11 | Rembulan Atmaja |

9 3 0
                                    

Coba kalian pikirkan berada di tengah-tengah dua orang yang asik bercerita tanpa tau apa-apa, pasti akan sangat menyebalkan bukan? Kalian pasti ingin tau apa yang sedang di bahas oleh keduanya, seperti itulah yang dirasakan oleh perempuan bernama ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Coba kalian pikirkan berada di tengah-tengah dua orang yang asik bercerita tanpa tau apa-apa, pasti akan sangat menyebalkan bukan? Kalian pasti ingin tau apa yang sedang di bahas oleh keduanya, seperti itulah yang dirasakan oleh perempuan bernama lengkap Senja Saraswati

Ingin sekali rasanya dia bertanya kepada dua orang yang saling berinteraksi sebenarnya apa yang telah terjadi? Namun sepertinya pertanyaannya itu hanya akan menjadi angin lewat saja. Keduanya sepertinya memiliki permasalahan yang cukup rumit. Entah siapa yang benar yang jelas Senja sangat ingin tau apa hubungan keduanya

"Bunga, Kakak bersumpah yang kamu lihat itu hanyalah salah paham." Embun berusaha membujuk Bunga yang sedari tadi bersih keras menuduhnya sebagai pembunuh

"Hanya? Kamu bilang hanya?! Aku liat dengan mata kepala aku sendiri! Kamu membunuh semua keluarga ku!! Kamu pembunuh, pembunuh!!!"

Lagi, Bunga lagi-lagi berteriak histeris sembari menatap bengis Embun yang mulai terisak pelan. Nafasnya memburuh, dia ingin sekali mencakar wajah sok lugu itu bila perlu dia hancurkan hingga tidak bisa di kenali.

"Arghhh!!!" Bunga menarik rambutnya sendiri cukup kuat, tatapan bengis nya tidak berpaling sedikit pun dari Embun "Aku, aku akan membunuhmu," lirihnya perlahan-lahan nafasnya yang tidak teratur mulai memelan dengan pengelihatan yang mulai mengabur.

Bunga juga tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, kesadaran remaja perempuan itu mulai menghilang.

Senja yang menyadari itu hendak menahan tubuh Bunga yang akan limbung namun di dahului oleh seorang pemuda yang tidak di sangka-sangkanya akan muncul dan langsung menahan tubuh Bunga yang seperti nya sang empu sudah jatuh tak sadarkan diri.

"Lautan?" panggil Embun pelan agak terkejut akan kehadiran Lautan yang tiba-tiba

Sedangkan Senja hanya bisa melongo dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun, bukan karena kehadiran Lautan yang tiba-tiba melainkan ketampanan Lautan yang sangat wahhh, intinya ketampanannya itu tidak bisa Senja ucapkan dengan kata-kata saking tampannya.

Cih, Dasar penggila cogan!

Lautan menatap dingin dua perempuan itu, saat tatapannya jatuh pada Embun rahangnya terlihat sedikit mengeras membuat Embun tertegun setelahnya dia pergi begitu saja meninggalkan Embun dan Senja dengan Bunga yang berada di dalam gendongannya.

Senja yang tersadar dari keterpukauannya, segera menghampiri Embun yang terdiam tidak berkutik

"Lo utang penjelasan sama gue," kata Senja sembari menepuk pelan punggung Embun

***

"Jadi Bunga adiknya Lautan? Dan dia ngira kalau lo yang menyebabkan kecelakaan keluarga Cakrawala gitu?" tanya Senja setelah mendengar semua penjelasan yang Embun berikan

Embun mengangguk lemah, dia menerawang jauh mengingat kembali masa-masa kecilnya yang sangat menyenangkan bersama Lautan dan Bunga hingga suatu insiden terjadi merenggut semua kebahagiaan itu. Keluarga Cakrawala dan Keluarga VeLando yang dulunya sangat bersahabat sekarang menjadi musuh hanya karena insiden itu.

Andai saja Embun menyadarinya dari awal, dia pasti tidak akan membiarkan Keluarga Cakrawala ikut serta berwisata di Bali bersama mereka. Namun semuanya telah berlalu, dan kini dia menjadi sosok pembunuh di mata orang yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Bahkan Lautan juga berpikiran sama.

Tanpa dia sadari, air mata mengalir di matanya. Senja yang melihat itu merasa prihatin, dia mengusap punggung Embun menguatkan.

"Dulu Lautan tidak sedingin dan seberbahaya sekarang, dia anak yang periang dan sangat manis. Gue bahkan gak percaya dia akan tumbuh menjadi sosok yang tak tersentuh," Embun tersenyum masam, sosok Lautan yang sekarang bukan Lautan yang di kenalinya dulu.

Keduanya bagaikan bumi dan langit, Embun sempat berpikir, apakah Lautan punya altar ego? Sifatnya berubah 180° sungguh!

Sampai sekarang Embun masih berharap, Lautan bisa kembali menjadi Lautan yang di kenalinya dulu.

"Gue gak nyangka lo dulu pernah jadi sahabatnya Lautan," tukas Senja

Embun terkekeh pelan "Mungkin hanya lo satu-satunya orang yang tau," Embun menggenggam salah satu tangan Senja "Gue berharap lo rahasiain ini semua," pintanya sangat memohon. Karena gue lagi sibuk ngurusin seseorang! Lanjutnya dalam hati

Senja mengangguk saja, namun dia tidak janji. Mulutnya tentu saja tidak bisa diajak kerjasama kalau bersama sahabat sejawatnya alias Ariastra, perempuan itu pasti akan tau akan fakta ini tentu saja yang memberitahu adalah mulutnya sendiri yang super ember.

"Terimakasih yah," ujar Embun

***

Malam telah tiba waktu nya bulan menggantikan tugas matahari untuk menyinari dunia di temani dengan ribuan bintang yang berkelap-kelip memperindah langit malam, angin malam yang dingin menerpa seorang perempuan yang sedang berdiri di atas balkon apartemen sambil memandang leluasa keindahan kota Jakarta.

Begitu tenang hingga tidak ada siapapun yang bisa menebak isi pikiran perempuan itu, hingga helaan panjang keluar dari mulut perempuan itu

"Kenapa dia gak ngerti sih?" gumamnya kesal "Padahal ini semua demi keselamatannya," lanjutnya.

Drttt...

Drttt...

Bunyi getaran ponsel membuat perempuan bernama Rembulan Atmaja itu segera mengambil ponselnya yang dia taruh diatas meja belajarnya. Tertera nomor yang tidak di kenal di layar ponselnya

Tanpa ragu Rembulan menggeser bola hijau untuk menerima panggilan dari nomor tak dikenal tersebut

"Lo mau mati?" bentak seseorang di seberang sana

Rembulan menahan nafasnya sejenak, tubuhnya sedikit menegang. Dia sangat hafal betul dengan suara itu. Sial, dia ketahuan!

"Jawab anjing!" hardik orang itu "Lo pikir gue selama ini gak tau kelakuan lo, HAH!? Gue diam selama ini bukan berarti lo bisa seenaknya, Rembulan. Lebih baik mulai sekarang lo gak usah ikut campur dalam urusan gue, sampai berani lo ikut campur lebih dalam lo bakal habis sekalipun lo sepupu Lautan." lanjutnya dengan ancaman yang tidak main-main dan Rembulan tau akan hal itu

"Ak---"

Tut.

Sambungan di putuskan sepihak saat hendak Rembulan membalas. Sekali lagi Rembulan menghela nafas panjang, kalau sudah begini dia tidak tau harus melakukan apa! Jika dia diam, maka seseorang yang tidak tau apa-apa akan mati tapi kalau dia bertindak maka nyawanya yang akan menjadi sasarannya

"Pusing astaga," keluhnya "Walau begitu aku gak mungkin biarin dia berbuat seenaknya," lanjutnya

Perempuan itu menjatuhkan tubuhnya pada kasur yang selalu menjadi tempat ternyaman nya di dunia ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enigma Dalam LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang