empat satu

1.9K 119 8
                                    

Kai terkekeh pelan lalu mendekat ke arah si brengsek.

"Aku memang tampan, apa kamu baru sadar jika aku tampan?" Nada bicara Kai terdengar angkuh, hal membuat Bram mengernyit jengkel.

"Sialan, jaga nada bicaramu. Jika bukan karena ku kamu tak akan setampan ini." Bram memegang kerah jaket kai sambil menatap gadis itu dengan tatapan marah.

"Jauhkan tanganmu dariku, apa kamu tak tahu lenganmu berbau busuk?" Kai mengernyit saat mencium bau dari tangan Bram.

"Brengsek!" Bram berteriak tak suka.

"Jangan jangan kamu tak mencuci tangan setelah cebok?" Kai Mengatakannya dengan wajah datar ciri khas nya, Bram yang amat sangat kesal hendak memukul kai, tapi tanpa di duga lengannya di cegah oleh seseorang.

"Berhenti." Ucap orang di belakang Bram dengan dingin.

"Lepaskan aku bajingan!" Bram menoleh ke arah lelaki itu, seketika tumbuhnya terdiam menatap lelaki yang tengah menatapnya dengan tatapan dingin.

Bram menatap lelaki itu dengan pupil mata yang bergetar ketakutan, seolah tak dapat berbicara dia langsung membeku bak di sihir.

"Pergilah dari sini." Ucap lelaki itu tak mau di bantah, Bram langsung berlari terbirit-birit.

Kai menatap lelaki yang memiliki tubuh lebih pendek darinya lelaki itu memakai masker, tapi matanya terlihat sangat cantik dengan kulitnya yang terlihat Sangat putih hingga terlihat pucat bak snow white, kai menatap lekat lelaki itu hingga membuatnya menoleh ke arah lain, tanpa aba aba kai menarik lengan lelaki di depannya dan membawa lelaki itu menuju gang sempit.

"Ngapain?" Tanya kai sambil menghimpit lelaki itu di tembok, tubuh kai dan lelaki itu terlihat sangat menempel dengan jarak beberapa cm di antara ke dua nya.

Lelaki itu hanya diam sambil menatap kai, kemudian membuang wajahnya agar tak bertatapan langsung dengan mata sang gadis. Kai memegang dagu lelaki itu dan menarik wajahnya agar menatap kai.

Lelaki itu mengernyit, "Bukan urusanmu." Suara yang begitu familiar membuat kai semakin yakin siapa lelaki ini. Kai menarik pelan masker yang lelaki itu pakai walau lelaki itu hendak mencegah kai, kai tetap menarik masker yang dikenakannya dengan paksa hingga tali maskernya lepas.

Lelaki itu refleks langsung menutup wajahnya dengan tangannya, kai memegang tangan lelaki itu.

"N-nona! Apa yang anda lakukan?!" Lelaki itu tersentak kaget dengan pipi yang merona.

"Ray..." kai berbisik di telinga sang lelaki yang ternyata adalah Ray.

"A-ada apa nona?" Ray menahan rasa gugup dengan jantungnya yang berdebar cepat.

"Tanganmu." Kai terus mengucapkan kata kata yang membuat Ray bingung.

"Tanganku...kenapa tanganku?" Ucap Ray bingung.

"Tangan si brengsek...tadi kamu memegangnya, jangan jangan tanganmu bau bangkai juga." Ucap kai watados, Ray yang kesal menggeplak kepala kai dengan wajah kesal.

Kai menatap Ray bingung, kenapa dirinya di geplak.

"Kenapa.kamu memukulku Ray?" Ucap kai.

"E-euh, itu tadi ada lalat nona!" Alibi Ray.

"Begitu ya." Kai berhenti mengimpit Ray di tembok gang kemudian dia berjalan meninggalkan ray.

"Nona! Anda mau kemana?" Tanya Ray sambil berlari mengejar kai.

"Mau nonton cocomelon." Ucap kai sambil mengeluarkan handphone nya. Kai melihat ke sekeliling lalu menemukan sebuah taman kecil di sana, kai kemudian duduk di ayunan kecil di taman itu. Ray merasa penasaran dengan apa yang akan kai lakukan jadi dia sedikit mengintip layar handphone milik kai.

Mission To Protect AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang