BAB 3 : Kastil Auriga

1.7K 187 0
                                    

Saat ini, Jeonghan sedang berada di dalam kereta bersama Sir Donghae, Chan, dan pria mungil utusan Duke yang dibanting Hansol tadi. Jeonghan merasa sedikit kewalahan dengan semua yang terjadi tepat depan matanya. Sungguh mengejutkan melihat orang-orang Northosifon secara terang-terangan menyinggung perasaannya. Tidak sampai disitu saja, Jeonghan bahkan lebih terkejut lagi ketika pria utusan Duke itu, Seungkwan, berada di sana untuk menunggu serta menyambut orang-orang dari March of Soverenses.

"Mister Boo..." Cicitnya.

"Sekali lagi, atas nama Hansol, aku minta maaf..." Sir Donghae terbatuk. Jeonghan paham. Tidak boleh merendah di hadapan orang yang status sosialnya lebih rendah darinya. Tapi tetap saja dia turut andil disini, Hansol melakukan kesalahan karena ingin melindunginya.

"Aku sungguh menyesal Hansol melakukan itu padamu, dia sebenarnya tidak begitu menakutkan. Kamu akan tahu begitu kamu mengenalnya."

Seungkwan masih melebarkan matanya, masih takut dengan apa yang terjadi, meski Jeonghan berusaha membuatnya tenang.

"Tidak apa-apa, Marquess Yoon." Dia berkata dengan suara kecil. "Eung... itu hanya membuatku sedikit terkejut."

Jeonghan menggigit bibir bawahnya. Suasana dalam kereta menjadi canggung setelah Seungkwan menutup kalimatnya. Jeonghan menatap Sir Donghae dan Seungkwan secara bergantian. Meminta siapa pun untuk membuka topik pembicaraan baru agar perjalanan ini tidak terasa membosankan.

"Berapa lama lagi kita sampai di Kastil Auriga, nak?" Sir Donghae bertanya, nadanya agak kasar, pikir Jeonghan. Seungkwan mengangkat pandangannya takut-takut, dia masih gemetar dan tangan kecilnya sedang meraba-raba tenggorokan tempat Hansol mencengkeramnya.

"Sekitar satu jam, Sir." Seungkwan berkata dan kereta kembali terdiam.

Dengan ragu-ragu, Jeonghan melupakan masalah itu dan berbalik untuk melihat ke luar jendela kecilnya. Selain kereta, ada beberapa pria berkuda putih, juga mengenakan pakaian putih dan kebanyakan dari mereka mengenakan tudung. Jeonghan cukup yakin orang-orang -dari jauh, akan membutuhkan waktu cukup lama untuk melihatnya.

Yang berkuda coklat dan hitam adalah anggota iring-iringan yang turun bersamanya dari kapal Soverenses. Hansol berada di atas kuda hitam dan Jeonghan bisa melihat asap yang keluar setiap kali dia menarik napas. Hansol yang mendapati Sang Marquess tengah memperhatikannya, langsung menggerakkan bibirnya.

Dia mengatakan sesuatu!

Sayangnya saat itu angin bertiup kencang, Jeonghan jadi tidak bisa mendengar apa yang dia gumamkan padanya, tapi saat membaca bibirnya, Jeonghan bisa mengerti bahwa Hansol berkata: "Sialan, ini dingin sekali."

Jeonghan memberinya senyuman kecil, meminta maaf tanpa kata-kata, dan Hansol hanya memutar matanya.

Saat melihat ke belakang para penunggang kuda, dia bisa melihat hutan yang mereka lalui. Pohon-pohon pinus itu sangat besar. Tanah dan dahan-dahan pohon berwarna sangat putih, sangat kontras dengan warna hijau. Dia bertanya-tanya seperti apa di dalam hutan dan apakah dia bisa mendapat kesempatan untuk melihatnya.

Pantas saja nilai botaninya tidak pernah sempurna. Jeonghan terkekeh tatkala pikirannya tiba-tiba kembali ke tahun dimana dirinya menempuh pendidikan di Akademi Kekaisaran bersama Seungcheol. Seungcheol selalu menatapnya dengan mata sinis berapa-api setiap kali nilai ujian botani keluar, yang pada akhirnya Jeonghan tahu kalau Sang Duke tidak mendapat nilai sempurna untuk mata pelajaran yang satu itu.

Angin dingin bertiup menerpa wajahnya, bukannya membuatnya takut karena hal yang tidak diketahui sedang menunggunya, angin dingin itu malah membuatnya merinding. Honestly, it wasn't a bad cold either. Itu adalah rasa dingin yang hanya dia rasakan beberapa kali sepanjang hidupnya.

Consort Of Heart ✓ | JeongCheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang