20-Amarah Bu Kumala

36 18 40
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya guys🥰



Farid dengan baju santainya sedang bersenandung kecil sembari menuruni anak tangga rumahnya menuju ruang utama. Hari ini adalah hari Sabtu tepat 1 minggu setelah acara pernikahan Danu kemarin.

"Pagi pa," sapa Farid sembari menghampiri papanya yang sedang membaca koran sambil menikmati kopi panas di ruang keluarga.

"Pagi nak, sumringah banget pagi ini," balas Pak Dika sambil mengamati tiap langkah Farid yang sedang menghampirinya.

"Harus dong pa, memulai hari itu harus dengan semangat dong."

"Iya anak papa yang ganteng sendiri."

"Emang anak papa cuma Faridkan," sambung Farid.

"Makanya ganteng sendiri," balas Pak Dika.

Kemudian bapak dan anak tersebut saling tertawa bersama-sama.

"Mama dimana pa?" Tanya Farid yang tak melihat batang hidung mamanya sedari tadi.

"Keluar, katanya ada urusan penting."

"Ohh, papa dirumah aja hari ini nggak ke rumah makan?"

"Kayaknya enggak nak, papa capek banget hari ini."

"Kalau kamu mau kesana silahkan, kemarin kata Dimas ada dua restoran yang mengajak kerjasama. Sama ada beberapa lamaran kerja yang masuk, coba kamu pelajari sekalian. Kalau mungkin perlu rekrut karyawan baru silahkan kamu terima beberapa lamaran yang masuk." Tutur Pak Dika.

"Iya pa, kalau gitu Farid ambil jaket dulu ya."

****

Di sisi lain Bu mala sedang melajukan mobilnya di perumahan jalan merdeka. Tak lama kemudian ia menghentikan mobilnya di halaman sebuah rumah kecil, sederhana namun tampak terawat dengan baik.
Bu Mala pun keluar dari mobilnya dengan sangat elegan, dengan langkah perlahan namun pasti pun ia berjalan mendekati pintu utama rumah tersebut.

Tok..tok..tok

Sedangkan di waktu yang sama Bik Ima yang sedang fokus dengan mesin jahitnya pun sedikit tersentak karena tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. Ia berpikir mungkin pelanggan yang ingin mengambil baju atau yang akan menjahitkan baju. Bik Ima yang sedang sendirian di rumah pun segera bergegas menuju pintu utama untuk membukakan pintu. Dan betapa terkejutnya ia setelah mengetahui siapa yang baru saja mengetuk pintunya tadi.

"Bu Kumala."

Bu Mala membalasnya dengan sebuah senyuman namun senyuman tersebut nampak seperti tidak begitu ikhlas.

"Masyaallah ini beneran Bu Kumala yang ada di depan saya," ujar Bik Ima sambil membelalakkan matanya karena masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Iya, Bu Kumala atau Nyonya Abdika," jawab Bu Mala dengan penuh percaya diri.

"Masyaallah, mari masuk." Ujar Bik Ima mempersilahkan Bu Mala.

"Saya kesini mau mencari anak kamu, dimana dia?"

"Anak saya, yang Siapa Bu?" Tanya Bik Ima balik.

"Maira." Kata Bu Mala dengan penuh penekanan.

"Ohh, Maira tidak dirumah Bu. Masih kerja belum pulang."

"Kerja? Bukannya hari libur," cerca Bu Mala.

"Iya Bu, tapi Maira sering kerja tambahan di toko Bu Leli."

"Hff... Butuh duit banget ya," cerca Bu Mala yang semakin menjadi.

"Maksud Bu Mala bagaimana ya?" Ujar Bik Ima masih dengan sopan.

"Ck.. saya kesini mau cari anak kamu yang tidak tahu diri itu ya... Coba dong kasih tahu dia jangan sok kecentilan deketin anak saya. Punya anak itu dididik yang benar, tahu diri dong kamu itu siapa saya itu siapa... Nggak level!"

"Maaf Bu Mala saya benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Bu Mala barusan. Saya tahu anak saya dan tidak mungkin anak saya seperti itu."

"Kamu aja yang sibuk terus sama kerjaan sampai nggak tahu tingkah laku anaknya diluar sana. Anak kamu itu kecentilan sama anak saya makanya anak saya jadi dekat lagi sama anak kamu. Dari dulu saya nggak pernah suka ya kalau Farid itu temenan sama anak kamu. Jadi, saya tekankan sekali lagi ya... Kasih tahu anak kamu jauhi Farid kalau kalian masih ingin hidup tenang!" Seru Bu Mala lalu beranjak pergi meninggalkan rumah Bik Ima tanpa sepatah kata pamitan.

Setelahnya Bu Mala langsung melajukan mobilnya meningkatkan halaman rumah Bik Ima menuju rumahnya.

Sesampainya di pekarangan rumah ia langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk ke rumahnya. Di dalam rumah ia menjumpai suaimnya sedang bersantai di sofa ruang keluarga. Dengan langkah kesal Bu Mala menghampiri suaminya dan duduk di sofa samping suaminya.

"Baru dari mana? Kok mukanya kesal kayak gitu?" Tanya Pak Dika.

"Papa tahu Farid itu dekat lagi dengan Maira sekarang," ujar Bu Mala dengan suara kesal.

"Papa sudah tahu."

"Apa? Jadi papa sudah tahu?" Pekik Bu Mala.

"Kenapa memangnya?" Tanya Pak Dika dengan santai padahal istrinya sedang menatapnya dengan penuh amarah sekarang.

"Kenapa? Papa itu sehat nggak sih. Farid itu anak kita satu-satunya kita harus merencanakan masa depan yang baik dong untuk dia. Papa sudah tahu sejak lama kedekatan Farid sama Maira?"

"Ya, lumayan. Tapi papa juga sudah memperingatkan Farid untuk fokus saja dengan pekerjaannya disana. Kalau memang Maira jodohnya ya pasti akan dipertemukan lagi disaat yang lebih tepat daripada sekarang."

"Jodoh?" Pekik Bu Mala.

"Astaghfirullah papa, papa mau punya menantu seperti itu. Papa mau besan-an sama gembel kayak gitu. Bagaimana pendapat tentangga sama teman-teman arisan mama kalau tahu semuanya. Lagi pula mereka itu levelnya jauh dibawah kita, entah orang tuanya maupun anaknya." Sambung Bu Mala.

"Ma level apanya? Siapa yang membuat derajat level seperti itu? Karangan mama sendiri kan. Nggak ada aturan tertulisnya menurut negara dan agama." Kata Pak Dika.

"Negara kita ini sudah menganut paham demokrasi, dimana semua orang sama-sama mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing."

"Dalam ajaran islam kita juga dilarang untuk membeda-bedakan antara sesama, karena sesungguhnya kita semua sama. Sama-sama tempatnya salah dan dosa. Bahkan kita nggak pernah tahu, jangan-jangan keluarganya Maira lebih baik tingkat keimanannya daripada kita. Karena ujian mereka yang berat, mereka tidak pernah melalaikan kewajibannya bahkan juga melakukan ibadah sunahnya. Kita tidak pernah tahu apa yang sudah tertulis di lauhul mahfud, kalau memang Maira yang sudah di tetapkan menjadi pendamping hidup Farid ya kita bisa apa ma. Sesungguhnya semuanya ada ditangan Allah SWT." Tutur Pak Dika pada istrinya.

"Terserah papa deh, diberitahu malah ceramah. Pokoknya mama nggak mau tahu, mama nggak mau kalau anak kita dekat lagi dengan perempuan gembel itu, titik!"





Happy reading guys 🥰
Jangan lupa klik tanda bintang di pojok kiri bawah ya......

Makin deg deg-an deh sama kelanjutan part-nya.
Apah iyah Bu Kumala harus sejijik itu dengan Maira dan keluarganya?
Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Farid dan Maira kalau mama Farid kekeh tidak merestui hubungan mereka?
Cari tahu jawabannya di part selanjutnya ya guys.....
See you
Jangan lupa follow ig @nizusyafa
#cintadisepertigamalam

Cinta Disepetiga Malam (Jilid 1 : HUMAIRAKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang