"Maira?" Guman seorang pria jenjang dengan busana kemeja rapi dibalut dengan jas hitam yang baru saja keluar dari sebuah ruangan berlabel office.
Tanpa sadar ia terus memperhatikan seorang wanita yang tengah perjalan menjauhinya, dalam ingatan masih terlintas bayangan teman masa kecilnya. Seorang anak dari asisten rumah tangga dan sopir pribadi papanya 10 tahun yang lalu.
"Mas Farid kenapa masih disini? Ada hal yang ingin ditanyakan lagi?" Ucap seorang pria paruh baya yang langsung menyadarkan lamunan Farid.
"Ahh Pak Wawan, tidak kok pak cuma tadi sepertinya saya melihat temen saya disini." Sahut Farid dengan sopan.
"Ohh begitu, kalau gitu mari saya antar keluar sambil kita berbincang-bincang." Balas Pak Wawan.
"Ahh, baik pak. Mari. Sahut Farid dengan antusias.
"Gimana papa kamu sehat sekarang?" Tanya Pak Wawan.
"Alhamdulillah sehat kok pak," Sahut Farid.
"Saya sudah lama tidak bertemu Pak Dika, mungkin sejak 3 tahun lalu saat acara reuni. Papa kamu juga bilang kalau putra semata wayangnya sedang menempuh pendidikan di Kairo Mesir saat itu." Curhat Pak Wawan kepada Farid.
"Iya pak. Sebenarnya kemarin papa juga yang menyarankan saya untuk mengirim lamaran ke pabrik Pak Wawan dan alhamdulilah esoknya saya cek ada email masuk dan dapat info untuk interview hari ini." Tanggap Farid.
"Hahaha, memang kamu ini mengirim lamaran diwaktu yang tepat. Baru kemarin sore saya memecat manajer saya karena menyelundupkan uang produksi ehh paginya HRD langsung memberi kabar kalau ada pelamar baru yang melamar di bagian manajer dan lulusan S2 Manajemen Universitas Al-Azhar pula ya langsung saya suruh hubungilah." Sambung Pak Wawan
Farid hanya membalasnya dengan senyuman. Ia pun tidak pernah menyangka akan semudah ini mendapatkan pekerjaan. Bagaimana tidak baru 24 jam mengirim lamaran langsung diterima. Memang benar dia lulusan S2 Universitas ternama dan papanya pun seorang pengusaha ternama, tapi bukankah semua itu hal yang biasa di masa sekarang. Ya walaupun, Pak Wawan teman SMA papanya tapi semua usaha yang dilakukan Farid sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari papanya. Karena dari awal papanya sudah mendidik Farid untuk belajar menjadi laki-laki tangguh. Papanya tidak mau jika Farid hanya bertumpu padanya, ia memang Farid putra semata wayangnya yang nantinya akan melanjutkan usahanya, tapi papanya ingin ia mencari pengalaman diluar sana supaya tahu bagaimana susahnya bekerja, sulitnya merintis usaha, dan jatuh bangunnya seorang pengusaha.
Ya, papa Farid adalah seorang pengusaha makanan ternama. Ia sudah membuka 5 rumah makan di beberapa daerah. Bahkan namanya sering muncul di beberapa majalah dan surat kabar. Rumah makan Abdika yang mempunyai nuansa yang unik dan penyajian yang menarik. Rumah makan yang menyediakan berbagai makanan Indonesia ini didekorasi dengan nuansa kuno unik dengan beberapa barang-barang antik yang dapat kita jumpai di sekeliling rumah makan tersebut. Penyajiannya pun juga menarik dengan mengunakan piring anyaman bambu dengan beralaskan daun pisang yang membuat pengunjung merasakan sensasi berbeda saat menyantap hidangannya.
*****
Ruang makan rumah Keluarga Abdika
"Nak, nanti malam kamu ada acara tidak?" Tanya Kumala kepada anaknya.
"Enggak sih ma, ada apa?" Jawab Farid sembari menatap mamanya.
"Mama mau ajak kamu main ke rumah Tante Anis dia itu punya putri cantik lulusan kedokteran UI lho, ya siapa tahu jodoh." Sambung Kumala.
" Mama... mama... Farid ini masih baru mau belajar menata masa depannya baru besok lho mulai kerja sudah mau dikenal-kenalkan sama perempuan saja. Ya biar dia mapan dulu lah ma, punya pekerjaan tetap punya penghasilan tiap bulannya baru boleh kenalan sama perempuan." Tukas Pak Abdika menyahuti istrinya.
"Emangnya kenapa pa? Farid ini udah besar lho pak, sudah 28 tahun masa belum pernah suka sama perempuan. Papa ngak takut apa kalau anak papa lupa untuk bercinta karena papa tuntut untuk kerja.. kerja.. dan kerja terus," bela Kumala.
"Ya nggak gitu juga ma, Farid ini laki-laki jadi dia harus bisa tanggung jawab dulu sebelum berani mencintai anak orang. Lagi pula sekarang sudah nggak jamannya jodoh-jodohan lagi ma, papa yakin Farid bisa cari sendiri kok." Sahut Pak Abdika.
"Lho papa kok jadi salahin mama sih..." Sambung Kumala yang terjeda oleh hentakan sendok dan garpu.
"Ma.. pa, apa-apaan sih ini Farid belum ada 1 minggu lho dirumah masa udah dikasih tontonan seperti ini." Cerca Farid sambil berdiri ingin meninggalkan ruang tersebut.
"Oiya satu lagi untuk mama, mama nggak perlu repot-repot cariin perempuan buat Farid, Farid bisa cari sendiri kok ma. Farid juga ngak mati rasa kok, Farid juga pernah jatuh cinta tapi mama nggak perlu tahu siapa orangnya." Tukas Farid sebelum meninggalkan ruang makan.
Kamar Farid
Ditengah sunyinya suasana malam Farid ingin mengulang kembali masa-masa indahnya sebelum pergi menempuh pendidikan ke Kairo. Kebersamaannya bersama seorang gadis kecil putri asisten rumah tangga sekaligus supir pribadi papanya yang selalu memberi warna ditengah kesepian dalam hidupnya. Bagaimana tidak merasa kesepian, papanya selalu saja sibuk di rumah makannya berangkat pagi pulang malam setiap harinya sedangkan mamanya, sibuk sendiri dengan teman-teman arisannya. Jadi sejak kecil ia sudah terbiasa hidup dengan asisten pribadinya yang bernama Bik Ima dan kedua putrinya. Bik Ima dan Pak Rois suaminya memang sangat dekat dengan keluarga Andika, bahkan Pak Dika juga menyediakan rumah pribadi untuk Pak Rois dan Bik Ima. Sampai setelah 1 tahun kepergian Farid dari rumah, hubungan mereka mulai renggang karena Pak Rois divonis penyakit paru-paru yang tidak dapat bekerja lagi seperti biasanya dan masalah konflik antara Bik Ima dan mamanya Farid.
"Gimana kabar kamu mai, kamu sekarang dimana?" Ucap Farid sambil memperhatikan foto polaroid didalam sebuah buku diarynya.
"Aku harap kamu baik-baik saja, dan semoga Allah masih memberi kesempatan untuk kita bertemu kembali ya mai."
Happy reading...
Jangan lupa follow ig @nizusyafa
#cinta disepertiga malam
#romanceislami
#islambaper
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Disepetiga Malam (Jilid 1 : HUMAIRAKU)
RomanceDear Khumaira Az-Zahra Wanita cantik mulia akhlaknya. Kaulah satu-satunya wanita yang membuatku paham akan hakikat kehidupan di dunia. Kau yang membuat aku tahu kalau dunia hanyalah sementara dan akhiratlah selamanya. Kau juga yang mengajarkan apa a...