Jangan lupa tinggalkan kesan kalian untuk bab terakhir ini lewat kolom komentar!
❄️🌤️
Seungcheol tidak tahu apa yang lebih dia benci daripada erangan kesakitan Jeonghan yang datang dari dalam kamar tidur atau kenyataan bahwa dia menjadi suami yang sangan tidak berguna sekarang.
Seungcheol bernapas dengan berat.
Saat itu sudah hampir subuh dan bidan baru keluar tiga kali sebelumnya, meyakinkan bahwa persalinan pertama memakan waktu selama itu adalah hal yang wajar. Myungho juga ada di dalam dan itu membuat Seungcheol merasa lebih baik karena setidaknya ada satu wajah familiar yang menemani Jeonghan selama persalinannya.
Beberapa penjaga akhirnya berinisiatif membawakan kursi untuk mereka -Seunghyun dan Seungcheol, untuk duduk di sana setelah berdiri gelisah sepanjang waktu. Seungcheol memberi tahu ayahnya bahwa dia dapat menggunakan salah satu kamar untuk tidur jika dia mau, Seunghyun menolak dengan mengatakan dia ingin berada di sana untuk kelahiran cucunya. .
Keempat kalinya bidan keluar, untuk memberitahukannya bahwa bukaan Duke Consort telah sempurna dan itu tidak akan memakan waktu lebih lama sampai bayi mereka lahir. Pada saat itu, Seungcheol mulai berjalan berputar-putar di depan kamar tidur, gugup, berdoa kepada Tuhan agar semuanya segera berakhir sehingga dia bisa melihat Jeonghan dan menggendong anaknya.
"Sedikit lagi, Your Grace. Ayo dorong terus!" Kata bidan yang menangani Jeonghan, yang bisa didengar Seungcheol dari luar kamar.
"Dari tadi sedikit terus. Sakit ini!" Omel Jeonghan.
Myungho yang berdiri di sampingnya perlahan mengelap keringatnya dan mencoba untuk menenangkannya. "Sssshhh... Tahanlah sebentar lagi. Betulan. I swear."
Jeonghan beberapa kali menarik dan menghembuskan napasnya kasar. Kemudian ia mengejan sekali lagi. Tangan kirinya mencengram kain yang memang khusus disiapkan untuk ini dan tangan kanannya meremas tangan Myungho.
"AAAAAAAKHH!!!" Erangan kuat tersebut membawa kepala bayinya menyesak keluar dari jalur lahirnya. Setelah kontraksinya beraksi, Jeonghan meraup oksigen sebanyak yang ia bisa.
"Your Grace, kepalanya sudah keluar!" Kata salah satu bidan. "Lord Myungho tolong Lord Jeonghannya dibantu untuk tidak mengejan dulu. Kami perlu memeriksa lehernya apa ada tali pusar yang melilit atau tidak." Ucap bidan yang lainnya. Myungho mengangguk mengerti.
"Han, atur kembali ritme napasmu." Jeonghan mengangguk. "Tarik napas.... Keluarkan. Tarik napas lagi..., keluarkan." Myungho memberinya instruksi sembari mengelap peluh yang mengalir di dahi dan di leher Jeonghan.
Jeonghan kembali menghadapi kontraksinya.
"AAARGGH!"
Seungcheol berhenti berjalan ketika mendengar suara erangan yang agak keras, yang ia tahu betul kalau itu adalah suara Yoon Jeonghan. Jantungnya berdetak sangat kencang di dalam dadanya dan dia tidak berani untuk menarik napas. Di sisi lain, Jeonghan dapat merasakan lubangnya melebar di bawah sana guna memberikan akses pada bahu bayinya untuk melewatinya. Segera setelah bahu kanan dan kirinya keluar, tubuhnya pun dengan licinnya ikut melesak keluar. Jeonghan melemas di kasurnya setelah memberi dorongan terakhirnya.
Tangan Jeonghan yang sedari tadi mencengkram kain dan tangan Myungho kini terkulai lemas. Napasnya memburu. Rasa lelah dan mengantuk langsung menyerangnya. Namun saat matanya hendak tertutup, suara keras tangisan bayi menyapa telinganya.
Detik-detik yang panjang berlalu dan kemudian suara bayi yang baru lahir bergema di seluruh Kastil.
"Selamat, Your Grace! Bayi perempuanmu sudah terlahir." Jeonghan tersenyum bahagia kepada Myungho dan semua bidan yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Consort Of Heart ✓ | JeongCheol
FanfictionDi Kekaisaran, seorang pemuda kuat berpangkat Duke sedang mencari pendamping hidupnya. Ia adalah Choi Seung Cheol -Si Perisai Es Imperium, Duke kebanggaan rakyat Northosifon dan salah satu Panglima Perang andalan Sang Kaisar. Male omega, berambut p...