir, orang-orang akan tidak nyaman bila ditatap olehnya? Tapi tetap saja ...

"Areka, kalau kamu begini ke senior atau anak kelas lain, tak masalah, tapi asal kamu tahu, aku tidak sama dengan mereka! Aku tidak memercayai rumor buruk soalmu." (Name) bersikeras.

Taruna berambut arang itu tersentak pelan, lalu menggeleng, kembali melirik (Name) sekilas. "Kalau ke orang lain ... aku begini memang karena rumor itu, tapi (Name) ..."

"... Aku begini ke kamu karena--" Areka menenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan lengannya di atas meja. Netra kelamnya kembali melirik (Name) cepat. "Sekalinya aku melihat mata indahmu itu dengan benar, pandanganku akan terkunci. Aku gak akan bisa lihat hal lain lagi."

Oh astaga, kali ini pun (Name) sendiri jadi ragu apakah ia harus mempertahankan kontak mata dengan Areka.

- fin -

Haii, maaf ya aku sangat slow update. Terima kasih banyak-banyak untuk kalian yang tetap mempertahankan book ini di library, dan membaca sampai sini <3

Bab ini adalah bab terakhir di book ini, setelah ini aku mau fokus ke book lain plus draft-draft yang terbengkalai.

Sekali lagii, terima kasih banyak, guys! I love you all so much ♡

━━━izo

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang