Prolog

1.3K 85 22
                                    

Ada masa, di mana kau tak bisa berkata-kata dan hanya mampu mengeluarkan air mata.

***

Sebuah suara pertanda berakhirnya hal yang selama ini dia inginkan membuat Sarah harus menelan pahit-pahit hal itu. Ini yang dia inginkan, terbebas dari belenggu pernikahan yang menurutnya sudah tidak bisa lagi dia pertahankan.
Sarah menunduk sebelum kembali menegakkan tubuhnya untuk berpura-pura merasa baik dimata orang-orang terdekatnya.

Ketukan palu setelah hakim mengatakan keputusan perceraian mereka membuat Sarah sebenarnya ingin menangis, dia membisikkan pada ibunya kalau dia ada pekerjaan mendadak dan harus segera pergi.

Mantan suaminya pun melihat kepergian Sarah yang buru-buru, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam di tempatnya. Dia berharap Sarah bahagia, dan mau memaafkan kesalahannya.

Sarah pergi tak tentu arah, dia mengemudikan mobilnya entah kemana. Sarah lalu memutuskan untuk pergi mencari hotel untuk dia beristirahat. Dia tidak bisa mengemudi dengan kondisi yang seperti ini.

Dia memarkirkan mobilnya dan turun untuk memesan kamar. Setelah mengurus reservasi dan langsung membayar, diapun langsung bergegas ke kamar tersebut. Dia sangat ingin marah pada dirinya sendiri.
Sarah menangis, dan memukul dadanya berulang kali. Dia sangat kesakitan. Rumah tangga yang dia jalani selama tujuh tahun harus berakhir seperti ini.

Sarah mengingat kembali kesalahannya dan tidak menemukan jawaban dari hal itu, lalu kenapa dia harus mengalami ini.

Apa yang harus dia katakan kepada kedua anaknya nanti ?

Apa yang harus dia jelaskan . Meski sudah sepakat dengan mantan suami untuk tetap berkomunikasi baik demi anak-anak mereka mampukah Sarah menahan gejolak pedih dalam dirinya ?

Mampukah dia berpura baik-baik saja ?

Seolah hanya status mereka saja yang berbeda ?

Sarah tahu kalau dia tidak bisa egois dengan tidak ingin menemui mantan suaminya lagi, dia harus memikirkan perasaan anaknya. Dan sekarang dia juga harus fokus untuk mengurus masa depannya, dia sudah tidak lagi menerima nafkah dari mantan suaminya.
Dan Sarah harus tahu awal seperti apa yang harus dia mulai .

Sarah perlahan menutup matanya karena terlalu lelah untuk menangis, dia memejamkan mata hingga tidak sadar jika haripun sudah malam dan ponselnya terus berbunyi.

Sarah terbangun saat dia mendengar telpon dari ibunya yang sudah kesepuluh kalinya.
Sarah mengangkat telpon tersebut dan menetralkan suaranya.
"Ya bu. Iya maaf, Sarah hanya menenangkan diri sebentar. Maafkan Sarah. Iya Sarah akan langsung pulang."

Sarah berdiri, dia melihat wajahnya di cermin dan mencoba tersenyum. Sarah akan kuat menjalaninya demi anak-anak yang dia cintai.
Demi masa depan bahagia yang akan dia raih, dan tidak lagi bergantung pada masa lalunya.

Dia tidak membenci mantan suaminya, dia hanya kecewa.
Dan jika seseorang sudah kecewa, maka akan sulit untuk menyembuhkan luka maupun bekasnya.

Itulah yang dirasakan Sarah, hingga dia memutuskan untuk bercerai. Baginya lebih baik hidup tanpa adanya keganjalan dihatinya, daripada harus terus menerus hidup dalam bayangan kekecewaan itu.

Jangan katakan dia lemah, Sarah bukanlah wanita yang lemah. Dia adalah wanita yang tangguh meski terlihat egois, tapi semua yang Sarah lakukan adalah untuk hatinya sendiri yang tidak lagi ingin kecewa ataupun tersakiti.

Sarah bertekad dia akan membuat usahanya sendiri dan tetap menjalankan hobinya untuk menulis, meski dia sudah menjadi salah satu penulis yang terkenal, tetap saja Sarah perlu melakukan hal lain untuk menambah pundi-pundi pemasukannya.
Semakin dia bisa banyak menghasilkan uang maka dia tidak akan dipandang lemah dan rendah.

Apalagi sekarang statusnya adalah seorang janda beranak dua.
Sarah tahu pasti akan banyak orang yang menggunjingkannya, dan Sarah mengambil keputusan kalau besok dia akan pindah dari rumah yang dibeli mantan suaminya itu untuknya dan tinggal di tempat baru, dimana orang-orang tidak mengenal bagaimana kehidupannya dulu.

TBC....

*Cerita ini adalah revisi dari Judul 'My Ex'

Jadi gimana? Mau aku lanjut atau enggak nih? Aku tunggu komentar kalian ya....
Kalau komentarnya ramai, aku double Up 🥰😘

Dia, SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang