8-Perbincangan hangat di meja makan

38 18 36
                                    

Setelah puas memantau Maira sampai rumahnya dengan selamat kini giliran Farid pulang ke rumah. Dan sampai saat itu pun hujan masih turun. Hal tersebut membuat kedua orang tua Farid khawatir, mana lagi ia tidak dapat dihubungi sedari tadi. Tepatnya pukul 21.00 WIB motornya memasuki area parkir rumah keluarga Abdika. Ya, 2 jam sudah ia habiskan untuk menemani dan memantau dambatan hatinya. Dengan kondisi sedikit basah Farid pun memasuki rumahnya. Kedatangannya disambut oleh mamanya yang langsung menghampirinya.

"Assalamu'alaikum."

"Nak, kau tidak apa-apa kan?" Tanya Bu Kumala pada putra tercintanya.

"Wa'alaikumsalam," jawab Pak Dika yang sedang bersantai sambil menonton televisi.

"Nggak apa-apa kok ma, tadi jalanan macet aja jadi Farid telat pulangnya." Bohong Farid pada mamanya.

"Tuh kan ma, papa bilang apa paling juga kejebak mancet," celetus Pak Dika.

"Yasudah Farid mandi dulu ya sekarang, pakai air hangat ya nak mama takut kamu masuk angin kerena kedinginan."

"Iya ma, Farid naik dulu ya," pamit Farid karena kebetulan kamarnya ada di lantai atas.

"Iya, selepas mandi langsung turun ya kita makan bersama mama sudah masakin makanan kesukaan kamu."

"Sholat dulu baru makan," tutur Pak Dika.

"Iya ma, pa. Yasudah Farid mandi dulu," ucap Farid seraya beranjak pergi.

***

Setelah mandi dan sholat Farid pun turun untuk makan malam. Namun, sesampainya di ruang makan ia hanya menemukan papanya yang sedang duduk sambil menyantap makanannya.

"Mama nggak ikut makan pa?" Tanya Farid.

"Masih telponan sama temen arisannya," jawab papanya singkat tanpa menghentikan aktivitas awalnya.

Farid pun langsung menarik kursi sebelah kanan papanya dan mendudukinya.

"Wahh rendang," ucap Farid dengan mata berbinar-binar.

Rendang adalah makanan kesukaannya dari kecil sampai sekarang.

"Iya, mama mu sengaja memasak makanan kesukaanmu hari ini," sahut Pak Dika.

"Tumben? Hari apa ini?"

"Ntah lah sepertinya ada yang ia mau."

"Papa tahu nggak Farid tadi ketemu siapa di pabrik?" Ucap Farid sambil mengambil nasi dan ditaruh di piringnya.

"Siapa?"

"Maira."

"Maira putrinya Almarhum Pak Rois?" Jelas Pak Dika sambil menatap Farid.

"Iya pa. Ternyata dia juga kerja di pabrik yang sama dengan Farid," tutur Farid penuh semangat.

"Farid benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan Maira lagi."

"Gimana keadaannya sekarang? Terakhir kali papa ketemu Maira kurang lebih 8 tahun yang lalu saat itu dia bekerja di salah satu toko kelontong langganan papa. Namun, saat itu keadaannya kurang baik badannya sangat kurus wajahnya kusam dan pucat pokoknya papa nggak tega lihatnya."

"Alhamdulillah, Farid rasa lebih baik dari pada dulu."

"Bik Ima sudah keluar dari rumah sakit jiwa?"

"Hah rumah sakit jiwa?"

"Iya, setahu papa setelah Almarhum Pak Rois meninggal Bik Ima masuk rumah sakit jiwa."

"Farid kurang tahu kalau masalah itu pa," tutur Farid.

"Kapan-kapan ajak Maira ke rumah makan, papa ingin ketemu dengannya."

"Siap pa, kalau ada waktu luang Farid akan ajak Maira ke rumah makan."

"Hei, kalian sedang membicarakan siapa sih kok mama nggak diajak sih!" Celetus Bu Kumala sambari menghampiri mereka.

"Bukan hal penting, cepat duduk dan menyusul makan bersama kita." Pinta Pak Dika kepada istrinya.

"Ish, kebiasaan deh papa," desah Bu Kumala.

"Gimana rendang buatan mama? Enakan?" Tanya Bu Mala kepada Farid dan papanya yang saat ini sedang menyantap masakannya.

"Iya ma, tumben mama masak rendang kesukaan Farid?"

"Iyalah, biar Farid betah dirumah dan nggak pergi-pergi lagi. Sudah cukup 10 tahun kemarin saja, selanjutnya Farid tinggal dirumah ini terus ya nak," pinta Bu Mala seraya menatap lekat Farid.

"Insyaallah Farid akan menetap dirumah ini terus, menemani papa sama mama sampai tua nanti," sahut Farid sembari meraih tangan mamanya.

"Yasudah lanjutkan makannya, tambah lagi nak mama masak banyak hari ini."

"Iya ma, ini saja sudah cukup kok. Kan sunah Rasullullah kita tidak boleh makan terlalu kenyang."

"Iya putra sholehnya mama," sahut Bu Mala sambil mengajak-ajak puncak kepala Farid bak anak kecil.

Hidup Farid memang penuh kebahagiaan. Ia dididik keras dan disiplin oleh papanya, namun sangat dimanjakan oleh mamanya. Tak ada kemauannya yang tak terwujud sejak kecil. Apapun mimpinya selalu mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya.

***

Setelah selesai dengan acara makannya Farid pun langsung menuju kamarnya berniat ingin beristirahat mengingat besok ia harus bangun pagi-pagi untuk berangkat ke pabrik. Namun, baru beberapa menit merebahkan tubuhnya ia mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Siapa?" Tanya Farid sambil masih merebahkan tubuhnya.

"Mama nak, bisa buka pintunya sebentar," jawab seseorang dari balik pintu.

Farid yang mengetahui kalau yang baru saja mengetuk pintu kamarnya mamanya pun langsung bangkit dan membukakan pintunya.

"Ada apa ma?" Tanyanya setelah membuka pintunya.

"Maaf ya kalau mama menganggu waktu istirahat Farid, tapi mama mau bicara sebentar sama Farid."

"Bicara soal apa ma?"

"Farid besok Sabtu ada acara keluar tidak?"

"Nggak deh kayaknya, ada apa memangnya?" Tutur Farid sembari mengernyitkan dahinya mengingat-ingat jadwal kegiatannya Minggu ini.

"Pas kalau gitu, Farid bisa kan temenin mama ke acara reunian bersama teman-teman SMA mama."

"Kenapa Farid harus ikut ma?"

"Sebenarnya yang diundang itu satu keluarga. Mama, papa, sama kamu. Tapi kata papamu dia ada acara penting besok Sabtu, jadi Farid temani mama ya nak. Setiap reunian cuma mama tahu yang datang sendiri tanpa keluarga, sebenarnya mama cukup sedih tapi bagaimana lagi kamu masih menempuh pendidikan di luar negeri papamu juga selalu sibuk dengan pekerjaannya ya jadi mama cuma bisa pasrah."

"Yasudah Farid temani mama besok Sabtu," ucap Farid yang langsung mendapat senyuman lebar oleh mamanya.

"Makasih ya sayang," ucap Bu Mala seraya memeluk putranya.

"Yasudah kamu istirahat sekarang, Farid pasti capek ya seharian kerja."

"Yasudah Farid tidur ya ma, selamat malam ma," pamit Farid sebelum menutup pintu kamarnya.

"Malam sayang," balas Bu Mala.

Setelah masuk kamar dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur Farid pun menatap langit-langit kamarnya seraya memikirkan ucapan mamanya tadi. Kenapa secara tiba-tiba mamanya memintanya untuk menemani datang ke acara reunian. Jangan-jangan mamanya ada maksud lain dibalik ucapannya tadi. Tapi ntah lah apa yang sedang direncanakan oleh mamanya Farid kita tunggu saja jawabannya di part selanjutnya.



Happy reading guys 🥰
Makasih banyak buat kalian yang masih setia sama Cinta Disepertiga Malam. Love you so much buat kalian semua♥️

Kira-kira apa ya yang akan terjadi selanjutnya, akankah Farid mengajak Maira bertemu papanya atau malah Farid yang akan dijodohkan dengan salah satu anak teman mamanya saat direunian nanti. Nantikan kisah selengkapnya di part berikutnya ya guys. See you
Jangan lupa follow Ig@nizusyafa
Author update setiap Sabtu dan Minggu jam 19.00 WIB ya..
#cintadisepertigamalam

Cinta Disepetiga Malam (Jilid 1 : HUMAIRAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang