Pukul menunjukkan 06.00 Farid bergegas keluar dari kamarnya yang ada di lantai dua menuju ruang makan yang ada di lantai bawah. Ia sudah mengenakan kemeja coklat rapi yang dimasukkan didalam celana kerja panjangnya tak lupa ikat pinggang dan sepatu pantofel hitam.
Sesampainya di meja makan, ia langsung disambut sumringah oleh mamanya yang saat itu sedang menyiapkan beberapa makanan dimeja tersebut.
"Tampannya anak mama," guman Bu Kumala sambil memberikan piring kepada Farid.
"Karena Farid laki-laki ma, coba kalau anak mama perempuan pasti juga cantik," ketus Farid.
Farid memang orangnya dingin dan realistis tapi dia dapat seketika berupa menjadi hangat jika berjumpa dengan orang-orang yang memang sudah dekat dengannya. Ia juga tidak suka orang yang dramatis dan melebih-lebihkan sesuatu karena menurutnya itu sangatlah membosankan.
"Memang benar-benar anak ini, mau dapat pacar darimana coba kalau sikap kau saja seperti ini." Tukas Bu Kumala.
"Sudahlah ma ini masih pagi jangan membuat mood-ku menjadi buruk, kalau mama pengen cepat punya anak perempuan mama buat saja sana dengan papa jangan terus-terusan menuntutku," sahut Farid sambil menyantap sarapannya.
"Ehh.. ehh.. anak ini ya-"
"Sudahlah ma jangan ganggu sarapan ku, aku hanya ada waktu 10 menit untuk sarapan. Hari ini hari pertamaku bekerja jadi aku harus datang lebih awal dari yang lainnya." Cerca Farid yang mulai geram dengan mamanya.
"Iya, baiklah putra mama yang tampan habiskan sarapanmu tambah lagi nasi dan lauknya jangan sampai kau kelaparan saat bekerja nanti," Sahut Bu Kumala sambil menyodorkan piring lauk ke putranya tetapi tak mendapatkan respon apapun dari yang diajak bicara.
"Papa dimana ma, kok nggak ikut sarapan?" Tanya Farid yang tidak melihat keberadaan papanya sedari tadi.
"Papa sudah berangkat ke rumah makan dari tadi pagi, katanya ada sedikit perselisihan disana dan papa sendiri yang harus menanganinya."
"Yasudah Farid berangkat dulu ya kalau gitu," pamit Farid pada mamanya.
"Iya nak, ku tidak membawa bekalkah? Tunggu sebentar biar mama siapkan dulu," sahut Bu Kumala yang dengan rempongnya ingin menyiapkan bekal untuk putranya.
"Eist, tidak perlu ma. Aku ini sudah besar ma bukan anak SD lagi yang harus bawa bekal setiap ke sekolah."
"Tapi nak bagaimana jika kantin disana jauh, bagaimana jika masakannya tidak enak, mama itu tahu kalau anak mama tidak terbiasa makan makanan murahan seperti itu-"
"Sudahlah ma Farid berangkat kerja dulu, Assalamu'alaikum." Potong Farid sambil langsung meraih tangan mamanya untuk bersaliman dan melanjutkan langkahnya keluar dari rumah besar milik keluarga Abdika.
Pabrik Frozen Food Surabaya
"Farid kenalkan dia Danu dan yang ini Pak Cahyono. Mereka ini adalah senior manajer kamu disini. Jadi, jika kamu masih ada yang binggung mengenai tugas kamu seperti yang sudah saya jelaskan kemarin kamu bisa langsung bertanya kepada mereka saja." Tutur Pak Wawan memberi arahan kepada Farid.
"Baik pak," sambung Farid.
"Baik kalau begitu kau bisa mulai bekerja sekarang."
"Baik pak."
Pak Wawan pun meninggalkan mereka bertiga, setelahnya Farid pun bersalaman dan berbincang-bincang ringan dengan mereka bertiga.
Kini saatnya ISHOMA yang tepatnya pukul 12.30 WIB. Farid pun bergegas mencari mushola untuk menunaikan sholat dhuhur. Setelah selesai sholat Farid pun menuju ke kantin pabrik yang berada tak jauh dari mushola tempat ia sholat tadi. Dalam perjalanan ia pun bertemu dengan Danu dan akhirnya mereka pun makan siang bersama disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Disepetiga Malam (Jilid 1 : HUMAIRAKU)
RomantikDear Khumaira Az-Zahra Wanita cantik mulia akhlaknya. Kaulah satu-satunya wanita yang membuatku paham akan hakikat kehidupan di dunia. Kau yang membuat aku tahu kalau dunia hanyalah sementara dan akhiratlah selamanya. Kau juga yang mengajarkan apa a...