6. Enam

73 17 3
                                    

"Gwen! Tolong kasih minuman ini ke meja sebelas!" Seru suara seorang pria setelah menaruh beberapa gelas bir di atas meja bartender.

Yang dipanggil, tanpa banyak bicara langsung menuruti perintah yang ditujukan untuknya. Di tengah suasana berisik dan orang-orang yang ramai dengan upaya mereka menyenangkan diri mereka sendiri, Gwen berusaha menerobos orang-orang itu, membawa empat gelas bir ukuran jumbo ke meja sebelas sesuai dengan yang sudah diarahkan Boby, rekan bartendernya tadi.

Tidak salah, Gwen memang sedang ada di sebuah klub malam, bekerja sebagai pelayan bar setelah shift terakhirnya di Family Restoran selesai.

Tanpa mengatakan apa pun, Gwen menaruh pesanan itu di meja, kembali untuk melakukan pekerjaan lainnya di tengah orang yang mabuk, setengah mabuk, bahkan di tengah-tengah orang yang sudah tidak sadarkan diri. Mungkin ada beberapa yang masih sepenuhnya sadar, tapi itu hanya berlaku untuk beberapa orang, sebelum nantinya mereka akan bernasib sama setelah beberapa jam ke depan. Pada dasarnya bar memang tempat untuk orang-orang yang menginginkan dan mengetahui hal itu, kan?

"Mas, By. Meja lima minta tambahan bir 2."

"Roger."

Di tengah kesibukannya Boby menerima pesanan baru yang Gwen bawa, meninggalkan Gwen yang menunggu di depan meja karena dirinya belum dibutuhkan di tempat lain.

"Hai." Seseorang setengah berteriak berusaha mengambil perhatian Gwen agar tertuju padanya. Seorang pria, dengan keadaan setengah mabuk di meja bartender yang tersenyum ke arah Gwen.

"Gue udah beberapa kali ke sini dan lihat lo, tapi kita belum kenalan."

"Saya bukan pengunjung." Timpal Gwen ringan.

Situasi macam ini jelas bukan sekali atau dua kali Gwen temui, jelas sudah, beberapa bulan bekerja di sana sudah puluhan atau mungkin ratusan kali Gwen mendpati situasi yang sama.

"Siapa peduli? Mau lo tamu di sini atau pelayan, asal lo cantik kayak gini gue mau kok kenalan sama lo."

"Sayangnya saya yang nggak mau."

Pria itu jelas tidak menduga apa yang baru saja didengarnya, tertawa remeh dia berniat berdiri meski dalam keadaannya yang sudah tidak bisa sepenuhnya mengontrol dirinya sendiri.

"What?! Lo--pelayan di sini aja belagu ya? Lo nggak tahu berapa yang bisa gue keluarin buat lo jual harga diri lo itu?"

"Berapa?"

"Gwen."

"Lo nantangin gue? Lo mau berapa? 100 juta? 200 juta? Ah, sayangnya cewek murahan kayak lo kayaknya nggak layak dapet sebanyak itu, pasti udah bingung mau pake duit sebanyak itu buat apa, kan?" Pria itu tertawa remeh, membuat Boby yang awalnya berdniat melerai bibit-bibit pertengkaran dibuat kesal juga karenanya. Tidak tahu saja orang ini, kalau Gwen bahkan sudah terlalu biasa memiliki uang jumlah itu, yah meski sekarang keadaannya berbalik.

"Saya nggak tahu kalau Anda semiskin itu, saya kira Anda bisa kasih saya 100 miliar, kalau bisa mungkin akan saya pertimbangkan."

"APA! Lo bilang gue--heh, pe*** nggak tahu diri, lo pikir lo siapa sampe berani ngatain gue miskin? Lo nggak sadar diri di sini posisi lo siapa?"

"Wo, wo, wooo.... Gwen, ini pesenan meja 5, lo anterin ini dan take your time for rest, okay?"

Mendorong Gwen pergi, Boby mencoba untuk menenangkan pengunjung yang sudah terpancing emosi karena percakapannya dengan Gwen. Boby tidak bisa menyalahkan Gwen untuk masalah ini, begitu pula dengan pengunjung itu, Boby tidak bisa menyalahkannya, karena kalau kalian pergi ke club malam ya hal macam itu jelas menjadi sesuatu yang biasa untuk dilihat dan dialami.

Pengantin PesananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang