12 | Asia Laksamana |

6 2 0
                                    

Di sebuah kamar dengan pencahayaan yang remang-remang terdapat seorang gadis yang tengah duduk di kursi belajar yang ada di kamar itu dengan mata fokus melihat pada layar laptop yang ada dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di sebuah kamar dengan pencahayaan yang remang-remang terdapat seorang gadis yang tengah duduk di kursi belajar yang ada di kamar itu dengan mata fokus melihat pada layar laptop yang ada dihadapannya. Menggigit jarinya, tubuh gadis itu mulai gemetar ketakutan saat layar laptop itu baru saja menunjukkan adegan yang paling mengerikan dalam film Darah

"Nonton film apa?"

"Ahkkk... bangsat!!!" pekik gadis itu luar biasa terkejut seraya menyentuh dadanya. Astaga, rasanya jantungnya ingin copot saja

Gadis itu, Asia Laksamana menatap laser pemuda yang berdiri di sampingnya yang tidak lain ialah Asean Laksamana kakak kandungnya.

"Abang!" Asia mengambil buku yang ada di atas meja lalu melemparnya sekuat tenaga ke arah Asean

Bayangkan saja kalian sedang sendirian menonton film psikopat dengan nuansa horor tiba-tiba saja ada yang bersuara di samping kalian, tentu saja kalian akan terkejut bahkan mungkin akan langsung kena serangan jantung

"Kamu kaget?" tanya Asean dengan tampang tak berdosa nya

"Gak, aku jungkir balik," jawab Asia membuat Asean keheranan "Udah tau aku kaget malah tanya, please deh Tuan Asean yang terhormat isi otaknya jangan kebanyakan berantem mulu, lemot kan jadinya," lanjutnya kesal setengah mati

Asean malah terkekeh mendengarnya yang langsung mendapatkan tatapan luar biasa sinis dari Asia

"Aku kesal sama Abang," kata Asia mencebikan bibirnya kesal

Asean terkekeh lagi sambil mengacak-acak gemas rabut sebahu adiknya itu.

"Sean," panggilan lembut di sertai dengan tepukan di pundaknya membuat pemuda itu menoleh

Dia bisa melihat seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang hampir berkepala lima itu, wajahnya yang mulai berkeriput itu menunjukkan ekspresi sedih dengan mata yang berkaca-kaca

"Sean kenapa di sini, hm?" tanya Selena lembut sambil mengusap pundak sang anak.

"Aku lagi main sama adek," jawab Asean sambil melihat ke kursi yang tadi di duduki Asia, namun sayangnya sang pemilik kursi itu sudah tidak ada di tempatnya "Loh, adek kemana? Bunda liat adek kemana tadi?" tanya Asean keheranan, perasaan tadi Asia masih ateng duduk di kursinya

Tubuh Selena menegang mendengarnya. Perlahan tapi pasti, air mata mulai membasahi pipi nya yang sedikit berkeriput. "Sean...," dia memeluk erat putra satu-satunya itu.

Selena sungguh tidak bisa melihat raut wajah putra nya yang seolah-olah mengagap orang yang sudah tidak ada masih ada, itu sungguh membuat hatinya sakit.

"Bunda kenapa?" Asean balas memeluk sang Bunda

"Sean, sudah nak, sudah cukup. Ikhlasin adik kamu sayang, Asia bakal sedih ngelihat jagoan kebanggaannya seperti ini," ucap Selena sembari menepuk-nepuk pelan punggung lebar Asean

Asean terdiam mendengarnya, tatapan pemuda itu langsung terlihat kosong. "Ah iya, aku lupa Asia udah gak ada," katanya. Dia tertawa hambar, bisa-bisanya dia lupa kalau adik kesayangannya itu sudah pergi jauh hingga tidak bisa membawanya kembali. "Asia udah pergi ninggalin kita Bunda," katanya lagi

Selena mengangguk mengiyakan, dia segera menghapus air mata yang hendak jatuh membasahi pipinya. Sebagai seorang Ibu Selena harus kuat, karena putra nya itu hanya memilikinya seorang.

"Kamu ikhlasin adik kamu yah? Bunda gak kuat liat kamu kayak gini terus sayang," mohon Selena sangat, nada suaranya bergetar. Wanita itu tidak sanggup untuk berkata lebih jauh lagi, semuanya tertahan di tenggorokan nya.

"Bunda," panggil Asean "Maaf Sean gak bisa, Sean gak bisa. Maaf," katanya dengan pandangan kosong kedepan

Selena semakin terisak mendengarnya.

"Sampai Sean membalas pelakunya, Asean gak bisa ngikhlasin Asia, Bunda. Pelakunya harus mengalami hal yang serupa dengan Asia," mata Asean menajam saat mengatakan itu, kedua tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih

Masih terekam jelas di ingatannya bagaiamana tragisnya Asia pergi, andai saja kala itu dia menyadarinya dari awal Asia pasti saat ini masih tertawa bersamanya dan halusinasi yang dialaminya tadi adalah kenyataan.

Asean tidak akan pernah melupakan peristiwa yang merenggut nyawa adik kesayangannya. Dari dulu dia terus mencari siapa orang yang telah membunuh adiknya, hingga tanpa dia sangka orang itu justru memunculkan dirinya sendiri di hadapannya

Kesempatan emas ini tidak akan dia sia-sia kan yang jackpot nya lagi orang itu tidak mengetahui kalau dirinya adalah kakak dari orang yang telah di bunuh nya.

Selena hanya diam, dia tidak bisa melarang putra nya untuk membalas dendam kepada orang yang telah membunuh putri nya, karena dia juga menginginkan hal yang sama dengan putra nya.

Ibu mana yang akan membiarkan pelaku pembunuh anaknya begitu saja tanpa ada niat untuk membalas dendam. Selana tidak sebaik itu!

***

Mengintip dari balik pintu kaca indomaret, Ariastra berharap kasir jaga sore ini bukanlah pemuda judes berwajah ramah itu. Mentalnya belum cukup siap untuk bertemu Galen sungguh, kejadian tempo hari masih teringat jelas di ingatannya.

Rasanya Ariastra ingin menangis saja saat harapannya tidak terkabul. Galen, pemuda itu sedang sibuk menghitung harga belanjaan para pembeli.

Sial!

Emang harus dia pergi mencari indomaret yang lain? Ariastra tidak sanggup, jiwa mager nya lagi menguasai nya saat ini. Memantapkan hati dia hendak masuk kedalam indomaret namun manik nya tidak sengaja bertubrukan langsung dengan manik tajam milik seorang Galen VeLando

Entah sejak kapan pemuda itu menatapnya yang jelas hal itu membuat Ariastra salah tingkah, perempuan itu tertawa tidak jelas sembari masuk kedalam indomaret, tangannya melambai dengan raut yang teramat sangat tertekan. Baru saja lima langkah masuk kedalam indomaret, Ariastra langsung balik badan dan tanpa babibu dia lari terbirit-birit.

Tuhan, bisakah kau mengambilku sekarang?? Batin Ariastra berteriak

Dan sepertinya Tuhan lagi baik hari ini sehingga dengan begitu mudahnya mengabulkan permohonan Ariastra. Karena dari arah samping kirinya ada sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi menuju kearahnya

Ariastra tidak ada waktu untuk bisa menghindar, jaraknya terlalu dekat. Bisa dipastikan dalam hitungan detik saja, tubuhnya akan tertabrak. Ariastra merasa ini tidak adil, masa dia mati dengan tidak epik begini? Apalagi dia masih kepo tentang kehidupan seorang Lautan, bisa-bisa dia menjadi arwah penasaran nanti.

"Huhu, Renjana anakmu bakal tamat,"

Suara teriakan orang-orang yang ada di sekitaran sana

Suara teriakan orang-orang yang ada di sekitaran sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Enigma Dalam LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang