"Maira?"
"Kamu Maira kan?"
"Iya," jawab Maira lirih.
"Maira lupa sama mas?"
"Mas Farid anaknya Pak Dika kan."
"Mai, ayo sudah jam 7 lebih 2 menit lho," ucap Tyas sambil mencolek Maira.
Maira yang sedari tadi saling tatap-tatapan dengan Farid pun mulai tersadar dan menoleh ke arah Tyas.
"Iya Yas, Maira duluan ya mas," pamit Maira.
Farid pun masih tak habis pikir, ia masih terdiam membatu ditempat. Menatap kepergian Maira dan Tyas yang semakin lama semakin tak terlihat oleh panca inderanya. Tanpa ia sadari, manatap langkah demi langkah kepergian Maira pun dapat membuatnya menyunggingkan senyumnya.
"Farid, kenapa berdiri membatu disini?"
Sebuah suara seorang pria yang membuat Farid tersadar dari lamunannya.
"Pak Wawan," ucapnya setelah mengetahui siapa yang baru saja memanggil namanya.
"Kamu kenapa?" Tanya Pak Wawan yang masih dibuat janggal dengan tindakan Farid yang diam membatu di sebelah ruang karyawan.
"Ahh, begini pak tadi Tyas adiknya manajer Danu memberikan flashdisk ke saya yang berisikan file yang bapak minta tadi pagi, tapi dia tidak mengatakan apa nama file yang harus saya kerjakan, makanya saya kemari untuk menghampirinya dan menanyakan nama file tersebut," jelas Farid.
"Dimana flashdisknya sekarang?"
"Ada di ruangan saya pak."
"Mari saya bantu," ajak Pak Wawan.
"Baik pak."
****
Jam istirahat pun tiba, seperti biasa Farid pun langsung bergegas ke mushola untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur. Ia juga membatin kalau ia akan bertemu dengan Maira lagi disana, mengingat Maira adalah orang yang sangat menjaga sholatnya sejak kecil. Namun perkiraannya melese, ia tidak menjumpai sosok Maira di mushola. Lalu, ia pun berinisiatif mencari Maira ke kantin. Namun, sampai kantin ia tak dapat menjumpai keberadaan Maira. Ia hanya melihat Tyas yang sedang duduk di meja paling ujung bersama seorang perempuan tapi dapat Farid pastikan itu bukan Maira. Karena tak dapat menemukan kebenaran Maira dari tadi, Farid pun mencoba untuk menghampiri Tyas berniat ingin bertanya kepadanya barang kali mengetahui dimana Maira sekarang.
"Tyas," panggil Farid.
Tyas yang saat itu sedang makan pun secara spontan langsung menengok ke arahnya.
"Mas Farid," sapa Tyas yang merasa kebingungan karena Farid yang menghampirinya.
Bagaimana ia tidak kebingungan, pria yang di kagumi karyawati-karyawati pabrik sedang menghampirinya bahkan memanggil namanya.
"Ada apa mas? Mau tanya soal flashdisk yang tadi ya. Ohh iya Tyas lupa belum ngasih tahu filenya yang mana ya mas," tutur Tyas panjang lebar padahal tebakannya 100% salah.
"Bukan, kalau masalah flashdisk tadi sudah di bantu sama Pak Wawan kok."
"Lalu?"
"Kamu tahu Maira?"
"Maira?" Ucap Tyas mengulangi perkataan Farid.
Tyas pun menoleh ke arah Weny yang saat itu sedang duduk di depannya.
"Kayaknya di kolam deh," Weny yang tanggap akan sinyal Tyas pun langsung berucap.
Setelah mendengar perkataan Weny, Tyas pun langsung mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan perkataan temannya tersebut.
"Iya mas, mungkin Maira sedang di kolam sekarang. Maira suka memberi makan ikan-ikan disana." Tambah Tyas.
"Yasudah, makasih ya." Ucap Farid kemudian beranjak pergi meninggalkan meja Tyas dan Weny.
"Ehh.. ehh.. Wen, kayaknya Mas Farid sama Maira itu udah kenal sejak lama deh," tukas Tyas.
"Maksud lho?"
"Iya, masa tadi waktu bertemu sama Maira, Mas Farid itu langsung nyapa Maira lebih dulu dan menatap Maira lekat banget gitu. Kayak orang yang sedang menyimpan kerinduan."
"Ya mungkin mereka sudah saling kenal sejak dulu."
"Masa sih Wen, tapi kira-kira Mas Farid itu siapanya Maira ya? Kok nggak pernah cerita ke kita si Maira?"
"Mulai deh... Kepo banget sama urusan orang." Pekik Weny yang bosan dengan kebiasaan buruk Tyas tersebut.
****
"Masih tetap kayak dulu ya, sayang banget sama hewan."
Maira yang sedari tadi memberi makan ikan sambil melamun pun langsung tersadar dan menoleh ke arah sumber suara. Ia dapat melihat dengan jelas bahwa seorang pria yang sudah sejak lama ia kenali sedang menghampirinya sembari tersenyum manis menatapnya.
"Mas Farid."
"Ngapain sendirian disini?"
"Mas Farid ngapain kesini?"
Tak menjawab pertanyaan Farid, namun ia malah melontarkan pertanyaan serupa pada Farid.
"Nyari Maira," jawab Farid sambil menjimpit sedikit pakan ikan yang tengah dipegang Maira.
"Nyari Maira?" Ulang Maira yang masih terkejut dengan keberadaan Farid.
"Iya, kenapa sendirian disini. Kok nggak ikut makan sama Tyas?" Tanya Farid lembut.
"Nggak kenapa-kenapa kok mas, masih kenyang aja," jawab Maira sembari melanjutkan aktivitasnya memberi makan ikan-ikan di dalam kolam.
"Mas boleh bicara sebentar sama Maira?" Tanya Farid sambil menatap Maira.
"Boleh."
"Mari duduk disitu, ikan-ikannya sepertinya juga sudah kenyang," ucap Farid sambil menunjuk sebuah kursi yang berada tak jauh darinya.
Maira pun mengangguk dan mengikuti langkah Farid.
"Ada apa mas?" Tanya Maira.
"Mas senang deh bisa bertemu Maira lagi," ucap Farid sambil menatap lurus ke depan.
"Maira juga," sahut Maira.
"Gimana keadaan Bik Ima?"
"Alhamdulillah baik kok."
"Mas turut berduka cita ya atas meninggalnya Pak Rois," sambung Farid sembari menoleh dan menatap lekat wajah Maira.
"Iya Mas, Terima kasih."
"Maira pasti terpukul banget ya atas kepergian bapak?"
"Iya dulu mas, sekarang juga sudah mulai terbiasa."
"Dengar dari papa, katanya Maira sampai putus sekolah ya gara-gara bapak tiba-tiba jatuh sakit?"
"Iya."
"Padahal sayang banget lho, Maira kan pintar. Dulu waktu Maira belum sekolah aja bisa ngerjain tugas sekolah mas yang mas nggak bisa."
Maira hanya bisa menjawabnya dengan senyuman tipis.
Happy reading guys 🥰
Semoga kalian suka ya sama ceritanya
Jangan lupa vote ya guys kalau kalian suka ceritanya dan tinggalkan jejak kalian dikolom komentar ya.Kepo dengan kisah Maira dan Farid selanjutnya? Pantengin terus Cinta Disepertiga Malam ya.
Author bakal update setiap Sabtu dan Minggu jam 19.00 WIB.
Jangan lupa follow ig @nizusyafa
#cintadisepertigamalam
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Disepetiga Malam (Jilid 1 : HUMAIRAKU)
RomanceDear Khumaira Az-Zahra Wanita cantik mulia akhlaknya. Kaulah satu-satunya wanita yang membuatku paham akan hakikat kehidupan di dunia. Kau yang membuat aku tahu kalau dunia hanyalah sementara dan akhiratlah selamanya. Kau juga yang mengajarkan apa a...